Sabtu, 25 Januari 2014

Samsung dalam Tekanan Apple




Samsung mencatat laba operasional di kuartal IV-2013 mengalami penurunan 6 persen menjadi 8,3 triliun won atau sekitar US$ 7,7 miliar. Penurunan tersebut merupakan pertama kalinya sejak dua tahun terakhir.

Samsung mengklaim alasan penurunan laba operasional karena perusahaan memberi bonus ke karyawan sebesar 800 miliar won atau sekitar US$ 745 juta. Alasan pemberian bonus ini untuk memperingati 20 tahun setelah Ketua Samsung Lee Kun Hee mengumumkan strategi manajemen baru yang menganggap karyawan sebagai katalis pertumbuhan perusahaan.

Penurunan laba operasional ini semakin menekan Samsung. Apalagi investor perusahaan teknologi asal Negeri Ginseng ini menekan direksi agar mampu membuat percepatan bisnis. Direksi juga telah berjanji ke investor untuk memberi keuntungan deviden US$ 2 miliar, dua kali lipat dibandingkan dengan sebelumnya dan ini menjadi rekor baru dalam pemberian deviden di Samsung.

Investor juga menekan direksi agar memberikan keuntungan lebih baik dari sisi penjualan televisi, ponsel cerdas (smartphone) dan chip memori. Namun, Samsung enggan mengubah kebijakan pembayaran deviden lebih sebab hasil keuntungan akan lebih diinvestasikan ke pertumbuhan perusahaan masa mendatang.

Tahun ini pangsa pasar Samsung juga makin tertekan, terutama oleh pesaing utama, Apple. Perusahaan yang didirikan oleh Steve Jobs tersebut mulai menjual iPhone melalui China Mobile Ltd, operator terbesar dengan pelanggan terbanyak di dunia.

Jika rencana Apple berhasil untuk bekerja sama dengan China Mobile, jumlah pengguna iPhone di Negeri Tirai Bambu tersebut akan meroket. Sampai saat ini, iOS, sistem operasi besutan Apple masih mendominasi perangkat ponsel di China. Tentunya, hal ini menjadi ancaman bagi Samsung yang masih setia dengan sistem operasi Android besutan Google.

Dalam laporan keuangan, Samsung juga menyebut alasan penurunan laba operasional karena penjualan iPhone buatan Apple mulai melesat, terutama sepanjang musim liburan akhir tahun di Amerika Serikat dan Jepang.

Meski mulai kalah dalam hal penjualan ponsel cerdas di akhir 2013, Samsung mulai memberikan rasio pembayaran deviden hingga dua kali lipat menjadi 1 persen. Nilai tersebut hanya kalah tipis dengan Apple yang memberikan rasio pembayaran deviden sebesar 2 persen kepada investornya.

"Rasio pembayaran deviden tahun 2013 sudah meningkat signifikan. Tapi kami tidak bisa mengatakan secara pasti berapa banyak kita akan membayar (ke investor)," kata Head of Investor Relations Samsung Robert Yi seperti dikutip Reuters.

Produsen ponsel dari Korea Selatan ini mengumumkan deviden per saham sebesar 14.300 won sepanjang 2013 atau total 2,1 triliun won (sekitar US$ 2 miliar). Jumlah tersebut 79 persen lebih banyak dibandingkan dengan deviden tahun sebelumnya, tetapi hanya 6,9 persen dari laba 2013.

"Samsung jelas dalam tekanan investor," kata Fund Manager HDC Asset Management Park Jung Hoon.

Dengan nilai saham Samsung yang terus turun, Jung Hoon menilai Samsung harus terus mempertimbangkan langkah-langkah tambahan seperti rencana pembelian saham kembali untuk mengatasi tekanan pemegang saham.

Saham Samsung terus menurun hingga Jumat (24/1) senilai US$ 204 miliar, naik 0,62 persen dibandingkan dengan Indeks Kospi yang melemah 0,36 persen. Saham Samsung telah jatuh 8,8 persen di Desember 2013 akibat kekhawatiran perlambatan pertumbuhan penjualan ponselnya.

"Tahun ini akan menjadi tahun yang menantang bagi Sammsung untuk meningkatkan pendapatan khususnya di kuartal I-2014 sebagai efek pelemahan industri telekomunikasi (IT), baik permintaan komponen maupun produk televisi," tambah Robert Yi.

Penjualan Ponsel Mengecewakan
Samsung tahun ini akan menganggarkan belanja modal sebesar 23,8 triliun won, relatif sama dengan belanja modal di 2013. Namun, pengeluaran untuk biaya pemasaran akan dipangkas untuk menyiasati kenaikan laba operasional.

"Kami secara aktif akan memanfaatkan acara olahraga global seperti Olimpiade dan saluran ritel kami. Tapi kami akan mencoba untuk meningkatkan efisiensi biaya pemasaran kami dan menurunkan anggaran mobile marketing secara keseluruhan agar pendapatan dan laba tetap terjaga," kata Senior Vice President Samsung Mobile Business Kim Hyun Joon.

Laba operasional di divisi mobile stagnan di 5,47 triliun won, tetapi turun 18 persen dibandingkan dengan laba operasional di kuartal III-2013 yang masih tercatat 6,7 triliun won.

Penurunan laba operasional divisi mobile ini karena penjualan ponsel terutama ponsel Samsung seri Galaxy S4 kurang mencapai target. Laba operasional khusus dari ponsel Galaxy S4 anjlok 90 persen menjadi 110 miliar won. 

Samsung mengatakan tanpa penjelasan lebih lanjut bahwa smartphone akan masih menjadi kontributor laba terbesar perusahaan, di samping masih akan memperluas pasar tablet di segmen menengah ke bawah (low end) dan layar lebih besar.


Selasa, 21 Januari 2014

Jaringan ATM Terancam Bahaya


Microsoft akan menghentikan dukungan teknis untuk Windows XP pada 8 April 2014. Imbasnya, 95 persen jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di dunia yang masih menggunakan sistem operasi Windows XP akan terancam bahaya.

Penghentian dukungan teknis untuk Windows XP tersebut menimbulkan ketiadaan update terbaru, termasuk sistem keamanan untuk perlindungan sistem dari virus, spyware atau software berbahaya lainnya.

"Akan ada banyak mesin ATM yang berbagai komponennya harus di-upgrade atau tidak dipakai lagi dan dijual ke pasar barang bekas atau bahkan dibuang sama sekali," kata editor ATM Marketplace Suzanne Cluckey, seperti dikutip Bloomberg Businessweek.

Jika sebuah mesin ATM tidak di-upgrade, mesin tersebut tetap akan berfungsi sebagaimana mestinya, namun mesin-mesin tersebut akan lebih rentan terhadap berbagai tindak kejahatan cyber dan serangan lain.

Untuk memperbarui sistem operasi mesin ATM dari Windows XP menjadi Windows 7 atau sistem operasi lain yang lebih baru akan menghadapi beberapa kendala. "Hanya sedikit mesin ATM yang mampu melakukan upgrade tersebut," kata Kepala Eksekutif Penyedia Software ATM KAL Aravinda Korala.

Di AS, hanya sekitar 15 persen dari 420.000 mesin ATM yang sudah akan menggunakan OS Windows 7 saat April nanti. "ATM yang tersebar di dunia belum akan benar-benar siap. ATM berjalan lebih lambat daripada komputer pribadi," katanya.

Berdasarkan firma konsultasi Retail Banking Research, jumlah total seluruh mesin ATM yang ada di dunia mencapai sekitar 3 juta mesin. Sedangkan biaya untuk meng-upgrade satu mesin ATM Windows XP menjadi Windows 7 bisa berkisar antara beberapa dollar AS jika masih cocok, hingga ribuan dollar AS jika membutuhkan komponen baru.

Masih Ditinjau Ulang

General Manajer Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) Steve Martha mengatakan, masih harus meninjau kembali kabar terkait penghentian dukungan teknis kepada Windows XP ini. “Masih harus dilihat dulu apakah penghentian itu berlaku di luar negeri saja atau juga di Indonesia,” kata Steve. 

Menurutnya, Microsoft terkadang memiliki kebijakan yang berbeda antara Micrososft dunia, Microsoft Asia, ataupun Microsoft Indonesia. Tidak hanya Microsoft, Oracle Service juga memiliki kebijakan seperti itu. “Jadi kebijakan yang diberlakukan oleh Microsoft dunia belum tentu berlaku di Indonesia, begitu juga sebaliknya,” katanya.

Steve mengatakan, jika memang kabar penghentian dukungan teknis itu benar dan berlaku di Indonesia, bank yang menggunakan sistem Windows XP tersebut harus segera mengganti software-nya. Namun, Steve juga mengingatkan, di Indonesia sendiri tidak semua bank menggunakan ATM dengan sistem operasi Windows XP.

“Misalnya seperti Diebold, dia menggunakan sistem sendiri. Mestinya tidak menjadi masalah,” kata Steve.

Direktur Utama Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan, penghentian dukungan dari sebuah vendor teknologi informatika (TI) bukan merupakan hal yang baru. Setiap tahun vendor TI akan menghentikan layanan dukungan pada produk yang lama setelah mereka mengeluarkan yang baru. “Hal ini biasa terjadi di semua software jadi Windows bukan yang pertama,” katanya.

BCA akan menggunakan versi Windows terbaru secara bertahap, dimulai dari pembelian ATM, PC, atau server yang baru. Sedangkan untuk ATM yang saat ini menggunakan Windows XP, akan diganti dengan versi terbaru pada saat peremajaan ATM. 

Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Muhamad Ali mengatakan, akan melakukan koordinasi dengan vendor-vendor mesin ATM yang digunakannya terkait adanya penghentian dukungan teknis dari Microsoft untuk Windows XP. “Dalam jangka pendek kami akan berkoordinasi dengan tiga vendor yaitu Hyosung, Wincor, dan NCR serta TSI. Tentunya untuk membahas langkah ke depan,” katanya.

Sabtu, 18 Januari 2014

BlackBerry Buntung, Kanada Limbung

Analis Pasar Uang di Amundi Asset Management yang berbasis di London, James Kwok mengatakan, tahun lalu perekonomian Kanada tumbuh paling lambat sejak resesi 2008. Pelemahan perekonomian itu sebagai buntut panjang defisit perdagangan sejak 25 tahun berturut-turut.

Negara produsen BlackBerry ini dipaksa untuk memberikan diskon ekspor terbesarnya, minyak mentah hingga harus memotong operasional BlackBerry agar bisa bersaing dengan produk ponsel lain.

Laporan terbaru pekan lalu menunjukkan defisit perdagangan Kanada tercatat sembilan kali lebih dibanding pendapatan negaranya. Mata uang dolar Kanada juga turun terendah selama empat tahun terakhir di level C$ 1,0991 di Kamis (16/1).

Kwok bertaruh pelemahan ini hanya awal dan diperkirakan akan melemah kembali dalam sembilan bulan mendatang.

"Apalagi sekarang masyarakat Kanada justru lebih senang membeli iPhone (dari AS) dibanding harus mengekspor BlackBerry ke seluruh dunia," kata Kwok seperti dikutip Bloomberg.

Kwok menilai di masa lalu Kanada banyak mendapat manfaat dari ekonomi AS karena kedua negara ini saling dekat satu dengan lainnya. Sebagian besar ekspor Kanada menuju AS.

"Namun kali ini berbeda, saya pikir pemulihan akan jauh lebih lambat kecuali dolar Kanada akan bisa sedikit melemah," katanya.

Loonie, satuan mata uang dolar Kanada, mencapai level terendahnya terhadap dolar AS sejak September 2009 hingga Kamis (16/1). Di tahun ini, dolar Kanada ini juga sudah melemah 3,3 persen, lebih buruk dibanding mata uang dolar Namibia.

Dorong Pertumbuhan

Bank Sentral Kanada mengharapkan pemerintah mau meningkatkan ekspor perdagangannya ke seluruh dunia, khususnya AS. Meski Gubernur Bank Sentral Kanada Stephen Poloz tidak memahami mengapa pengiriman ekspor belum kuat.

Taruhan Kwok atas Loonie yang terus menurun didasarkan pada jaminan Poloz yang tetap mempertahankan suku bunga acuan yang rendah hingga ekonomi pulih. Asumsi Bank Sentral, ekspor akan pulih. Satu-satunya cara adalah melemahkan mata uangnya.

Namun defisit perdagangan Kanada hingga November 2013 masih melebar hingga C$ 940 juta atau sekitar US$ 857 juta. Perkiraan survei Bloomberg, masih ada perkiraan defisit perdagangan yang lebih mencapai C$ 100 juta.

Di bulan yang sama, Kanada justru mengimpor C$ 1,1 miliar lebih peralatan komunikasi, termasuk ponsel cerdas yang merupakan pesaing BlackBerry, salah satunya Apple. Hal ini justru membuat defisit perdagangan Kanada dua kali lipat besarnya dari defisit enam tahun lalu.

BlackBerry Jatuh

Saham BlackBerry telah jatuh lebih dari 90 persen dari puncaknya di 2008. Penurunan harga saham perusahaan karena kehilangan pangsa pasar ponsel cerdas (smartphone) selama bertahun-tahun, khususnya kalah saing dengan Apple dan Samsung.

Konsekuensinya, BlackBerry tahun lalu memangkas jumlah pekerjanya hingga 30 persen. Juru bicara BlackBerry Lisette Kwong menolak berkomentar soal penurunan mata uang dolar Kanada yang berdampak ke penurunan harga saham BlackBerry.

UBS AG menurunkan proyeksi Loonie saat ini ke C$ 1,12 dalam tiga bulan ke depan, dibanding perkiraan sebelumnya hanya C$ 1 di kuartal I-2014. Analis berbasis di Singapura Gareth Berry mengatakan dolar Kanada mengalami perlambatan mendapatkan keuntungan dari pemulihan AS.

Perkiraan analis Brandywine Global Investment Management Jack McIntyre, Loonie akan melemah C$ 1,17 per dolar AS di semester kedua 2014 dan C$ 1,3 per dolar AS di akhir tahun depan. Dia mengatakan AS merupakan pasar terbesar tujuan ekspor Kanada, mencapai 75 persen dari perdagangan ekspornya. Padahal dulu 1 persen pertumbuhan ekonomi AS berarti mengontribusikan 1,5 persen pertumbuhan ekonomi Kanada. "Itu tidak ada lagi. Dolar Kanada masih dianggap terlalu tinggi," katanya.

Kurangnya infrastruktur pipa untuk pasar internasional mengakibatkan harga ekspor minyak di Kanada terpangkas. Harga minyak mentahnya dihargai US$ 18,5 per barel, padahal rekor sebelumnya pernah mencapai US$ 42,5 per barel di Desember 2012. Kanada harus membayar impor minyak mentah dengan harga internasional sebesar C$ 1,5 miliar hanya untuk impor di November 2013.

Saat yang sama, impor minyak mentah AS turun terendah dalam tiga tahun terakhir karena kemampuan produksi minyak di negara adidaya tersebut. Hal ini menyebabkan AS sebagai produsen minyak terbesar di dunia 2015, mengurangi ketergantungan pada produsen asing.

Di kegiatan manufaktur, Kanada juga mengalami perlambatan karena hanya mengontribusikan 10,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) di Oktober 2013, turun dibanding 16 persen di Agustus 2010.

Persaingan Ponsel

Hingga kuartal III-2013, total penjualan perangkat BlackBerry hanya 4,3 juta unit dengan pendapatan US$ 1,2 miliar. Padahal periode yang sama tahun sebelumnya, BlackBerry mencatatkan pendapatan US$ 2,7 miliar. Ini berarti terjadi penurunan  56 persen. Dari 4,3 juta unit yang terjual itu sendiri 1,1 juta unit di antaranya adalah perangkat yang menggunakan sistem operasi BB 10.

Jika dibandingkan dengan penjualan pada waktu yang sama dua tahun yang lalu, BlackBerry terjual 14.2 juta unit ponsel. Jumlah itu sangat jauh bila dibanding penjualan ponsel Apple dan Samsung.

Penjualan ponsel Samsung dan Apple jika digabungkan mencapai 110 juta unit di kuartal III-2013. Saingan terdekat BlackBerry, Nokia dengan Windows Phone  berhasil menjual lebih banyak dengan jumlah 8,8 juta unit.

Jika tidak terus berbenah, perjalanan BlackBerry yang beberapa waktu lalu mendapatkan suntikan dana segar US$ 1 triliun itu dan mendapatkan bos baru, bakal makin berat. Nokia yang sudah diakuisisi Microsoft akan terus menggempur pasar Apple dengan teknologi iOS. Sedangkan Samsung dengan OS Android, terus menggerojok pasar dengan sejumlah gadget Android dengan banyak variasi. Akankah ini akhir BlackBerry dan Kanada?

Sumber: Bloomberg

Minggu, 12 Januari 2014

AS vs China, Siapa Terkuat?

Perusahaan teknologi mana yang memiliki kapitalisasi pasar lebih besar dari Cisco, Hewlett Packard, Twitter atau bahkan Facebook?

Anda akan menemukannya di China. Ada perusahaan bernama Tencent yang telah mengubah haluan bisnis web mobile, ponsel dan bisnis ritel online yang cukup dipandang dunia.

Tencent didirikan di Shenzhen 15 tahun lalu. Perusahaan ini  hanya menawarkan segala sesuatu yang bisa dicari di dunia maya, mobile games, pengembangan perangkat lunak (software), e-commerce dan pesan instan.

Tencent juga dikenal karena menjadi operator telekomunikasi QQ, sebuah layanan pesan melalui desktop dan hingga saat ini telah memiliki 816 juta pengguna aktif bulanan. Sedangkan layanan yang baru diluncurkan, layanan pesan instan WeChat telah memiliki 272 pengguna aktif bulanan.

Kinerja di pasar keuangan, Tencent juga menunjukkan kemoncerannya. Tencent merupakan salah satu perusahaan dengan kinerja saham terbaik dalam satu dekade terakhir.

Saham Tencent meningkat lebih dari 12.200 persen sejak menawarkan saham perdana (initial public offering/IPO) di bursa Hongkong pada 2004 lalu. Kapitalisasi pasarnya kini sebesar US$ 120 miliar, lebih besar dibanding McDonalds, Boeing ataupun American Express.

Mungkin agak aneh bila Tencent ini tidak memiliki satu bisnis yang menonjol. Namun eksekutif Tencent mengatakan, pendekatan platform memungkinkan seluruh lini bisnisnya tidak selalu tergantung dengan internet.

Hal ini berbeda dengan pesaingnya, termasuk Twitter, Google dan Facebook. Ketiga perusahaan asal Amerika Serikat (AS) ini sama-sama baru mendapatkan untung dari pendapatan iklan. Sebaliknya, Tencent justru menambang uang dari menjual produk virtual khususnya bagi penyuka game online yang ingin meningkatkan permainan interaktifnya.

Pendiri dan CEO Pony Ma Huateng mengatakan, bisnis Tencent tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Huateng justru mendorong Tencent memiliki bisnis baru seperti perusahaan asuransi dan perbankan. Dengan kondisi ini akan meningkatkan perekonomian, khususnya di China.

Namun kesuksesan Tencent ini bukan tanpa saingan di China. Manajemen Tencent menghabiskan banyak dana dalam beberapa tahun terakhir untuk menempatkan bisnis tetap di jalannya dan mampu menangguk keuntungan, termasuk melakukan investasi di perusahaan layanan pemanggil taksi Didi Dache.

Pengamat lain melihat Tencent belum bisa unjuk gigi dengan perusahaan lain, khususnya di luar kandang China. Namun Tencent menganggap enteng komentar tersebut dan terus mempromosikan WeChat di seluruh Asia Tenggara. Aplikasi ini juga telah menjajaki pasar Arab Saudi dan Meksiko.

Saat ini, beberapa perusahaan China memang sedang menjajaki pasar AS dan mengeluarkan investasi sekitar US$ 150 juta per tahun di bisnis internet. Tencent juga termasuk salah satu perusahaan yang berminat menawar Snapchat, aplikasi unik pesaing Instagram, yang juga ditawar oleh Facebook dan raksasa Silicon Valley lainnya. Namun Snapchat dengan tegas menolak Facebook.

Pertarungan Apple di China

Apple saat ini sedang menjalin kesepakatan dengan China Mobile terkait akan menjual iPhone terbaru ke lebih dari 700 juta pengguna operator telekomunikasi di China tersebut. Namun tampaknya perjuangan perusahaan teknologi asal AS di China ini tidak akan gampang.

Salah satu sebab Apple susah masuk di China adalah harga produk Apple yang mahal. Misalnya produk iPhone 5C yang menurut perkiraan analis menjadi iPhone versi murah, ternyata harganya mahal dengan cangkang (casing) plastik.

Di China, semua operator tidak memberikan subsidi untuk penjualan ponselnya. Kondisi ini berbeda dengan operator telekomunikasi di AS yang memberikan subsidi saat menjual ponsel, sehingga berharga lebih murah. Misalnya iPhone 5C dijual di pasar China seharga CNY 4.488 atau sekitar US$ 733 (bisa menjadi Rp 8,7 juta dengan kurs Rp 12 ribu).

Akankah Apple akan berhasil di China? Sampai saat ini, Apple telah menjual iPhone di China melalui operator kecil, seperti China Unicom dan China Telecom yang hanya memiliki sekitar 425 juta pengguna. Sementara China Mobile sudah memiliki pengguna lebih dari 700 juta.

Di China, pangsa pasar produk Apple masih di peringkat bawah. Samsung masih merajai dengan 21 persen, disusul Lenovo 13 persen, Yulong 11 persen, Huawei 9 persen dan Apple di posisi buncit dengan 6 persen.

Analis Wall Street mengharap Apple mampu menjual 20 juta hingga 30 juta iPhone di tahun ini agar pangsa pasarnya melonjak. Itu pun hanya penjualan kecil bila dibanding pasar pengguna ponsel yang bisa disasar mencapai 200 juta pengguna. Apple tahun lalu mampu menjual 150,2 juta iPhone tahun lalu dan analis berharap bisa meningkat antara 165 juta hingga 180 juta iPhone di tahun ini.

Banyak analis mengatakan bila Apple mampu bekerja sama dengan China Mobile akan mendorong 20 persen ke penjualan iPhone di tahun ini. CEO Apple Tim Cook sedang berusaha melobi agar kerja sama tersebut sukses.

Itu pun bila Apple mau menjual iPhone dengan harga sedikit murah, meski strategi tersebut tidak akan pernah dilakukan Apple. Lalu siapa yang akan menang, China atau AS? Tunggu saja.

Sumber: CNN 1 dan 2