Selasa, 26 Juli 2016

Laba Hyundai Tertekan Penjualan

Salah satu varian mobil Hyundai yang dirilis di Australia. Sumber foto: hyundai.com.au

Salah satu varian mobil Hyundai yang dirilis di Australia. Sumber foto: hyundai.com.au

Hyundai Motor mencatatkan, penjualan pada kuartal kedua 2016 turun 1,5 persen menjadi 1,76 triliun won (sekitar US$ 1,55 miliar atau Rp 19,5 triliun) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan laba tersebut sudah 10 kuartal berturut-turut.

Laba operasi perusahaan, termasuk afiliasi Kia naik tipis 0,6 persen menjadi 1,76 triliun won. Namun perusahaan masih menjadi produsen mobil terbesar kelima di dunia.

Laba bersih kuartalan perusahaan telah jatuh sejak awal 2014 karena pelambanan penjualan di China serta peningkatan persaingan di pasar global, khususnya melawan perusahaan pesaing dari Jepang. Perusahaan automotif Jepang diuntungkan karena pelemahan yen.

Di sisi lain, penjualan Hyundai tertekan karena pelemahan mata uang lokal di negara-negara seperti Rusia dan Brasil beberapa tahun terakhir. Daya saing perusahaan juga tertekan di sana.

Hyundai menyatakan telah menjual 2,39 juta mobil pada semester pertama tahun ini, turun 1,0 persen dibandingkan tahun lalu. Perusahaan akan semakin mendapatkan tantangan, khususnya setelah Inggris keluar dari Uni Eropa.

“Kami percaya akan menghadapi lebih banyak kesulitan di paruh kedua tahun ini karena ketidakpastian akibat Brexit dan prospek pertumbuhan ekonomi global yang dipangkas,” kata perusahaan dalam sebuah pernyataan.

Hyundai telah berjuang memperluas kehadirannya di pasar mobil China yang kini tumbuh dengan cepat dan terbesar di dunia. Penjualan dari divisi mobil sport menjadi populer di sana.

Namun penjualan tertekan akibat ketegangan diplomatik dengan China, khususnya penyebaran sistem antirudal AS yang dikenal sebagai THAAD di Korea Selatan. “Konsumen China marah dan meredam penjualan Hyundai,” kata analis di LIG Investment and Securities, Shin Jae-Young.

“Prospek Hyundai di masa depan terlihat suram akibat penjualan di China terganggu akibat terkena penyebaran THAAD.”

Perusahaan termasuk Apple dan perusahaan-perusahaan Jepang kadang-kadang menjadi sasaran kampanye boikot oleh konsumen China pada waktu ketegangan diplomatik dengan Washington atau Tokyo.

Analis lain menyuarakan keprihatinan atas peningkatan biaya pemasaran dan penelitian akibat Hyundai harus berjuang mengejar ketertinggalan dengan pesaingnya yang lebih besar di pasar baru. Namun Hyundai diuntungkan terkait kendaraan ramah lingkungan, termasuk mobil listriknya.

Sumber: AFP



via didikpurwanto.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar