Senin, 30 November 2015

Yellow Trux Pendulang Uang

IMG_20150925_154052

Berawal dari kegemaran jalan-jalan, nongkrong, dan berwisata kuliner, Febrian Juanda memulai usaha di bidang kuliner. Hobi jalan-jalan dan bersantai menurutnya tidak boleh sia-sia.

IMG_20151020_100338

Demi menyalurkan kegemaran sekaligus mencari rejeki, ia kemudian membuka mini kafe bernama Yellow Trux di Bogor, Jawa Barat.

“Minat saya memang bisnis di bidang kuliner karena memang suka jalan-jalan, makan, dan yang enak-enak. Jadi menurut saya kalau jalan-jalan pulangnya harus menghasilkan inspirasi,” ujar Febri.

Berkonsep food truck, mini kafe yang berlokasi di Jalan Semeru, Bogor ini menyuguhkan berbagai menu makanan ringan, mulai dari aneka ice cream, milk shake, olahan mie instan, roti bakar, dan lain sebagainya.

Pelanggan pun akan dimanjakan dengan jaringan internet yang kuat dan menu yang terjangkau kantong pelajar.

IMG_20151022_133616

“Kami memang mengonsepkan tempat yang murah untuk remaja nongkrong. Dengan harga terjangkau, target pasar kami usia 15-28 tahun. Menu yang paling laris Cookies Cream dan kiwi frezz,” katanya.

Berwarna serba kuning, Yellow Trux memang sebuah gagasan yang tertuang karena kesukaan pada warna kuning. “Saya memang suka warna kuning dan kata orang kalau warna kuning bikin lahap makan. Konsep truk dibuat karena ini baru pertama kali di Bogor,” kata Febri.

Pembangunan mini kafe ini didukung investor yang berperan dalam pemberian saham pasif dengan konsep bagi hasil. Modal usaha ini mencapai Rp 70 juta. Hingga saat ini, selama tiga bulan Yellow Trux menghasilkan omzet Rp 55 juta.

“Saat ini sangat banyak anak muda yang sukses pada bisnisnya karena memang ada investor yang kerja sama,” katanya.

Menurut dia, untuk mendapatkan kepercayaan investor harus ada personal branding yang kuat. Inovasi, pencarian ide, dan berbagai riset harus dilakukan sebelum pada akhirnya mendirikan sebuah mini kafe atau restoran.

IMG_20150923_091432

“Kadang orang selisih paham dengan rekan investornya. Tapi kita harus tetapkan dari awal bagaimana sistem bagi hasilnya. Kalau memang bisa konsisten dan bertanggung jawab, investor akan tertarik,” katanya.

Laki-laki berusia 23 tahun ini memang merasa tertarik pada dunia bisnis sejak SMA. Bisnis kecil-kecilan sudah dilakukannya sejak duduk di bangku sekolah. Hingga saat menimba ilmu di bangku kuliah, bisnis justru jadi prioritas.

IMG_20150908_110835

“Saya tidak selesaikan kuliah karena asik dengan dunia bisnis. Saya dua kali pindah kuliah dan keduanya tidak selesai,” ujar Ketua bidang Kewirausahaan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Jawa Barat dan Bogor ini.

Menurut dia, belajar tak hanya melalui bangku sekolah. Konsep belajar dari ahlinya bisa menjadi salah satu kunci kesuksesan. Berbagai pelatihan bisnis dan seminar pun menjadi kegiatan yang rutin ia sambangi.

“Saya orangnya suka belajar langsung dari ahlinya. Jadi sampai sekarang belajar dengan cara yang berbeda. Ikut seminar, training, dan lain-lain masih kok,” katanya.

Hingga saat ini, ada tiga bisnis yang ia kelola, yaitu Food Addict, Black and White dan Yellow Trux. Ekspansi mendatang, Febri mengaku berencana memproduksi ice cream. Pasalnya kebutuhan ice cream sangat tinggi untuk tiga kafe yang ia kelola.

IMG_20150903_195247

Bolos Kuliah Satu Semester

JIWA muda memang sangat bergejolak, terlebih untuk mencoba hal yang baru dan lebih menantang. Febri Juanda juga mengalaminya.

Sekitar enam bulan ia berusaha mencari jati diri dan menemukan minat yang ia sukai. Ia berkeliling ke sejumlah tempat di Pulau Jawa, seperti Yogyakarta, Surabaya, Kediri, hingga Bali.

“Saya sempat cuti kuliah buat jalan-jalan. Satu semester tidak kuliah. Itu orang tua saya tidak tahu. Sampai akhirnya saya menjadi pelayanan restoran di Bali selama satu bulan karena sudah tidak punya uang,” katanya.

Inspirasi menjadi pengusaha tak hanya datang dari plesiran. Pertemuannya dengan seorang laki-laki setengah baya di dalam kereta komuter Bogor-Kota juga menjadi bekalnya membuka bisnis.

Ia mengaku tidak cocok melakukan pekerjaan di perusahaan besar. Karakter pribadi yang keras tidak mendukungnya menjadi karyawan yang baik.

IMG_20150924_163132

“Saya tipe yang tidak bisa disuruh-suruh. Jadi saya tidak cocok dengan atasan. Sudah sempat kerja juga dulu di Jakarta. Saya sempat bertemu dengan bapak yang sudah 30 tahun bekerja tapi kesejahteraannya segitu saja. Saya berpikir apakah saya juga akan seperti itu,” katanya.

Berbekal kepercayaan, relasi, dan riset pasar, pria penyuka modifikasi mobil ini terjun ke dunia bisnis. Ia memberikan saran kepada pengusaha muda untuk tidak takut mencoba. Kegagalan memang pasti pernah terjadi tapi konsep dan perencanaan akan mematangkan bisnis.

“Gagal pasti ada, tapi konsep harus matang. Riset pasar harus dilakukan sebelum membuat usaha supaya jangan cuma buka usaha dan ramai di awal. Kualitas dan inovasi harus terus dilakukan. Prinsip saya, kalau tidak bisa jadi nomor satu harus jadi yang terbaik. Itu bisnis,” katanya.

L1470347 (2)

Nama : Febrian Juanda
Usia : 23 tahun
Hobi : jalan-jalan, makan, nongkrong, modifikasi mobil
Organisasi : Ketua Bidang Kewirausahaan HIPMI Jawa Barat dan Bogor
Perusahaan : Kuliner, Yellow Trux
Instagram : @Yellowtrux
Facebook : Yellow Trux ID



via didikpurwanto.com

Minggu, 29 November 2015

Toyota Ungguli Penjualan VW

Camry_car

Toyota Motor Corp mengungguli penjualan Volkswagen (VW) untuk bulan keempat berturut-turut pada Oktober sebagai produsen yang menjual mobil terlaris sepanjang tahun ini. Penjualan VW tertekan akibat skandal manipulasi standar emisi.

Toyota mengatakan, penjualan kendaraan pada kelompoknya mencapai 8,35 juta unit periode Januari-Oktober 2015. VW hanya mampu menjual 8,26 juta unit dalam periode yang sama. Toyota telah melampaui penjualan VW secara tahunan sejak Juli 2015.

Awal bulan ini, VW menyatakan, penjualan merek Volkswagen turun 5,3 persen (yoy) pada Oktober, pertama kalinya sejak VW terkena kasus skandal dan penjualan pertama kali ke AS sejak 2009.

Penjualan di Jepang hingga Oktober juga turun 1,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penjualan dari kelompok VW untuk periode yang sama turun 1,7 persen tahun ini.

Sumber: Reuters



via didikpurwanto.com

Murdoch Beli Tribune Publishing

tribune

Pemilik media News Corp Rupert Murdoch memiliki keinginan kuat membeli the Tribune Publishing Co. Los Angeles Times yang menjadi anak usaha Tribune akan memisahkan diri dan dibeli investor lokal, termasuk Eli Broad.

Murdoch yang juga memiliki 21st Century Fox, kelompok hiburan dan siaran membuat komentar di Twitter.

Pada September lalu direksi Tribune mengatakan, Los Angeles Times dan San Diego Union-Tribune memiliki portofolio perusahaan dan komponen kunci yang mendasari keberhasilan di masa depan.

Murdoch dalam akun Twitternya belum memverifikasi perusahaan yang akan mengakuisisi kelompok surat kabar tersebut, termasuk waktu pembelian. Murdoch menyatakan tidak menawar dan tidak memiliki ketertarikan.

rupert-murdoch_news-corp

Seorang wakil Los Angeles Times yang merepresentasikan juru bicara Tribune Co tidak bersedia memberikan komentar.

Juru bicara Eli Broad yang tertarik membeli Los Angeles Times menolak berkomentar.

The Tribune Co pada September mengurangi biaya modal tahunan yang dikaitkan dengan tantangan di Southern California. Surat kabar yang diterbitkan the Tribune Co termasuk the Baltimore Sun, Hartford Courant, SunSentinel dan Orlando Sentinel.

Saham Tribune ditutup turun 25 persen dari US$ 12,24 pada 31 Agustus menjadi US$ 9,29 per saham pada akhir pekan lalu.

Sumber: Reuters



via didikpurwanto.com

Jumat, 27 November 2015

Review Brush with Danger

efe5c7592510e8cfd3c9ff64e61853f5Danger_Poster

Tidak semua imigran gelap mampu selamat hingga negara tujuan. Ada yang tewas saat perjalanan atau justru meninggal saat tiba di tempat persinggahan.

Sebagai salah satu negara berpenduduk terbesar di dunia, China melakukan imigrasi ke beberapa negara, khususnya ke Amerika Serikat. Mereka kebanyakan datang dalam jumlah banyak dan mencari penghidupan lebih baik.

Sejarah orang China yang berimigrasi ke AS pertama kali sebanyak 1.000 orang pada tahun 1820. Berdasarkan catatan Pemerintah AS, semua imigran tersebut pria.

Demam emas California pada 1848 memicu lebih banyak kedatangan orang China ingin menambang emas dan bekerja kasar.

Pada 1852, imigran China sudah mencapai 25 ribu orang lalu menjadi 105.465 orang pada 1880. Sebagian besar tinggal di Pantai Barat. Sebagian besar imigran awal adalah pria muda berpendidikan tak memadai dari Provinsi Guangdong.

Cerita perjalanan imigran China bisa dilihat di Wikipedia.

Kembali ke film Brush with Danger, film tersebut mengisahkan imigran gelap dari China ke AS. Imigran sengaja masuk melalui kontainer yang biasa digunakan untuk barang.

Anehnya, satu kontainer bisa berisi lebih dari 20 orang. Saya membayangkan, bagaimana mereka bisa hidup karena perjalanan dari China ke Seattle, Washington, AS cukup jauh.

Lepas dari itu, dua tokoh utama Alice (Livi Zheng) dan Ken (Ken Zheng) yang ikut dalam rombongan di kontainer tersebut selamat dan sampai di AS dengan selamat.

Mereka mencari ayahnya yang lebih dulu menjadi imigran di sana. Namun tanpa bekal cukup, mereka memberanikan diri menjadi imigran.

Akibat tidak memiliki rumah atau peraduan di sana, mereka kelimpungan. Beruntung Alice pintar melukis dan membawa lukisannya.

Alice menjual lukisan di sebuah pasar terbuka. Ken yang ahli bela diri pun memertontonkan kebolehannya. Keahliannya pun menghasilkan uang dan mereka pun bisa makan.

Kemampuan mereka berdua yang sekaligus bisa beladiri juga mampu menolong ibu tua pemilik sebuah restoran yang dicopet. Ibu tua tersebut menawari makan dan tempat tinggal.

Namun Alice menolak kebaikan ibu tersebut. Ia tetap berusaha mandiri sambil mencari ayahnya.

Suatu hari ada yang berminat terhadap lukisan Alice dan menawarkan kerja sama menjadi pelukis di galeri. Justus Sullivan, pemilik galeri berani membayar tinggi atas lukisan-lukisan yang dibuat Alice.

Awalnya, Alice sempat ogah menerima tawaran tersebut karena lukisan tidak boleh ditulis namanya. Ia seakan menjadi pelukis bayangan.

Apalagi Alice sempat mendapat tawaran melukis karya Van Gogh dan dibayar tinggi oleh Justus. Konflik pun mulai beradu di sini karena ternyata ada seorang Polisi yang sedang menyelidiki kasus serupa.

Di AS, banyak kejadian pembunuhan imigran gelap, khususnya terkait lukisan dan korbannya merupakan wanita Asia.

Film berdurasi sekitar 90 menit ini mudah dipahami karena alur dibuat ringkas. Bahasa percakapan pun khas imigran Asia sehingga mudah dipahami meski tidak memakai subtitle. Tapi tenang saja, film ini memiliki subtitle Bahasa Indonesia kok.

Apa yang menarik dari film ini?

Film tersebut disutradarai Livi Zheng, warga Malang kelahiran 3 April 1989 yang menuntut ilmu ke China. Film tersebut murni diproduksi di AS dan telah dirilis di AS sejak 19 September 2014.

Ia memulai karir sebagai pemeran pengganti sejak usia 15 tahun. Pada usia 4 tahun, ia dan keluarga pindah ke Jakarta.

Zheng memiliki satu adik, Ken Zheng yang juga terlibat dalam film tersebut. Ia dan Ken pindah ke Beijing saat berusia 15 tahun dan ke AS ketika berusia 18 tahun. Ini bisa jadi semacam kisah mereka sendiri dan difiksikan menjadi seorang imigran.

Pengambilan gambar film ini dibuat selama 27 hari pada 2013 di Seattle, Washington, dan Los Angeles, California.

Masuk Nominasi Oscar

Livi Zheng merupakan satu-satunya wanita Asia pertama yang filmnya sukses di dunia perfilman di AS. Hasil karyanya sempat terpilih masuk seleksi Piala Oscar dan tayang di AS selama hampir dua bulan.

Awalnya, menurut pengakuan Livi, ia sempat tak percaya filmnya masuk nominasi, apalagi Oscar. Ia sempat mengacuhkan surat elektronik dari panitia yang mengabarkan film Brush with Danger masuk seleksi nominasi Oscar.

“Bayangkan sekitar 40 ribu film masuk seleksi penghargaan Piala Oscar dan film Brush with Danger bisa menyisihkan mereka untuk kategori Best Picture,”katanya saat ditemui di XXI Episentrum, Sabtu (21/11).

Film Brush with Danger selanjutnya masuk 300 besar dan bersaing dengan film-film Hollywood lainnya. Harapannya film ini bisa menginspirasi generasi muda di seluruh dunia.

Film ini sudah resmi masuk Indonesia sejak 26 November 2016

Review:

Film ini memiliki sinematografi yang lumayan apik dengan sentuhan efek yang minim sehingga terkesan natural.

Aksi bela diri pun dibuat lebih natural karena kedua pemain telah mahir beladiri meski beladiri yang digunakan bukan wushu seperti kemahiran Livi dan Ken. Livi juga sempat menjadi juara Wushu.

Dengan cerita yang ringan dan aksi beladiri yang kurang ekstrem memicu film drama thriller ini menjadi kurang menegangkan. Padahal bila memberi efek khusus dan tambahan cerita sejarah bangsa China yang menjadi imigran di AS mungkin bisa sedikit lebih apik. Apalagi bila dibumbui serangan invasi masyarakat China yang mulai menyerbu AS.

Tapi Livi tampaknya ingin menyajikan sajian film yang ringan, menghibur dan ingin memberi pesan kebaikan kepada penontonnya.

Segala sesuatu yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tentu saja niat baik akan mendatangkan kebahagiaan, tak hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga masyarakat sekitar.



via didikpurwanto.com

Xiaomi Gagal Ungguli Huawei

xiaomi (1)

Xiaomi diperkirakan gagal mengungguli penjualan Huawei karena diperkirakan hanya mampu menjual ponsel di bawah 80 juta unit sepanjang 2015. Penjualan tersebut sudah direvisi dari target sebelumnya menjual 100 juta unit ponsel.

Lembaga riset Canalys menyatakan, pengiriman ponsel Xiaomi secara domestik, termasuk Mi4 dan seri Redmi turun delapan persen pada kuartal III dibanding periode sama tahun lalu.

IHS, perusahaan riset lainnya memerkirakan pengiriman Xiaomi turun 3,9 persen, hampir tak mampu menggoyahkan penjualan Huawei Technologies Co.

Hingga sembilan bulan pertama di 2015, Xiaomi hanya mampu menjual 53 juta unit ponsel, setengah dari target penjualan semula. Meski mendapat pendanaan dari GIC Pte, All-Stars Investment Ltd dan DST, Xiaomi masih sulit menyaingi produsen lokal, khususnya Huawei yang kini sudah mendapatkan pangsa pasar ketiga di bawah Apple dan Samsung.

“Dengan tambahan modal dari investor, Xiaomi ingin seperti Apple dan mereka tumbuh sangat cepat. Tapi sekarang mereka tidak lagi tumbuh cepat dan tidak sebagus Apple,” kata analis di Sanford C Bernstein di Hong Kong, Alberto Moel.

Untuk mendongkrak penjualan, Xiaomi merilis Redmi Note 3 dengan fitur pemindai sidik jari dan bahan ponsel berupa logam. Harga Redmi Note 2 juga langsung dipangkas.

Pertumbuhan mungkin terjadi di kuartal IV seiring perilisan Redmi Note 3 dan rencana peluncuran Mi5 serta Hari Belanja di China yang biasa terjadi di akhir tahun. “Tapi kami tidak khawatir dengan valuasi. Dari waktu ke waktu, penjualan masih substansial,” kata Managing Partner Investor Xiaomi, GGV Capital di Menlo Park, California, Hans Tung.

“Selama setahun ke depan, itu akan menjadi jelas apa yang Xiaomi lakukan di rumah pintar dan layanan ruang.”

Wakil Presiden Xiaomi Hugo Barra menolak mengomentari target pengiriman atau valuasi aset perusahaan.

Sumber: Bloomberg



via didikpurwanto.com

SCMP Akui Didekati Alibaba

scmp-6-oct-2014b

South China Morning Post (SCMP) mengakui telah didekati Alibaba Group Holding Ltd untuk membahas membeli aset media.

SCMP menempati posisi penting di kalangan elite berbahasa Inggris yang masih mendominasi bekas koloni Inggris. Harian berbahasa China mungkin lebih berpengaruh dibanding SCMP namun perubahan arah editorial dipandang sebagai barometer kebebasan pers di bawah pemerintah China.

Senin lalu, Bloomberg melaporkan CEO Alibaba Jack Ma sedang dalam pembicaraan lanjutan mengambil saham di SCMP. Sumber itu mengatakan kepada Reuters, pembicaraan yang melibatkan Alibaba merupakan investasi swasta. Perusahaan berbasis di Hangzhou ini telah ekspansi ke sektor media.

Beberapa wartawan di SCMP menyambut berita itu dan mengatakan Jack Ma memiliki reputasi penurunan bisnis yang terjadi di surat kabar tertua di China itu.

Namun tak sedikit wartawan yang berhati-hati atas rencana aksi korporasi tersebut. “Hati-hati terhadap apa yang Anda inginkan,” kata editor yang enggan disebut namanya.

Dia mengatakan, beberapa wartawan waspada atas hubungan Jack Ma, seorang warga China daratan dan kepemimpinan di Beijing. SCMP menolak berkomentar.

Ketua Konsultasi Teknologi BDA China Duncan Clark mengatakan, Jack Ma tidak mungkin mengubah SCMP menjadi alat propaganda, baik untuk Beijing maupun Alibaba. “Mereka lebih canggih dari itu,” katanya.

SCMP Group menyatakan, pertimbangan proposal investasi masih dalam tahap awal dan syarat tunduk pada diskusi lebih lanjut dan persetujuan peraturan.

“Ada laporan di luar sana yang mengatakan penandatangan kerja sama sudah dekat. Kami tidak melihat itu,” kata Direktur Pemasaran dan Acara di SCMP Group Michael Chu.

“Seperti halnya diskusi bisnis, saya akan mengatakan ada tingkat ketidakpastian. Apa pun masih bisa berubah.” Juru bicara Alibaba Rachel Chan menolak berkomentar.

Selain surat kabar, SCMP Group juga memiliki lisensi beberapa publikasi, termasuk Cosmopolitan, Harper Bazaar, dan Majalah The Peak. Oktober lalu SCMP bekerja sama dengan e-commerce di Hong Kong, MyDress.com.

Pada 2013, seorang wartawan SCMP mengundurkan diri setelah menulis Jack Ma yang menyatakan mendukung tindakan keras demonstran pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen Beijing pada 1989. Jack Ma membantah telah membuat pernyataan tersebut.

Awal bulan ini, SCMP menunjuk Wakil Editor Tammy Tam menggantikan Wang Xiangwei menjadi Pemimpin Redaksi mulai 1 Januari 2016.

Sumber: Reuters



via didikpurwanto.com

Selasa, 24 November 2015

Alibaba akan Beli SCMP

scmp-6-oct-2014b

Pendiri Alibaba Group Holding Ltd Jack Ma sedang dalam pembicaraan membeli saham di penerbit surat kabar South China Morning Post (SCMP). Rencana pembelian bisa membantu bisnis perusahaan karena selama ini banyak yang mulai meninggalkan media tradisional dan beralih ke media online.

Dua sumber yang mengetahui masalah itu mengatakan, negosiasi sudah berada pada stadium lanjut. Namun tidak mau diidentifikasi karena negosiasi pribadi.

Salah satu sumber lain menyebut, penandatanganan kerja sama akan diumumkan segera meski nilai kesepakatan belum diketahui.

SCMP semula dimiliki taipan media Rupert Murdoch namun pada 1993 menjual sebagian besar sahamnya ke miliarder Malaysia Robert Kuok. SCMP dan Alibaba menolak berkomentar.

Namun ketika Jack Ma ditanya apakah tertarik membeli SCMP dalam sebuah wawancara bulan ini, dia mengatakan sedang melihat banyak perusahaan sekarang. Upaya untuk menghubungi kelompok Kuok pun belum berhasil.

Alibaba tampaknya mengikuti jejak Amazon.com Inc. CEO Amazon Jeff Bezos membeli Washington Post pada 2013. Di antara serbuan masif media online, Bezos justru mengakuisisi media tradisional.

Langkah serupa dilakukan salah satu pendiri Facebook Inc, Chris Hughes. Dia membeli saham mayoritas di Majalah New Republic pada 2012.

SCMP Group Ltd telah mengalami penurunan laba tiga tahun terakhir dan perdagangan di bursa saham Hong Kong dihentikan sejak Februari 2013 setelah perusahaan gagal memiliki setidaknya 25 persen saham untuk investor minoritas.

Surat kabar berbahasa Inggris ini telah berusia 112 tahun dan menjadi aset yang paling terlihat. Kelompok perusahaan juga bergerak pada bisnis mulai dari perekrutan di majalah dan percetakan.

China Daily melaporkan awal bulan ini bahwa rumor yang beredar menyatakan Alibaba sedang dalam pembicaraan untuk berinvestasi di SCMP Group.

Sumber: Bloomberg



via didikpurwanto.com

Minggu, 22 November 2015

Kreasi Oshibana Pendulang Laba

IMG_20151118_125109

Ketertarikan menekuni seni pressed flower mendorong Pengelola Kebun Raya Bogor mengajak Sri Alderina ikut melestarikan dan memerkenalkan kekayaan flora Indonesia melalui bisnis seni kerajinan bunga tekan (oshibana).

Ia menekuni oshibana sejak 2010. Rina, panggilan akrab Sri Alderina, juga sempat menerbitkan buku berjudul Seni Bunga Press dari Jepang pada 2011.

“Saya sekarang dalam tahap kerja sama dengan Kebun Raya Bogor. Mereka punya garden shop. Manajer tokonya meminta saya memasok produk-produk flora karena selama ini mereka jual produk fauna yang mendapat protes pengunjung asing,” ujarnya.

Nantinya produk karya Rina akan memakai merek dari Kebun Raya Bogor. “Tapi saya minta mencantumkan made by Rina Oshibana karena itu brand saya,” katanya.

Oshibana istilah seni pengeringan bunga berasal dari Negeri Sakura. Oshibana berasal dari dua kata yaitu Oshi berarti tekan, bana berarti bunga. Secara global, seni ini dikenal dengan The Art of Press Flowers. “Kalau di luar negeri, seni ini sudah lama dikenal,” katanya.

“Saya adaptasi seni press bunga ini ke bunga-bunga khas Indonesia. Kita kan floranya kaya banget. Mungkin paling kaya sedunia kalau boleh sombong. Sekarang bagaimana caranya mengenalkan ke orang luar kalau kita punya bunga keren dan cantik,” kata Rina.

Selain kekayaan flora yang beragam, kecintaanya pada hal-hal berbau seni menjadi inspirasi berbisnis. Saat itu, seni bunga press belum ada.  Ia mulai berbisnis sejak 2011 dengan modal awal sekitar Rp 500 ribu.

Uang Rp 350 ribu digunakan untuk biaya pelatihan dan sisanya untuk membeli alat-alat press. “Lama-lama saya bikin sendiri alat press karena saya ingin harga alat murah meriah. Akhirnya saya menjual alat dan buku juga,” ujarnya.

IMG_20151118_102132

Ia menjual seni bunga tekan mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 500 ribu. Produk dijual mulai dari pembatas buku hingga pajangan dalam bingkai. Untuk meningkatkan penjualan, ia juga ikut pameran dan menggelar workshop ke wilayah di luar Jakarta.

“Saya mendapatkan pembinaan dari Dinas Perindutrian dan Perdagangan (Disperindag) kota Depok. Setelah itu, saya baru mengerti keuangan,” katanya.

IMG_20151118_102146

Awalnya, omzet yang diterima sekitar Rp 1 juta per bulan dari menjual hasil kesenian, pesanan buku dan alat press satu set. Sejak dibina Disperindag Depok ada peningkatan, terutama ketika pameran.

“Sekarang omzet termasuk dari pelatihan di atas Rp 3 juta. Pendapatan terbanyak dari pelatihan meski dari pendapatan pelatihan tidak menentu,” katanya.

Ia berharap perusahaan ritel besar mau menerima penjualan produk Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan sistem bagi hasil. Selama ini banyak perusahaan ritel menolak produk UKM karena dianggap tak layak jual.

“Ada juga perusahaan ritel baru membayar tiga bulan sekali. Masalanya, itu terlalu lama karena barang lama akan susah dijual. Sekarang lebih baik dijual online,” katanya.

 

IMG_20151118_102045

Ajari Anak Berwirausaha

Berbisnis tak melulu soal keuntungan. Sri Alderina menilai berbisnis merupakan seni berbagi, khususnya ilmu yang bisa menjadi pengalaman orang lain dalam berkarya.

Ia secara aktif mendorong orang tua mendidik anaknya belajar kreatif melalui wirausaha. “Orang tua lebih baik mendidik anaknya dengan wirausaha. Jangan mendidik game online. Dengan belajar membuat produk seni, anak bisa belajar kreativitas dan mengurangi penggunaan gadget,” katanya.

Rina selalu mengajarkan seni kerajinan pada tiga anaknya. Misalkan anak pertama, Fayza Sabira yang lebih suka merajut, membuat kerajinan tas, dan sweater. Anak kedua, Najmi Hamizan lebih suka menjual produk secara online dan lebih suka masak. “Walau sebenarnya ia bercita-cita menjadi pengusaha sapi,” katanya.

Anak bungsu, Zhafran Ahmad lebih suka menggambar dan berjualan di sekolah. Ia ingin menjadi ustadz sekaligus pengusaha. Namun ia tak mengharapkan upah dari hasil ceramahnya. “Intinya ia ingin mencerahkan umat tapi tidak ingin membebani umat dengan membayar fee untuk ceramahnya,” katanya.

Ia berharap ketiga anaknya kelak mampu menekuni kegemarannya masing-masing dan menjadikan bisnis bagi mereka.

IMG_20151118_102250

PROFIL

Nama : Sri Alderina
Nomor Telepon : 081295281276
WhatsApp: 08118113627
Email: rinafitrayanan@gmail.com
Facebook : Sri Alderina
Instagram/Twitter : Rina Oshibana
Pendidikan Terakhir : D3 Sastra Jerman Univeristas Indonesia.
Alamat: Kompleks Kavling Universitas Indonesia JL Cahaya Titis, Blok G NO 3B Beji Tanah Baru, Depok



via didikpurwanto.com

Rabu, 18 November 2015

McDonald’s Siap Rilis Menu Baru

mcdonalds-copy1

McDonald’s Corp menyatakan akan merilis menu baru di Amerika Serikat pada Januari 2016 sebagai upaya mendongkrak bisnis perusahaan yang selama ini memiliki penurunan pendapatan.

McDonald’s akan merilis menu promosi mulai 4 Januari hingga 8 Februari. Juru bicara McDonald’s Lisa McComb mengatakan, menu akan menawarkan pilihan dan fleksibilitas.

McDonald’s masih akan menawarkan berbagai varian menu dengan harga mulai US$ 1-2. Tujuan McDonald’s merilis menu dengan harga murah karena ingin meyakinkan pelanggan.

Selain itu, McDonald’s ingin mengguncang perusahaan lain yang memiliki varian menu dengan harga lebih murah dan berharap pelanggan mau beralih ke McDonald’s.

“Kami percaya kami memiliki menu makanan modern,” kata CEO McDonald’s Steve Easterbrook pada pertemuan investor pekan lalu. Ia siap merilis berbagai platform dalam menjual menu-menunya.

Easterbrook yang telah berjanji mendongkrak bisnis perusahaan menjadi restoran modern dan perusahaan burger progresif telah mengambil langkah-langkah meningkatkan rasa dan kualitas makanan McDonald’s dengan menggunakan mentega dan bukan margarin, khususnya di menu Egg Muffins.

Untuk telur akan menggunakan ayam kandang, bukan ayam yang dibesarkan dengan antibiotik. Ia percaya telur dari ayam kandang ini akan memiliki citarasa lebih enak dibandingkan telur dari ayam suntikan.

Pada Oktober, McDonald’s melaporkan peningkatan penjualan di kuartal III, mengakhiri enam kuartal berturut-turut dengan pendapatan stagnan dan menurun.

Cabang McDonald’s di Amerika Serikat yang menjadi penyumbang pertama bagi keuntungan perusahaan melaporkan kenaikan penjualan 0,9 persen, kenaikan pertama dalam 13 bulan terakhir. Ia menilai, keputusan menukar mentega pada menu Egg Muffins dapat mendongkrak penjualan yang selama dua tahun menurun.

Penjualan di China yang sejak Juli 2014 terus menurun kini naik 26,8 persen. Australia, Inggris, dan Kanada juga memberi kontribusi kenaikan penjualan kuartalan setidaknya dalam 13 bulan terakhir.

Sumber: Reuters



via didikpurwanto.com

Berburu Lomba demi Hadiah?

hadiahuntukhariibu_zpsae90e92e

Tahun ini menjadi tahun cukup berarti bagiku. Dari berbagai macam lomba, hanya beberapa yang menang. Itu harus disyukuri.

Sebenarnya, saya ikut lomba karena hanya ingin berekspresi. Urusan menang atau kalah, itu urusan belakangan. Yang penting bisa menulis dan memajang kenangan.

Kebetulan artikel yang saya tulis (dari beberapa lomba tersebut) berasal dari pengalaman pribadi sehingga cukup mengalir. Intinya cuma curhat saja daripada hilang dalam kenangan. Haha..

Dari berbagai macam lomba, tulisan tentang Daihatsu Sirion dan Sunpride hanya menang dalam babak semifinal. Pemenangnya hanya diundang pada acara khusus di Jakarta.

Tulisan lain yang cukup membanggakan bagiku adalah tulisan tentang Nescafe dan Smartfren.

Khusus Nescafe, saya juga menang dalam babak penyisihan dan diundang dalam kunjungan ke Pabrik Nescafe di Lampung, beberapa waktu lalu. Bukti lomba bisa dilihat dalam favorit akun Twitter saya (@ditopuccino)

Beruntung, dalam penulisan artikel berhasil mendapat juara III dengan hadiah Rp 1 juta. Alhamdulillah.

Terakhir, tulisan iseng tentang Smartfren berhasil menjadi juara harapan dengan hadiah modem Andromax M2Y, mirip dengan modem yang saya miliki, M2P. Pengumumannya bisa dilihat di sini.

Semoga di tahun mendatang bisa lebih berhasil lagi. Amiiin.



via didikpurwanto.com

Selasa, 17 November 2015

Kudo, Kios Online Berbasis Agen

kudo

Situs belanja online semakin marak di Tanah Air. Potensi pasar yang besar tak menyurutkan minat perusahaan rintisan (startup) berlomba-lomba menyuguhkan situs belanja online yang efisien, gampang diakses, dan memudahkan dalam pembayaran.

Selama ini situs belanja online memang belum banyak dipercaya masyarakat. Apalagi sistem pembayaran rata-rata dengan mekanisme perbankan, seperti kartu kredit, kartu debit, transfer hingga Cash on Delivery (COD).

Sistem COD hingga kini masih menjadi sistem yang dipercaya masyarakat. Sistem ini memungkinkan penjual dan pembeli bertemu dan bertatap muka hingga mencapai kesepakatan jual beli.

Namun bila jarak antara penjual dan pembeli jauh, sistem ini akan terkendala. Nah, perusahaan rintisan Kudo bisa menjawab solusi di atas.

Kudo adalah startup asli bikinan anak Indonesia. Berdiri Juli 2014, Kudo (Kios Untuk Dagang Online) ingin mengembangkan solusi praktis untuk marketplace dan ekosistem pembayaran di Tanah Air.

Apa itu Kudo selengkapnya? Bisa cek di sini:

Kudo bekerja sama dengan perusahaan e-commerce lain yang memungkinkan belanja online semakin mudah. Di sini, Kudo menyediakan agen yang dipercaya penjual untuk memfasilitasi dengan pembeli.

Situs ini didirikan dua anak muda Indonesia yaitu Albert Lucius sebagai CEO dan Agung Nugroho sebagai COO.

Menurut Agung, agen akan menjadi tumpuan Kudo dan menjembatani antara penjual dan pembeli dalam bertransaksi online. Mekanisme pembelian barang tetap memakai cara online.

Agen akan dibekali sebuah tablet yang berisi katalog online produk yang dijual di Kudo. Nah, pembeli yang ingin bertransaksi bisa membayar sejumlah harga barang kepada agen tersebut.

Di sini akan muncul kepercayaan antara penjual dan pembeli dalam bertransaksi, khususnya bisa membayar secara tunai ke agen.

Bila barang tidak sampai atau rusak, si agen yang akan bertanggung jawab kepada Kudo dan akan diteruskan kepada si penjual. Kudo juga sudah melakukan kesepakatan dengan penjual, khususnya barang atau jasa yang dijual merupakan produk asli, bukan tipu-tipu.

Nah, bedanya dengan situs belanja online lain, Kudo memang menyediakan agen tersebut untuk memfasilitasi antara penjual dan pembeli. Di sini agen bisa siapa saja yang ingin mendaftar, baik karyawan, ibu rumah tangga, pensiunan.

Uniknya, bila mau menjadi agen akan berkesempatan mendapat komisi dari penjualan tadi. Visi Kudo ingin menciptakan jutaan pengusaha teknologi secara gampang dengan penghasilan menggiurkan.

Untuk menjadi agen, kita diharuskan deposit minimal Rp 500 ribu sebagai saldo untuk transaksi. Jumlah deposit seterusnya akan tergantung besarnya transaksi belanja online nantinya. Cara ini seperti jualan pulsa online namun Kudo menyediakan beragam barang dan jasa.

Kudo juga akan meminjamkan sebuah tablet mungil sebagai alat untuk memudahkan kita berjualan online. Pembeli bisa langsung melihat produk yang ditawarkan Kudo melalui perangkat tersebut.

Kudo mengklaim menawarkan dua juta barang mulai dari tiket, barang elektronik, busana, kosmetik, barang rumah tangga, makanan, dan semua kebutuhan seperti pulsa, pembayaran listrik, air, asuransi, dan cicilan pembayaran.

Dengan menjadi agen, kita seperti memiliki supermarket pribadi meski sebenarnya itu barang milik orang lain. Kita bisa membeli sendiri atau memfasilitasi orang lain untuk membeli produk dalam katalog Kudo tadi. Asyiknya, kita bisa mendapat penghasilan dari menjadi agen tersebut.

Tertarik?



via didikpurwanto.com

Senin, 16 November 2015

Akik Cantik Berbalut Tembaga

IMG-20151114-WA0054

Bisnis batu akik akhir-akhir ini lesu seiring penurunan minat beli masyarakat. Lambat laun masyarakat mulai meninggalkan hobi mengoleksi batu akik.

Namun bisnis serupa tapi tak sama dilakukan Oki Octo Yulius. Lelaki keturunan Minang Sumatera Barat ini tetap mencintai batu akik dengan sedikit modifikasi.

Lulusan Sarjana Desain Komunikasi Visual Interstudi ini membuat batu akik menjadi perhiasan yang sedikit mewah. Ia membalut dengan tembaga sehingga tampilan semakin menarik. Kerajinan tersebut dinamakan wire wrapping.

Oki yang memiliki koleksi lebih dari 100 jenis batu itu memulai wire wrapping pada Maret 2015. Ia membuka usaha kios batu akik di Blok M Square.

Ternyata batu akik yang pesonanya kian meredup itu mulai digemari lagi saat batu akik masih jaya atau berharga jutaan rupiah. Penikmatnya pun kini meluas, tak hanya kalangan orangtua saja.

“Sekarang mahasiswa hingga karyawan muda sudah mulai banyak yang cari karena rancangannya menarik dan tidak kuno,” ujar Oki.

Ia sekarang memiliki berbagai macam koleksi perhiasan berbahan dasar batu akik dan permata mulai dari cincin bermata mutiara, gelang batu Onix Kalimantan, anting, hingga kalung batu Bacan.

Harga yang dibanderol pun tergolong murah mulai dari Rp 200 ribu untuk jenis cincin, Rp 50-75 ribu jenis gelang, hingga Rp 1 juta lebih untuk koleksi sesuai tingkat kerumitan desain tembaga.

IMG-20151114-WA0057

Tidak hanya menjual perhiasan jadi, ia pun melayani pemesanan dengan desain rangkai sesuai keinginan pelanggan. Harga yang dipatok untuk merakit batu akik dengan sehelai tembaga mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 150 ribu tergantung tingkat kerumitan.

“Kalau rangkaian sederhana, jasa merakit sekitar Rp 50 ribu. Kalau rumit bisa sampai Rp 150 ribu, tergantung permintaan,” ujarnya.

Untuk memulai usaha ini, Oki sempat mengeluarkan modal sebesar Rp 16 juta, termasuk dengan modal batu akik koleksi pribadinya. Dengan keahliannya, Oki mampu meraup omzet hingga Rp 5 juta per bulan.

Desain pesona batu akik rancangannya ini tidak hanya diminati kolektor dalam negeri. Beberapa pelanggannya merupakan wisatawan mancanegara yang sengaja datang untuk memesan perhiasan batu akik buatannya.

“Harga di sini cukup murah. Kalau di luar negeri (menurut informasi konsumennya) batu itu dijual hingga puluhan dolar,” ujarnya.

IMG-20151114-WA0061

Penjualan online pun dilakoninya untuk mendulang uang lebih banyak. Oki menjajakan dagangannya melalui akun Instagram.

Keuntungan yang didapat dari penjualan online pun tidak sedikit. Setiap pekan Oki mampu meraup omzet hingga Rp 2 juta.

Setelah menjajal bisnis batu akik, kini pria kelahiran 1980 ini menambah koleksi perhiasannya dengan membuat gelang berbahan kulit sapi. Caranya, kulit-kulit sapi dirajut menjadi gelang yang cantik.

“Tentu ini akan menjadi koleksi untuk pria. Jadi tidak melulu wanita yang memakai perhiasan,” katanya.

Dia berharap batu akik kreasinya akan dikenal hingga ke mancanegara dan mampu bersaing dengan produk luar. “Mudah-mudahan saya bisa jadi perancang perhiasan mewah,” katanya.

 

IMG-20151114-WA0069

Tutup Kios di Mal

Pelemahan ekonomi dalam negeri ternyata berdampak buruk terhadap Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Itu juga dirasakan Oki dua bulan terakhir sehingga ia tidak dapat lagi membuka kios di Blok M Square lantaran penurunan daya beli.

Padahal sebelumnya Oki merelakan pekerjaan tetap sebagai desain label produk dan desain grafis di salah satu perusahaan swasta terbesar di Indonesia dengan gaji hingga jutaan rupiah.

Namun Oki tak pantang menyerah. Ia mulai memerluas bisnis dengan mengikuti berbagai bazar untuk mengembalikan modal usaha. Penjualan online pun terus digenjot, tak hanya melalui Instagram, tapi juga media sosial lainnya, seperti Line dan BlackBerry Messenger (BBM).

Tak lama setelah toko di Blok M Square tutup, penjualan melalui media sosial justru mengalami peningkatan. Tidak sedikit pula toko perhiasan lain yang memesan perhiasan batu akik buatannya untuk kembali dijual.

IMG-20151114-WA0059

Paling tidak, kata dia, ada pemasukan untuk mengembalikan modal. “Sekarang penjualan kembali membaik setelah digenjot melalui media sosial,” katanya.

Beberapa model produk clothing ternama pun sempat dipadupadankan dengan perhiasan buatannya. Menurut Oki, hal ini sebagai wadah pemasaran agar nama Yokoo_handmade banyak dikenal orang.

“Sekalian bantu-bantu teman sekaligus menyosialisasikan ada perhiasan cantik dan unik buatan tangan anak muda Indonesia,” ujar dia.

IMG-20151114-WA0052

Nama: Oki Octo Yulius
Tempat/tanggal lahir: Padang, 4 Oktober 1980
Pendidikan: Desain Komunikasi Visual InterStudi
Instagram: @yokoo_handmade
Telepon : 0812 9919 6663



via didikpurwanto.com

Minggu, 08 November 2015

Peluang Double Usaha Reseller

IMG_7882

Berprofesi menjadi ibu rumah tangga tak menghalangi Novita Juanda untuk tetap menghasilkan uang. Ia menilai kegiatan tersebut bisa membantu suami dalam mencari rezeki.

Di sisi lain, ia ingin dekat dengan anak sehingga pekerjaan yang menghasilkan uang tersebut bisa dilakukan dari rumah. Pilihannya berjualan produk namun bisa dikerjakan dari rumah.

Ia memilih bergabung dengan menjual produk anak muslim Afrakids, mulai dari kaus, perlengkapan makan siang, tempat minum hingga tas. Ia menilai, menjual produk orang lain akan lebih gampang dibandingkan membuatnya sendiri.

“Saya tetap ingin berpenghasilan meski menjadi ibu rumah tangga. Apalagi bisnis ini menebarkan pesan edukasi dan islami,” ujar Ita, sapaan Novita.

Produk Afrakids memiliki kelebihan dibandingkan produk lainnya karena memberikan pesan edukasi di setiap desain produknya. Pesan ini disukai oleh anak-anak dan orang tua.

Di sisi lain, anak-anak yang memakai produk ini sekaligus bisa belajar dan menerapkan pesan edukasi di dalamnya.

“Di samping berbisnis, saya ingin bisa menyampaikan pesan positif dan menyebarkan kebaikan. Itulah mengapa saya memilih bergabung dengan Afrakids,” katanya.

Beberapa perlengkapan yang dijual Ita yaitu bermacam-macam kaus anak, baik lengan panjang dan pendek, perlengkapan makan siang, tempat minum, hingga tas sekolah. Harga kaus dan perlengkapan anak dijual mulai Rp 59 ribu hingga Rp 200 ribu. Ia mengakui mampu menggaet 450 reseller yang membantunya menjual produk ke seluruh Indonesia.

“Ke depan kami ingin mengeluarkan produk baru, celana panjang dan celana jeans khusus untuk anak-anak,” katanya.

Ia mengakui pelambanan ekonomi cukup melemahkan permintaan produk jualannya. Namun ia pantang putus asa dan terus memberi semangat kepada masing-masing penjualnya untuk meningkatkan penjualan.

Menurut dia, pembeli tetap saja ada karena setiap ibu sangat ingin memercantik anak mereka dengan produk-produknya. “Pembelinya dari kalangan menengah ke atas sehingga tetap laku. Paling laku produk yang warnanya cerah, seperti merah muda, ungu, dan lain-lain,” kata Ita.

Ita berharap agar fluktuasi rupiah cepat teratasi karena sangat berpengaruh pada ongkos produksi kaus. Sebagian besar bahan dasar kaos masih berasal dari impor.

“Kalau tidak impor susah karena bahan kaus dari impor memang bagus dan sesuai dengan keinginan orang tua. Tapi produk ini asli Indonesia, cuma bahan bakunya masih dari impor,” katanya.

Ia memulai bisnis sejak Oktober 2014. Ita mengaku hanya bermodalkan Rp 1,75 juta. Hingga saat ini omzet ibu satu orang anak tersebut sudah mencapai Rp 850 juta. “Target saya hingga akhir tahun bisa mencapai Rp 1 miliar. Semoga tercapai,” katanya.

IMG_7880

 

Berhenti Kuliah Strata Dua

Berbisnis tentu membutuhkan keseriusan. Tak terkecuali bagi Novita Juanda yang harus rela berhenti dari studi strata dua di Universitas Indonesia jurusan Ilmu Lingkungan Hidup.

Saat itu ia harus membagi waktu antara mengurus anak, menjadi istri, berbisnis, dan kuliah. Setelah berdiskusi dengan suami, ia memilih untuk berhenti kuliah. Menurut dia, kuliah cukup menyita waktunya.

“Saya memilih berhenti kuliah dan fokus menggeluti bisnis ini. Tentunya ini demi keluarga pastinya,” katanya.

Dalam berbisnis, ia menemukan pengalaman yang tak didapati selama di bangku kuliah. Ia juga harus membagi waktu mengurus suami, anak, dan bisnisnya.

Di masa awal menjadi reseller, ia terpaksa harus menggendong sang bayi demi mengantar pesanan, khususnya melalui jasa pengiriman barang. Untungnya, tak ada kendala dengan sang buah hati karena waktu berbisnis sangat fleksibel.

Ia pun menerapkan strategi pemasaran yang fokus pada penjualan online seperti melalui jejaring sosial di Facebook, Instagram, dan lainnya. Cara tersebut dianggap lebih murah dibandingkan iklan di media massa atau melalui iklan di pamflet.

Dari berbisnis tersebut ia juga mengetahui strategi dengan pesaing. Bahkan banyak produk yang serupa tapi tak sama.

Tapi Novita tak menganggap hal tersebut sebagai ancaman. Konsumen tentu memilih kualitas dibandingkan harga yang murah tapi produk cepat rusak. “Kami tidak takut kalau ada yang mencontek. Hitung-hitung desain kita dipakai orang untuk kebaikan. Makin banyak yang pakai desain edukasi justru semakin banyak yang menebar kebaikan,” ujar Ita.

Dari setiap kegagalan-kegagalan menjual, ia memiliki semangat motivasi untuk berjualan. Apalagi ini demi menambah pundi rezeki dari suami dan demi sang buah hati.

“Pertamanya kita bergerilya untuk belanja dan mengirimkan barang. Tapi sekarang suami saya mengakui untung penjualan produk ini lebih besar dari gaji dia,” katanya.

IMG_7884

Nama : Novita Juanda

Tanggal lahir:
Jakarta, 6 November 1988

Nama anak dan suami :
Aidan Kinza Khatulistiwa
Hendra Etri Gunawan
Hobi : Travelling

IG : Kinzakids



via didikpurwanto.com

Minggu, 01 November 2015

Rezeki Berkibar Kedai Keibar

IMG_20151101_201402

Tidak ada cara instan menjadi sukses. Semua pasti melalui kerja keras, pantang menyerah, dan doa kepada Yang Kuasa.

Ini juga berlaku bagi Vabel Primadana Putra yang saat ini menjadi pemilik tiga outlet Kedai Roti Bakar (Keibar) di kawasan Tangerang Selatan. Ia sebelumnya mencoba berbagai macam jenis usaha namun gulung tikar dan sempat ditipu rekan bisnisnya.

“Sekarang saya merasakan kalau punya sesuatu yang diyakini dan itu benar, insya Allah bisa tercapai. Sejak kuliah saya sudah jualan apa saja seperti pulsa, keripik pedas, pakaian, dan segala hal yang sesuai tren saat itu. Kini saya bisa merasakan hasilnya,” kata Vabel.

Awalnya, ia senang menyantap roti bakar dan mie instan sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kegemarannya justru membuka peluang menciptakan jenis usaha serupa.

Ia menilai, warung yang menjual roti bakar dan mie instan terlalu memberikan porsi yang sedikit, padahal harga tergolong mahal saat itu. “Akhirnya saya modifikasi sendiri dengan porsi lebih besar namun dengan tetap harga terjangkau,” katanya.

Ia mulai mendirikan usaha Keibar pada 23 September 2013 melalui tenda kaki lima di kawasan Pamulang, Tangerang. Berbekal modal Rp 15 juta, ia tetap semangat mendirikan warung roti bakar.

Awalnya ia tidak berharap banyak pada bisnis roti bakarnya dalam waktu dekat. Apalagi usaha sejenis sudah menjamur, baik di Jakarta maupun Tangerang. Namun sebulan setelah diresmikan, respon pelanggan sangat bagus dan dalam dua tahun sudah memiliki tiga outlet.

“Sebulan setelah didirikan, akhirnya saya memberanikan pindah ke kios empat ruko yang saya buat jadi satu. Waktu itu saya minta sedikit bantuan orang tua untuk tambah modal dan responnya terus membaik,” ujarnya.

IMG_20151101_202037

Ia memilih nama Keibar yang sebenarnya merupakan singkatan dari Kedai Roti Bakar. Kedai digunakan agar tidak pasaran seperti warung atau kafe. Kedai tersebut menawarkan berbagai macam roti bakar manis atau asin dan pisang bakar manis dengan harga mulai Rp 8.000-Rp 23 ribu.

Variasi mie instan dibanderol Rp 6.000-Rp 20 ribu dan untuk minuman mulai dari Rp 20 ribu per gelas, tergantung ukuran gelas. Ia juga menyediakan teh tawar gratis.

Saat ini Keibar telah memiliki tiga cabang yaitu Ruko Pamulang Permai, Ruko Ciputat Center di samping Universitas STIE Ahmad Dahlan, dan di Jalan Alternatif Cibubur yang baru diresmikan 29 September 2015.

Ia telah memekerjakan 40 orang karyawan di tiga cabang Keibar. Keuntungan terbesar diperoleh dari cabang Ciputat dengan omzet mencapai Rp 8-9 juta untuk Senin-Kamis, dan akhir pekan meningkat hingga Rp 10-12 juta.

“Kalau dijumlah, tiga cabang bisa menghasilkan keuntungan kasar Rp 18 juta per hari untuk Senin-Kamis dan akhir pekan mencapai Rp 28 jutaan,” katanya.

Ke depan, ia berencana menata manajemen bisnis kulinernya baru melanjutkan membuka cabang berikutnya.

IMG_20151101_202342

Bisnis Lancar Dibantu Pacar

Kesuksesan sebuah bisnis biasanya didukung oleh orang terdekat, tak terkecuali keluarga atau pacar. Itu juga yang dialami Vabel Primadana Putra merintis Kedai Keibar.

Saat pertama kali merintis kedai tersebut, Vabel sempat menjual barang-barang pribadi demi modal usaha. Ia juga dibantu Erina Yuliana, sang kekasih menjual barang pribadinya tersebut.

“Dengan ketekunan bersama, saya dan pacar berhasil mengumpulkan modal hingga Rp 15 juta. Semua terasa indah kalau dilakukan bersama. Kini Erina sudah jadi istri saya,” katanya.

Namun sebelum berbisnis kedai tersebut, ia sempat berbisnis jual beli aksesoris motor. Kepandaiannya dalam dunia pemasaran mendorongnya cepat menjual peralatan dunia automotif tersebut.

Tapi kelanggengan bisnis itu tak berjalan lama. Ia yang tak begitu pandai dalam teknis soal permesinan dan dunia automotif justru ditipu rekan bisnisnya sendiri.

Ia pun tak putus asa atas kegagalan di bisnis sebelumnya. Justru dengan kegagalan tersebut ia mampu belajar agar tidak terjadi kesalahan serupa. Ia juga rajin membaca buku mengenai kewirausahaan dan kerap mengikuti seminar-seminar wirausaha selama di kampus.

Berbekal pengetahuan tersebut dan ilmu tentang pemasaran yang dikuasai mendorongnya semakin semangat berbisnis kuliner sambil terus belajar dari usaha serupa.

Saat memilih bisnis makanan, ia awalnya juga tak mendapat restu dari orangtua. Lulusan Sarjana Ekonomi (S1) Indonesia Banking School ini didesak menjadi pegawai kantoran dengan penghasilan lumayan. “Orangtua tentu mau anaknya jadi yang terbaik. Namun saya memiliki keyakinan memilih jalan terbaik bagi hidup saya dengan wirausaha kuliner ini,” katanya.

d4ec0bb2-dbbc-4384-996a-ff15017c27e7 (2)

Profil:

Nama                          : Vabel primadana Putra

Pendidikan:                 : Sarjana Ekonomi (S1) Indonesia Banking School

Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 21 Juli 1990

Kontak                         : 089630050027

Email                           : rotibakar_keibar@hotmail.com

Instagram                    : @kedaikeibar



via didikpurwanto.com