Sabtu, 29 Maret 2014

2014, Ponsel Pintar Marak


Tahun ini diperkirakan menjadi tahun seluruh dunia bisa terhubung hanya dengan ponsel pintar (smartphone). Produsen ponsel akan menggelontorkan jutaan ponsel ke negara maju dan berkembang yang memungkinkan semua pengguna bisa terhubung melalui jaringan internet.


Di Amerika Serikat dan pasar yang sudah maju lainnya menganggap ponsel pintar sudah seperti komputer maupun televisi. Produsen ponsel pun tahu bila konsumen bersedia menghabiskan ratusan dolar AS untuk gadget terbaru, baik di pasar AS, Korea Selatan, Jepang, dan Eropa. Namun pertumbuhan ponsel pintar terutama di negara maju biasanya sudah mulai pudar. Apalagi vendor yang berusaha mengalahkan dominasi Apple dan Samsung.

Menurut perusahaan riset comScore, sekitar 65 persen dari seluruh pengguna ponsel di AS sudah menggunakan ponsel pintar. Jumlahnya mencapai 156 juta pengguna atau mencapai setengah dari total penduduk AS.

Agar produsen ponsel pintar ini tetap berjaya, produsen tersebut juga harus bersaing dengan produsen ponsel murah yang sengaja akan menggelontorkan ke negara berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak. China-sekarang disebut Tiongkok, disebut sebagai sasaran pasar empuk bagi produsen ponsel pintar maupun ponsel murah. Begitu juga dengan pasar di Asia Pasifik seperti India, Indonesia, Timur Tengah dan Eropa Timur.

Di tahun lalu dan sebelumnya, fokus industri ponsel pintar selalu disibukkan dengan gadget apa dan kapan akan dirilis, misalnya kapan jadwal rilis Samsung Galaxy S5 atau kapan peluncuran iPhone 6? Tapi tahun ini fokus itu akan bergeser dan pertanyaannya akan berubah menjadi produsen mana yang akan menyasar pasar India dan Tiongkok? 

Menebak Strategi Apple

Apple sampai saat ini masih menimbulkan teka-teki, baik soal perangkat yang akan dirilis, waktu perilisan dan fitur terkini apa saja yang akan dikeluarkan. Tahun lalu, perusahaan bentukan Steve Jobs ini merilis dua model iPhone, yaitu versi murah 5C, berwarna namun dengan cangkang plastik serta iPhone 5S yang memiliki desain seperti Apple lama. 

Apple beranggapan dengan merilis iPhone 5C berharga murah ini ingin menyasar masyarakat negara berkembang. Namun ternyata strategi Apple itu salah karena harga 5C dan 5S malah tidak terpaut jauh, hanya US$ 100 (sekitar Rp 1,1 juta). Apple mematok 5C di US$ 550 dan 5S di US$ 650.
Pengguna ternyata lebih meminati iPhone 5S dengan teknologi lebih maju, meski dengan harga lebih mahal. Sedangkan iPhone 5C dianggap masih terlalu mahal untuk bisa bersaing dengan produsen ponsel pintar berharga lebih murah.

Salah satu cara agar Apple tetap bertahan untuk mempertahankan jumlah perangkat yang dijual yaitu memasarkan ke pasar negara maju, namun belum tersentuh ponsel pintar besutan Apple, yaitu Tiongkok. Apple menggandeng China Mobile, operator terbesar di Tiongkok yang berhasil menjual satu juta perangkat iPhone tahun lalu. Apple juga berencana membuat ponsel bagi masyarakat Tiongkok terutama untuk segmen menengah dan bawah.

Pekan ini, Apple juga berencana merilis iPhone 5C versi 8GB ke pasar Eropa dengan harga 429 Euro (sekitar US$ 708) dan 469 Euro (sekitar US$ 774) untuk versi 16GB. Masalahnya, harga itu dianggap analis tidak akan kompetitif dibandingkan ponsel pintar dari vendor lain.

Pergerakan Nokia dan Microsoft

Salah satu pesaing Apple dan Samsung yang mulai bangkit kembali adalah Nokia. Vendor ponsel asal Finlandia ini telah dibeli oleh Microsoft dan merilis ponsel dengan sistem operasi Windows Phone.
Awal bulan ini, Microsoft dikabarkan juga akan memberikan biaya lisensi Windows Phone ke vendor lain dengan harga lebih murah. Alasannya, agar sistem operasi Windows bisa diterima vendor lain, untuk bisa bersaing dengan iOS besutan Apple dan Android yang dikeroyok oleh vendor seperti Samsung, Sony, HTC, Lenovo, LG dan lain-lain.

"Kami melakukan beberapa hal yang memungkinkan kita bisa masuk ke beberapa pasar utama. Kami akan meningkatkan beberapa kemampuan perangkat lunak (software)," kata Senior Product Manager Windows Phone di Microsoft Greg Sullivan.

Produsen Ponsel Pintar
Penjualan Ponsel Pintar sepanjang September 2013-Desember 2013 di Amerika Serikat
 
Pangsa Pasar Pelanggan Ponsel Pintar (%)
Sep-13
Des-13
Perubahan
Total Pengguna
100.0
100.0
N/A
Apple
40.6
41.8
1.2
Samsung
24.9
26.1
1.2
Motorola
6.8
6.7
-0.1
LG
6.6
6.6
0.0
HTC
7.1
5.7
-1.4
Sumber: comScore MobiLens
 


Nokia X

Nokia baru saja merilis proyek ambigu yaitu Nokia X, yang memungkinkan ponsel Nokia memiliki sistem operasi terbuka seperti Android namun tetap dengan desain antarmuka khas Windows Phone. Nokia memberikan diferensiasi berupa absennya layanan Google seperti Gmail, Google Maps atau pun akses ke toko aplikasi pihak ketiga. Gantinya, Nokia mengisi dengan aplikasi besutan sendiri. Nokia berkilah layanan ini akan dianggap sebagai pintu masuk ke layanan Microsoft. Nokia juga mematok ponsel rasa baru ini di bawah Rp 3 juta. Tampaknya, Nokia ingin mengukuhkan kembali sebagai raja ponsel dunia.

Kini kita akan melihat apakah benar masyarakat dunia mau membeli ponsel rasa baru tersebut. Di China, sebuah toko online mampu menjual Nokia X sebanyak 1 juta unit hanya dalam waktu empat menit. "Dalam perspektif yang lebih luas, orang-orang akan menggunakan layanan kami dan kami berpikir orang akan menggunakan Windows Phone," kata Sullivan.

Pertarungan dengan Google

Setiap diskusi tentang pasar ponsel pintar di negara berkembang, tentu pikiran kita akan digiring ke pasar Android yang memang telah mengontribusikan sekitar 80 persen terhadap penjualan pasar ponsel pintar dunia.

Ketika Google merilis versi terbaru Android, salah satu perubahan signifikan adalah perbaikan yang memastikan bahwa fitur terbaru Android akan mampu berjalan pada perangkat keras (hardware) lebih rendah. Di Android 4.4 KitKat, Google membuat software bisa berjalan di perangkat yang memiliki sedikitnya RAM 512MB.

Di sisi lain, Google juga ingin semua vendor ponsel mau memproduksi dengan OS Android terbaru, bukan lagi Android versi 2.3 Gingerbread agar ponsel bisa berharga murah. Hal ini pula yang menyebabkan pangsa pasar Android KitKat masih hanya 2,5 persen dari total perangkat Android.
"Kami berusaha mengurangi dominasi Android versi lama dan menggiring semua vendor menggunakan Android versi terbaru, meski hanya untuk ponsel pintar di level menengah bawah," kata Head Android Engineer Google, Dave Burke.

Sistem Operasi Ponsel Pintar
Penjualan Ponsel Pintar sepanjang September 2013-Desember 2013 di Amerika Serikat
 
Pangsa Pasar Pelanggan Ponsel Pintar (%)
Sep-13
Des-13
Perubahan
Total Pengguna
100.0
100.0
N/A
Android
51.8
51.5
-0.3
Apple
40.6
41.8
1.2
BlackBerry
3.8
3.4
-0.4
Microsoft
3.3
3.1
-0.2
Symbian
0.3
0.2
-0.1
Sumber: comScore MobiLens
 


Pesaing Lain

Di luar tiga kekuatan Apple, Google dan Microsoft, mulai muncul pesaing yang membuat OS sendiri yaitu Mozilla yang merilis Firefox OS dan Samsung yang mencoba membuat Tizen OS.
Chief Operating Officer Mozilla Jay Sullivan memperkirakan ponsel dengan OS Firefox akan terjual sekitar 500 hingga 750 ribu unit dalam enam bulan pertama. Mozilla juga akan memperluas dari 12 pasar menjadi 27 pasar di tahun ini. Optimisme itu karena ponsel pintar Mozilla hanya dibandrol seharga US$ 25 atau sekitar Rp 300 ribu per unit. 

Kini konsumen seluruh dunia akan menunggu jajaran ponsel pintar dengan harga relatif murah di pasar tahun ini. Apalagi BlackBerry juga mengaku tidak akan menyerah dan berusaha akan merilis ponsel dengan nama kode Jakarta. Bagi pecinta gadget, siapkan kocek Anda untuk membeli perangkat yang Anda suka.

Minggu, 23 Maret 2014

Meneropong Masa Depan Apple



Sumber: Statista
Apple berencana merilis sebuah aplikasi mirip iTunes namun untuk sistem operasi Android. Selama ini Apple merilis fitur tersebut hanya untuk sistem operasi iOS dan hanya bisa digunakan di perangkat besutannya, baik iPod, iPhone, iPad dan Mac. 

Dalih Apple berencana merilis fitur tersebut karena pengunduhan musik dari ITunes menurun. Hal ini disebabkan semakin banyak pengguna beralih ke layanan streaming musik seperti Pandora, Spotify, Beats Musik dan Rdio.

Seperti dikutip dari Business Insider, berkat layanan streaming musik tersebut, industri musik mampu mempertahankan pendapatan sebesar US$ 7 miliar, hampir sama seperti yang telah dicapai sejak 2009. Asosiasi Industri Rekaman Amerika (RIAA) mengatakan angka itu tidak mengalami pertumbuhan, justru mengalami penyusutan.

Saat ini, sistem unduh (download) musik digital masih mendominasi pendapatan industri musik, namun mengalami penurunan 1 persen menjadi US$ 2,4 miliar. Hal ini menunjukkan pengguna gadget makin menjauhi layanan pembelian musik melalui unduhan dan bergerak menuju layanan streaming.

Itulah sebabnya Apple meluncurkan iTunes Radio. Layanan ini merupakan layanan streaming radio dan langsung bersaing dengan Pandora. Apple memiliki aplikasi mandiri sehingga iTunes Radio bisa lebih baik dan bisa bersaing langsung dengan aplikasi sejenis.

Harapannya, dengan adanya aplikasi iTunes untuk Android, Apple bisa bersaing dengan Pandora atau aplikasi sejenis dan berpotensi meningkatkan jumlah unduhan musik di iTunes. Otomatis, rencana tersebut akan mengerek pendapatan Apple.

Masih Penjajakan
Apple telah melakukan pembicaraan dengan eksekutif perusahaan label musik demi layanan streaming musik tersebut. Sumber eksekutif dari Business Insider menyebut, Apple sudah mulai gerah dengan pertumbuhan sistem operasi Android besutan Google yang sudah menyaingi pertumbuhan bisnis iOS. Bahkan penjualan tablet Android sudah melampaui jumlah penjualan tablet iOS milik Apple tahun lalu.

Yang mengejutkan, langkah ini dilakukan Apple karena menjadi bagian dari strategi multi fokus untuk menangani penurunan dua digit penjualan unduhan musik di pasar AS. 

Sumber: Statista

 Wasiat Steve Jobs

Apple sedang mempertimbangkan berbagai upaya untuk mendukung iTunes Store. Eksekutif iTunes Store Robert Kondrk menyarankan agar iTunes membuat album musik eksklusif digital dan dijual menjelang jadwal rilis compact disc (CD). Cara itu dianggap bisa mendongkrak pendapatan iTunes.
Keinginan itu rencananya akan diaplikasikan di iTunes Android, sehingga akan memperluas pasar iTunes selain di perangkat iOS. Namun masalahnya, pendiri Apple Steve Jobs berpendapat tidak pernah setuju bila pengguna iOS akan berlangganan membeli musik di iTunes. Itulah sebabnya Apple tetap membuat ekosistem iTunes tertutup bagi perangkat lain.

Masalahnya lagi, setelah tiga tahun Steve Jobs meninggal, iTunes harus mempertimbangkan pilihan karena sejauh ini penjualan album digital AS turun 13 persen untuk pekan yang berakhir 9 Maret 2014. Berdasarkan laporan Nielsen SoundScan, penjualan digital turun 11 persen dari tahun lalu.
Saat penjualan unduhan musik memburuk, pendapatan layanan streaming justru melonjak. 

Berdasarkan laporan yang dirilis 18 Maret melalui Asosiasi Industri Rekaman Amerika (RIAA), layanan streaming seperti Spotify, Pandora hingga Youtube justru menghasilkan pendapatan biaya langganan mencapai US$ 1,4 miliar. Iklan dan perizinan di AS tahun lalu juga naik 39 persen dari tahun 2012. Sedangkan pendapatan unduhan musik turun 3,2 persen menjadi US$ 2,9 miliar.
Laporan Federasi Industri Phonografi Internasional (IFPI) juga memberikan hasil yang sama. Pendapatan layanan streaming musik naik 51 persen di seluruh dunia, sedangkan unduhan musik turun 2,1 persen.

Apple sudah memiliki layanan streaming dengan iTunes Radio yang diluncurkan September lalu. Tapi layanan ini disertai iklan gratis mirip Pandora. Imbasnya, Apple sedikit membatasi kontrol lagu-lagu yang dapat didengarnya. 

Eksekutif perusahaan label rekaman mengatakan awalnya senang dengan kehadiran iTunes Radio, meski ada beberapa pekerjaan lebih yang menuntut musik bisa didengar di aplikasi tersebut. Saat iTunes Radio dirilis, sebenarnya dampak ke Pandora juga minim. Namun setelah periode dirilis, dampak yang muncul pun menurun. Menurut dokumen pengadilan saat sidang pengadilan Pandora, pendapatan Pandora terus meningkat meski iTunes Radio hadir.

Sedangkan iTunes mulai berinisiatif untuk membuat toko yang akan memudahkan cara berbelanja dan mempromosikan katalog musik yang lebih banyak. Harapannya, bisa menaikkan penjualan unduhan musik. Tapi ternyata hasilnya sebaliknya.

November lalu, seorang sumber mengatakan eksekutif iTunes meminta perusahaan rekaman merilis katalog yang berisi 100 penyanyi dengan penjualan terlaris. Harapannya, lagu dari penyanyi terkenal tersebut bisa dijual di iTunes. Namun ternyata perusahaan label ini menolak.

"Ini adalah tugas yang kompleks, hanya untuk mencari tahu apa yang perlu kita lakukan. Ketika Anda masuk ke negara kecil dan berusaha mencari 100 orang penyanyi terkenal di negara tersebut," kata seorang eksekutif yang terlibat dalam proses tersebut.

Saat itu Apple meminta perusahaan label menyediakan album musik dengan beberapa versi. Satu dijual dengan harga normal, dan satunya lagi dijual di harga premium. Imbalannya, iTunes menekan angka pembajakan dan berusaha memberikan hak cipta penyanyi tersebut dengan harga lumayan tinggi. Namun, kabar tersebut belum ada kabar kembali.