Selasa, 19 Juli 2016

Berkat Pokemon, Nintendo Kalahkan Sony

Logo permainan Pokemon Go besutan Nintendo. Sumber: Forbes.com

Logo permainan Pokemon Go besutan Nintendo. Sumber: Forbes.com

Kapitalisasi pasar Nintendo mengalahkan Sony berkat permainan Pokemon Go. Saham perusahaan melonjak lebih dari 14 persen menjadi 31.770 yen (US$ 300). Nilai tersebut naik 120 persen dari harga saham per 6 Juli.

Kenaikan saham mendongkrak kapitalisasi pasar Nintendo menjadi 4,5 triliun yen (US$ 42,5 miliar) sehingga lebih berharga dibandingkan Sony dengan kapitalisasi hanya 400 miliar yen.

Akhir pekan lalu, saham Nintendo juga menciptakan rekor saham yang paling atraktif diperdagangkan di bursa Jepang.

Sejak dirilis dua pekan lalu, permainan Pokemon Go telah memicu kegilaan di seluruh dunia. Pengguna turun ke jalan sambil memainkan permainan di ponsel masing-masing.

Investor bertaruh terhadap popularitas permainan tersebut. Bahkan saham Nintendo juga mendongkrak saham McDonald’s di Jepang 23 persen setelah restoran cepat saji ini menawarkan tempat untuk menangkap monster-monster Pokemon. Saham McD berakhir naik 5,26 persen menjadi 3.200 yen.

“Investor berbondong-bondong membeli saham Nintendo berkat kepopuleran Pokemon Go. McDonald’s menjadi salah satu yang mendapat manfaatnya,” kata pejabat eksekutif Ichiyoshi Asset Management, Mitsushige Akino.

Booming muncul saat bisnis McD sudah mulai pulih setelah sempat terkena kasus skandal keamanan pangan. Ada harapan permainan Pokemon Go mendatangkan lalu lintas pelanggan ke jaringan toko McD.”

Karakter permainan hasil besutan Nintendo. Sumber foto: Forbes.com

Karakter permainan hasil besutan Nintendo. Sumber foto: Forbes.com

Permainan Pokemon Go dirilis di Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. Sejak akhir pekan lalu, jumlah negara yang dapat memainkan lebih dari 12. Namun Pokemon Go belum dirilis di Jepang.

Nintendo menolak mengatakan kapan aplikasi tersebut dirilis di pasar dalam negeri. Niantic, pengembang permainan yang bekerja sama dengan Nintendo tidak menjawab permintaan komentar.

CEO Niantic John Hanke yang dikutip Forbes mengatakan, alasan penundaan perilisan karena kapasitas server Jepang tidak cukup kuat untuk memenuhi lonjakan permintaan permainan.

Sumber: AFP



via didikpurwanto.com

Tidak ada komentar: