Rabu, 27 November 2013

Telkom Akan Lepas Telkomsel

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) berencana melepas sahamnya di PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), baik melalui penawaran publik perdana (initial public offering/IPO) maupun masuk melalui perusahaan terbuka lain (backdor listing).

Indra Utoyo, Direktur Inovasi dan Portofolio Strategis Telkom menyatakan rencana tersebut telah disetujui oleh pihak Singapore Telecomunications Limited (SingTel). Seperti diketahui, SingTel memiliki 35 persen saham di Telkomsel.

Namun demikian, dia tidak menjelaskan lebih lanjut waktu pelaksanaannya. "Nanti setelah Mitratel (PT Dayamitra Telekomunikasi) selesai penjualannya," tuturnya.

Langkah penjualan itu dilakukan dengan alasa untuk memaksimalkan potensi aset, khususnya menara. Saat ini, Telkomsel memiliki 14.000 unit menara.

Sementara itu, saat ini Telkom tengah memproses calon mitra Mitratel. Pilihannya, tinggal dua, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).

TLKM akan menukar (swap) 49 persen saham Mitratel dengan saham calon mitra. Dengan begitu, keduanya bisa tumbuh secara bersama-sama. Saat ini, Mitratel memiliki 4.000 menara. Total aset Mitratel per akhir September 2013 sebesar Rp 4,93 triliun.

Sumber: Kompascom

Minggu, 24 November 2013

Yves Rossy, Si Manusia Jet

Banyak orang memiliki hobi yang menarik. Namun bagi Yves Rossy, bisa terbang tanpa memakai pesawat terbang adalah mimpinya sejak lama.

Rossy memulai karir sebagai seorang pilot di pesawat tempur untuk Angkatan Udara Swiss. Lalu karirnya menanjak sebagai pilot profesional di dua maskapai Swiss.

Lelaki kelahiran 27 Agustus 1959 itu lantas tidak puas dengan pencapaian karirnya. Pada tahun 1993, ia mulai memikirkan cara-cara untuk terbang tanpa memakai pesawat terbang.

Lalu dia pun belajar cara sederhana meluncur menggunakan sistem sayap. Setelah banyak latihan meluncur, ia pun membuat sesuatu yang lebih dekat dengan pesawat jet, namun mampu terbang dengan tanpa pesawat.

Mantan pilot Swiss Air Force ini kemudian merancang sayap yang terbuat dari serat karbon Kevlar dan dilengkapi dengan mesin jet kecil. Rossy yang sering dipanggil Airman atau Jetman ini kemudian mampu membuat penerbangan bertenaga jet pertamanya dan hanya dia yang terbang memakai alat tersebut. Dia menganggap bahwa idenya ini benar-benar gila.

Sejak saat itu, lelaki yang juga pernah bekerja di Swiss International Airlines ini terus menyempurnakan penerbangan dan idenya lebih berani lagi. Rossy berusaha memecahkan rekor pertamanya dengan terbang di atas Selat Inggris pada tahun 2008.

"Dengan penyeberangan perdana (di atas Selat Inggris) itu, ini menunjukkan bahwa manusia bisa terbang seperti burung," kata Rossy seperti dikutip Guardian.

Kini, penerbangannya pun sudah didokumentasikan, baik melalui website maupun channel YouTube. Saat ini, pesawat jet yang mampu menerbangkannya ini dilengkapi dengan empat mesin jet dan memiliki berat lebih dari 120 kg. Ini juga termasuk parasut untuk penyelamatannya khususnya bila mesin jet mati.

Pesawat jet Rossy pernah mengalami gagal mesin saat ia menyeberangi Selat Gibraltar pada 2009. Lantas ia jatuh ke Samudera Atlantik. Sejak saat itu, Rossy telah terbang dengan sayap jet di beberapa benua dan bahkan bisa berseberangan dengan pesawat terbang lainnya.

Setelah menyeberangi Selat Inggris dan Selat Gibraltar, Rossy juga pernah terbang dengan pesawat sayap jetnya ini ke Grand Canyon hingga ke Rio de Janiero. Awal November ini, Rossy menambah jam terbangnya ke Gunung Fuji di Jepang.

Penerbangan ke Gunung Fuji tersebut menandai prestasinya dalam usaha mengalahkan dirinya sendiri dan menginspirasi orang lain. "Terbang di sini bagi saya adalah mimpi. Aku adalah orang yang beruntung yang mendapat kesempatan melakukan ini. Tapi saya harap saya bisa memotivasi generasi berikutnya agar bisa memikirkan lebih baik dan bisa melakukan hal berbeda, bahkan sesuatu yang tampaknya tidak mungkin," katanya.

Dengan mesin jet buatannya itu, Rossy bisa terbang di atas Gunung Fuji selama 9-10 menit di ketinggian 12.000 kaki atau sekitar 9,3 kilometer di atas laut dengan kecepatan 190 mil per jam. Bagi Rossy, Fuji adalah gunung tertinggi di Jepang dan merupakan salah satu dari tiga gunung suci di Jepang. Fuji bisa dilihat dari Tokyo, meski dengan jarak 60 mil.

Sumber: Mirror dan MNN