Kamis, 18 September 2008

Dapat Hadiah Dari MITO

Abis sahur tadi pagi, rencana ga mau tidur terlalu lama. Abis kerjaan belum ada yg selesai satu pun minggu ini. Harus datang ke kantor sepagi mungkin, pingin ngetik waktu ga ada org. Enaaaak banget. Maklum belum punya laptop sendiri. Nanti laaah..

Eh, pas abis shubuh ternyata ga kuat juga. Tewas.....
Kriiiiiinggg...
Ada telpon dari seseorang dengan kode 021
Walah, siapa sih???
Mana jam 9 pagi!! masih antara sadar dan ga, aku jawab telefon itu dengan seenaknya.
"Selamat pagi, dengan Pak Didik," tanya cewek di seberang telfon.
"Iya, betul. Siapa nih??jawabku.
"Ini dari MITO pak. Saya cuma memberi tahu bahwa ada titipan buat Pak Didik yang harus diambil di kantor kami," lanjutnya.
"Di mana?" sergahku.
"Pertokoan Agung Sedayu Blok K 28 Harco Mangga Dua. Ditunggu ya Pak," pungkasnya sambil menutup telfon.
"Halo..halo..gmn sih!!belum selesai koq ditutup!"umpatku sambil ambruk lagi ke bantal kesayanganku.

Pas nyampe kantor jam 10.30an, aq ajak salah satu temenku ke Mangga Dua, membuktikan apa yang diomongkan cewek itu. Pas nyampe sana, sepi! saat kutanya petugasnya malah ga tahu apa. Apalagi hadiah!! dia sama sekali tidak mendapatkan titipan dari bosnya. Sempat ribut sebentar, akhirnya petugas itupun menelfon bagian kantor. Oh, dia menjanjikan bahwa sedang sms ke bos nya lagi, mo dikasih apa!!

"Ini soal apa sih??koq guwe ga ngerti. Hadiah??gw mo dikasih hadiah??apaan??kenalan aja kagak!!siapa ya??apa ya??

Hampir 15 menit gw menunggu, akhirnya salah satu staf turun ke lantai bawah yg penuh dengan barang2 handphone & aksesoris MITO, handphone merk Cina. Rupanya di situ adalah gudang sekaligus kantornya.

Wanita itu menyerahkan kotak kecil dan ada amplop.

"Ini amplop berisi rilis MITO sekaligus ini adalah hadiah dari Ibu Shirley untuk rekan2 media atas kerjasamanya selama ini!MOhon ditandatangani!!
"Oh gitu ya,"jawabku sambil menandatangi kotak mungil dibungkus kertas coklat itu.
Pas di jalan, aq buka ternyata hape. Ya, meski ga mahal (perkiraan di bawah satu jutaan), tapi itu adalah sogokan.
Waduuhhh!!gimana nih??hape udah di tangan & segelnya emang udah terbuka.

Bawa aja dulu deh!!!

Hadiah Dari ESIA

Abis sholat dhuhur di Masjid Bimantara, aq sejenak mendengarkan tausyiah ba'da dhuhur. Kali ini agak spesial karena penceramahnya adalah Quraish Shihab. Beliau menjelaskan tentang indahnya Berbisnis dengan Allah.

"Segala sesuatu urusan apapun bila dilakukan kepada Allah, tentu tidak akan merugi. Salah satu contohnya adalah sholat. Dengan ibadah minimal 5 kali sehari itu, kita akan tenang. Kecuali yang tidak melaksanakan dengan benar, tentu hasilnya tidak akan sempurna. Begitu juga dengan zakat, infaq, shodaqoh atau amal (segala sesuatu urusan dengan Allah), dijamin tidak akan rugi, meski hasilnya tidak secara langsung dinikmati."

Beliau panjang lebar mengulas berbisnis dengan Allah. Lebih jelas, bisa beli bukunya di toko buku terdekat. Atau pesan di Bukukita kalo udah ada!!

Aq harus liputan dulu ya....

Lantas aq meninggalkan masjid itu dan bermandikan peluh menuju tugu tani, mencari kopaja P20 menuju Rasuna Said. Kali ini ada acara peluncuran Hape Esia Ekspresi. Hape Kamera & Radio Termurah!

Bener saja, waktu datang ke sana (walau agak telat, undangan 12.30 wib, aq datang 13.30 wib). Jadi ga datang tepat waktu, so ga dapat goody bad. Lumayan loh, isinya kaos, bloknote, bolpoin ama gantungan kunci. Eh, ketemu ama anak marketing. Goody badnya dikasih ke aku. Makasih ya Mbak Dewi & mbak Tawa, salah satu marketing di kantorku.

Lepas jeprat-jepret model & tanya jawab dengan petinggi Esia, saat yang ditunggu2!!!pembagian doorprizeeeee....

Alhamdulillah...baru kali ini dewi keberuntungan mampir ke aku.

Hape seharga Rp599ribu itu mampir ke tanganku dari tiga hape yg dibagi. Lumayan buat ganti hape bututku. Tapi aq hrs mengaktifkan nomor Esia lagi.

Alhamdulillah...rejeki bulan puasa.

Kali ini langsung kupakai, karena emang rejeki sendiri. Sedangkan hadiah yang satu belum kubuka sampe aq mengetik ini. Mungkin pas nyampe kos nanti, bisa review!!!

Lain kali apa lagi ya???

Selasa, 02 September 2008

Laskar Pelangi SINDO6

Ini dia nih yang ditunggu!! Film Laskar Pelangi yang diangkat dari novel berjudul serupa. Kita nobar (nonton bareng-bareng) Premiere di Blitz Megaplex Grand Indonesia bareng anak-anak SINDO khusus Lifestyle. Tapi ada juga anak Sport, Jabodetabek, News dan tetangga sebelah, Okezone ikutan nimbrung. Ga apa-apa!! yang penting kompak. Oh ya, postingan ini sebagai memorabilia perpisahan sementara dengan Oji, temen segenk gw di rubrik Tekno / Gadget!!  Foto ga karuan ini diambil pada 25 September 2008.

Ini adalah resensi dari teman di SINDO.

Soal Ironi, Harapan, dan Perjuangan 
SINDO,27 September 2008


FILM Laskar Pelangibisa menjadi benchmarkbagi sineas Indonesia dalam mengadopsi sebuah novel ke film layar lebar. Tak adil rasanya membandingkan sebuah film dengan novel yang diadaptasinya.


Bagaimanapun, keduanya dalam posisi yang berseberangan. Novel adalah medium katakata, sedangkan film adalah sebuah bahasa gambar. Tapi saat sebuah novel diadaptasi ke film, proses membandingkan adalah sebuah keniscayaan.Untungnya, Andrea Hirata memilih partner yang tepat untuk memfilmkan novelnya. Bersama duo produser-sutradara Mira Lesmana dan Riri Riza,ketiganya bermufakat, tak ada gunanya memfilmkan novel LP jika filmnya sama dengan novelnya.


Dan rasanya tak mungkin pula merangkum novel yang terdiri atas potongan-potongan kisah itu dalam film berdurasi 2 jam. Maka Mira-Riri pun memilih membuatkan struktur cerita baru untuk versi film LP. Cerita dengan alur jelas dan punya dramaturgi kuat. Hasilnya, fokus cerita digeser. Tak lagi sebatas kisah persahabatan dan mimpi besar anakanak Laskar Pelangi dengan latar bumi Belitong yang kaya timah, namun penduduk aslinya tetap miskin. Tapi juga menjadi sebuah kritik sosial terhadap pengelolaan wilayah, serta gambaran ironi pendidikan di Indonesia.


Namun untuk memulai cerita, Mira-Riri, bersama penulis skenario utama Salman Aristo (Jomblo, AAC), tetap patuh pada novelnya dengan menampilkan adegan dramatis; dua guru bersahaja SD Muhammadiyah Gantong,Pak Harfan (Ikranegara) dan Bu Muslimah (Cut Mini) bersama ke-9 calon muridnya,tengah harapharap cemas menanti murid ke-10, sebagai batas minimal jika sekolah yang doyong dan hampir roboh itu tidak mau ditutup.


Saat Harun yang menderita down syndrome akhirnya menjadi murid ke-10,dimulailah perjuangan dan petualangan Pak Harfan,Bu Mus, dan para murid dalam satu-satunya kelas di SD Muhammadiyah Gantong tersebut. Sang guru memerjuangkan sekolah yang ”tidak menilai kecerdasan dari angka-angka saja melainkan dari hati”, sementara ke-10 muridnya ”berjuang untuk berani bermimpi dan menggapai mimpi tersebut”.



Semuanya jadi terasa berat dan penuh onak duri,saat mereka berada dalam posisi masyarakat yang termarginalkan, ditelan hegemoni PN Timah yang mengeruk kekayaan alam Belitong dan tak menyisakan apa pun untuk masyarakat asli di sana. Dengan menggeser fokus cerita, konsekuensinya ialah banyak cerita dalam novel yang hilang, berganti dengan beberapa cerita dan karakter-karakter baru.Tak ada cerita Trapani, bocah paling tampan dalam Laskar Pelangi yang bernasib tragis, kisah ketertarikan berbalut permusuhan antara A Kiong dan Sahara, juga keunikan Syahdan dan Kucai.


Yang tersisa hanya kisah Ikal (Zulfani), Lintang (Ferdian), dan Mahar (Veris Yamarno) yang memang diberi porsi besar di dalam novel dan menjadi motor bagi anak-anak Laskar Pelangi lainnya. Untungnya, semua kehilangan itu terbayar lunas dengan kemampuan Mira- Riri yang mumpuni membaca substansi novel LP: masyarakat yang termarginalkan, harapan, mimpi, dan perjuangan, serta ironi pendidikan di Indonesia.



Miris rasanya saat visual membenturkan jarak kehidupan di dua tempat tersebut dengan latar suara anak-anak yang membacakan Pancasila yang penuh gambaran ideal suatu bangsa. Keduanya kemudian menindih ironi itu dengan keceriaan dan harapan anakanak Laskar Pelangi, untuk kemudian menjatuhkan mereka kembali ke titik nadir saat harus kehilangan tokoh yang menjadi sumber kekuatan dan harapan mereka, hingga akhirnya memunculkan kembali harapan dalam memperjuangkan mimpi tersebut.



Bahkan, saat tokoh Lintang harus mengubur mimpinya, ia sesungguhnya masih bisa meneruskan mimpi itu. Pada akhirnya,film LP tak hanya berhasil menghibur dan mengharu biru penonton,tapi berhasil mengantarkan ruh novelnya ke dalam bentuk visual.(thanks buat herita endriana) 


Selamat menonton ya!! siapkan tissue / sapu tangan untuk menerima tetesan air matamu. Semoga bukan hanya tangisan yang bisa kita berikan. Kata Pak Harlan, siapapun kita, hendaklah berusaha memberi sebanyak mungkin kepada orang lain. Bukan sebaliknya, menerima sebanyak mungkin dari orang lain. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah!!