Lahir dari keluarga serba berkecukupan tidak memicu Etrie Aginta Primarani (24 tahun) terlena. Sarjana Ilmu Komunikasi ini justru tertantang mencoba peruntungan dengan membuka usaha restoran mi instan di Bangka Belitung.
Ia membuat usaha Serekap, singkatan Serasi dan Lengkap. Kata-kata ini dipilih untuk mewakili jenis makanan yang disajikan yakni mie instan yang dibuat seperti bungkusnya.
Namun, kata Etrie, Serekap merupakan bahasa melayu Belitung yang memiliki arti sangkar burung. Nama unik dan menarik ini diharapkan dapat menarik minat kawula muda Belitung untuk mampir dan menikmati santapannya.
“Sejak awal buka restoran ini ternyata benar langsung digandrungi anak muda di sini,” katanya.
Restoran dirancang sangat nyaman dan teduh sehingga layak menjadi tempat tongkrongan kawula muda. Ia pun membagi ruangan menjadi dua, yaitu di dalam ruangan dan luar ruangan, konsep restoran yang jarang ada di Bangka Belitung.
“Saya juga menyediakan jaringan internet (wifi) yang sangat cepat untuk pengunjung dan stop kontak di setiap meja bagi mereka yang membutuhkan,” katanya.
Terbukti konsep restoran yang menarik ini mampu menarik perhatian seluruh anak muda di Bangka Belitung. Bahkan restoran ini kini menjadi tempat kopi darat salah satu klub mobil terbesar di Belitong. “Sekarang Serekap sedang terkenal, banyak media massa yang meliput restoran ini,” kata dia.
Meski hanya menyuguhkan konsep warung pinggir jalan, namun ia menyuguhkan mi instan yang dibuat semirip mungkin dengan gambar di dalam kemasan. Misalnya, meracik dengan tambahan sayur, ayam, bawang goreng, atau jamur di atasnya.
“Kalau ada salah satu sayur yang tidak segar, saya bilang menu yang satu itu sedang habis atau sengaja tidak dijual dari pada mengecewakan konsumen,” ujarnya.
Harga yang ditawarkan untuk satu porsi mi dibanderol mulai Rp 15 ribu hingga Rp 18 ribu. Menu kecintaan yang menjadi andalan Serekap yaitu mi rasa kari ayam yang terjual hingga 30 porsi sehari.
Menu lain yang paling laris yaitu mi rasa soto ayam dengan penjualan hingga 20 porsi per hari. Menu lainnya hanya terjual rata-rata 15 porsi per hari.
Untuk membedakan dengan tempat tongkrongan lainnya, Etrie pun menyediakan berbagai makanan ringan seperti sosis goreng, kentang goreng, hingga nasi goreng sebagai pilihan lainnya. Ada pula minuman segar dan hangat sebagai penghilang dahaga.
Restoran ini dibuka mulai pukul 17.00 hingga 23.00 WIB. Namun pada Rabu malam dan Sabtu malam, jam buka restoran diperpanjang sesuai pengunjung yang datang. “Terkadang hingga pukul 02.00 dini hari kalau sedang ramai,” kata dia.
Sang pengusaha muda ini memang masih berproses menuju kesuksesannya. Namun usaha yang baru dirintisnya selama dua bulan terakhir ini telah mampu meraup omzet hingga Rp 1 juta per hari. Padahal, kata dia, modal yang dikeluarkan hanya Rp 25 juta.
Sempat Pingsan Layani Pembeli
Menjalani usaha di tengah umur kehamilan menginjak delapan bulan sangat tidak mudah. Etrie bahkan sempat pingsan saat melayani pembeli di restorannya.
Ia mengalaminya lantaran pegawai yang dipekerjakannya belum paham betul cara melayani pembeli hingga menyajikan makanan. Etrie harus melayani pembeli sekaligus masak dalam satu waktu. “Aku tidak sadar, tahu-tahu sudah pingsan dan dibawa ke kamar,” katanya.
Untuk melayani ratusan pembeli dalam sehari, Etrie sampai harus memekerjakan empat orang pegawai. Dua untuk memasak dan dua orang lainnya untuk melayani.
Namun keempat pegawainya itu pun belum bisa melayani jumlah pembeli yang terus bertambah setiap harinya. Sampai terkadang beberapa pembeli kesal dan pulang karena pelayanan lambat. “Tapi itu hanya satu atau dua orang karena kami kewalahan,” ujar dia.
Kendala lainnya saat hujan. Pengunjung sepi karena beberapa pembeli yang makan di luar ruangan kerap kehujanan. Ke depan, kata dia, restorannya akan dipasang penadah hujan agar pembeli tidak kehujanan.
Ke depan Etrie akan menambah varian menu yang akan disajikan dan disesuaikan dengan jenis mi yang tersedia di pasaran. Restoran pun akan diperbesar dan dirancang lebih menarik untuk memenuhi kebutuhan kawula muda agar nongkrong aman dan nyaman.
“Terkadang tempat ini sudah tidak cukup menampung konsumen kami. Satu meja ukuran besar bisa dipenuhi 10 orang karena tempat terbatas,” ujar dia.
Ia menilai, menjadi seorang pengusaha merupakan cita-citanya sejak lulus kuliah. Etrie mengaku tidak pernah nyaman menjadi seorang karyawan yang selalu dikejar target perusahaan. “Capek, ke sana kemari dengan gaji kecil. Ini tidak luput dari bantuan suami yang terkadang membantu saya melayani pembeli dan berbelanja di pagi hari,” kata dia.
Nama : Etrie Aginta Primarani
Tempat Tanggal Lahir : Tanjung Pandan, 11 Agustus 1991
Alamat : Jalan Sijuk RT 28 RW 10 Paal 1 Tanjung Pandan-Belitung
Pendidikan terakhir : Strata Satu Ilmu Komunikasi Universitas Prof Dr Moestopo
Kontak : 087896416268
Facebook : www.facebook/serekapblitong.com
Path : serekap “indomie mirip bungkusnya”
via didikpurwanto.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar