Pelemahan ekonomi memicu kian banyak pengangguran, khususnya pengangguran terdidik. Namun bagi yang jeli melihat peluang, apapun bisa dijadikan usaha asal punya keinginan dan tekad.
Itulah yang dilakoni Rofidah Sa`diyah yang sejak kuliah sudah menjajakan es krim. Berkat ketekunannya, ia berhasil membuat usaha es krim setelah lulus kuliah.
Lulusan Sistem Informatika Universitas Gunadarma ini tak perlu ribet mencari pekerjaan meski tawaran banyak berdatangan. Ia lebih memilih berwirausaha karena bisa membantu perekonomian, khususnya menciptakan lapangan pekerjaan.
Perempuan berusia 22 tahun ini membuka toko es krim bernama Harfins. Ia memilih nama tersebut bukan tanpa alasan atau gaya-gayaan, seperti es krim milik asing.
Pemilihan nama Harfins merupakan akronim perpaduan namanya dan kedua orang tuanya. Kata Ha diperoleh dari nama ayah, Hardi Siswanto. Kata Fi diambil dari namanya sendiri, dan nama ibu Neni Suryani untuk huruf ns.
“Jualan es krim memang sejak masih kuliah. Lalu ditawari usaha memakai mesin es krim milik teman. Ternyata lebih mengasyikkan memiliki usaha sendiri,” katanya.
Menurut dia, pemilihan usaha es krim karena minuman tersebut disukai semua kalangan. Apalagi ia membanderol harga es krim murah meriah mulai Rp 3 ribu hingga Rp 10 ribu.
Usaha yang baru dimulai Mei tahun lalu ini memiliki tujuh varian misalnya es krim spageti, es krim pot, es krim float, es krim kuburan, hingga es krim cone. Untuk rasa, Harfins memiliki varian vanilla, strawberry, dan coklat. “Adapun es krim cone menjadi andalan dan paling diminati di sini,” katanya.
Agar berbeda dengan pesaing, Harfins ingin menjual es krim enak, berkualitas, dan murah. Ia membuat es krim dengan bahan baku susu murni dan tidak menambah gula perasa. Sebagai pemanis diberikan topping lucu dengan berbagai pilihan. “Susu murni tersebut agar pembeli yang meminum es krim kami tidak batuk,” katanya.
Selain itu, agar tidak kehilangan pelanggan, ia lebih menyesuaikan selera pasar dan modifikasi produk. Apa yang disenangi pasar saat itu segera diwujudkan dalam bentuk produk. “Yang baru kita cari tahu dan kita bikin kreasi supaya tidak bosan,” ujarnya.
Keinginan memiliki usaha es krim ini pun juga didukung orang tua dengan membantu mencarikan modal usaha. Es krim Harfins ini menghabiskan modal sekitar Rp 120 juta. Dana tersebut untuk membeli peralatan, bahan baku, dan membayar dua pekerja.
Dukungan orang tua ini mendorong usaha Harfins semakin lancar. Ia mengaku keinginan mendirikan usaha juga atas dorongan orang tua. “Mereka memang ingin saya kerja di rumah karena tidak tega saya berjibaku di Jakarta sejak pagi hingga petang,” katanya.
Ia menilai, modal usaha tersebut terbilang besar untuk es krim skala kecil. Namun ia bertekad mendorong usaha semakin mendatangkan laba. “Terbukti dalam empat bulan sudah balik modal karena omzet per bulan sekitar Rp 30 juta,” katanya.
Melatih Karyawan Belajar Jujur
Untuk mendongkrak omzet, es krim Harfins melayani pembelian dalam skala besar, misalnya acara pernikahan, ulang tahun, atau sekadar arisan keluarga. Untuk pesanan skala besar dibanderol Rp 2 ribu per gelas. “Kami tidak batasi pesanan, boleh pesan 300 gelas hingga 1.000 gelas,” katanya.
Selain di Depok, Harfins juga memiliki cabang di Meruyung, Parung, Jawa Barat. Di masa mendatang, ia ingin membuka sebuah kedai es krim. Pelanggan bisa menikmati es krim sambil duduk dan bersantai. “Tapi ini masih proses. Persiapan membuka toko dan kafe tentu berbeda,” katanya.
Untuk memersiapkan itu, Harfins merekrut pekerja dari wilayah sekitarnya. Menurut Rofi, panggilan Rofidah Sa`diyah, pendiri es krim lain juga membuka semacam kelompok dan merekrut karyawan. Pekerja diambil dari anak muda di kampung Cimande, Jawa Barat. Di kampung, masyarakat banyak yang menganggur karena sekarang susah mencari pekerjaan.
“Jadi kita rekrut mereka menjadi pekerja. Sekarang ada 20 pemuda dari Cimande yang menjadi tukang es krim seperti Harfins dan lainnya,” katanya.
Untuk memberi semangat, Rofi memberi tanggung jawab sama seperti pemilik. Ia memberi pemahaman kepada pekerjanya agar bekerja sebaik mungkin, sama seperti ia memiliki usahanya sendiri.
Bila karyawan semangat bekerja dan penjualan meningkat tentu mendorong kenaikan omzet. Imbasnya, tentu kepada gaji karyawan. “Tapi kalau usaha sepi, kita semua juga rugi. Imbasnya juga kembali ke gaji,” katanya.
Sebelum terjun ke lapangan, pekerja akan diberi pelatihan seminggu. Ini proses karyawan memelajari cara kerja mesin, perawatan, membuat es krim hingga menyajikannya.
“Kami latih tidak lama. Alhamdulillah mereka bisa semua. Kami lihat mereka bisa kalau mau dilatih. Tidak perlu orang pintar. Kami hanya butuh orang jujur,” kata Rofi.
Pemilik usaha:
Nama : Rofidah Sa`diyah
Usia : 22 tahun
Hobi: Wirausaha
Pendidikan: Jurusan Sistem Informatika Universitas Gunadarma
Alamat: Jl Fatimah, Margonda, Depok, Jawa Barat (Belakang Istana Martabak)
Instagram: harfinsicecream
via didikpurwanto.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar