Rezeki
memang perlu dicari. Namun untuk mencarinya, perlu tangan-tangan kreatif. Di
tangan Nuning, sapaan Wahyuning Widowati, berbagai macam kotak susu mampu
diubah menjadi pundi-pundi rupiah.
Awalnya,
wanita kelahiran Surakarta ini hanya iseng menekuni bisnis tersebut. Nuning
yang setiap hari gemar minum susu kotak dua liter itu, menemukan tumpukan
sampah kotak susu di rumahnya.
Ia mencoba
berkreasi membuat aneka ragam bentuk celengan, kotak serbaguna, tempat kartu
nama, mobil-mobilan, wadah pensil, dan lain-lain. Produk hasil kreasinya
kemudian dipotret dan dijadikan foto profil di sebuah BlackBerry Messenger dan
sosial medianya.
“Lama-lama
banyak yang suka dan ingin membeli. Padahal kreasi saya itu sebenarnya hanya
iseng dan untuk anak,” kata Nuning.
Istri dari Endrat
Nur tersebut hanya membuat prakarya sederhana. Ia hanya membuat celengan dengan
bungkus kertas kado khusus, diberi lubang dan diberi nama “Ken” sesuai
panggilan anak kesayangannya. “Hasil keisengan tersebut malah membuat berkah
dan menambah pendapatan sampingan keluarga,” katanya.
Untuk
memulai usahanya, Nuning tak mengeluarkan modal besar. Usaha yang
dirintis sejak akhir 2010 ini hanya mengeluarkan modal awal sekitar Rp 300 ribu.
Modal tersebut ia belikan aneka kertas embos eksklusif, kertas kado
polos, kertas kado bermotif, kertas kado gambar karakter, kancing, dan beberapa
perlengkapan lainnya, seperti gunting, cutter,
plastik mika, dan tinta timbul.
Ibu satu
putra ini menjual produknya tergantung dari ukuran kotak susu. Untuk kotak susu
ukuran 500 ml dijual dengan harga mulai dari Rp 12.500-17.500 per buah. Untuk kotak
susu berukuran 1 liter dijual mulai Rp 15.000-25.000 per buah. Dari kedua
ukuran tersebut, produk ukuran 1 liter yang paling banyak dipesan. “Pembeli
juga bisa memesan model dan tampilan yang diinginkan,” ujarnya.
Nuning
mengaku akan memberikan potongan sebesar 30 persen apabila pelanggan membeli
produk lebih dari 50 buah. Produk buatannya biasa dipesan untuk keperluan
hadiah ulang tahun, suvenir ulang tahun maupun untuk keperluan komunitas.
Untuk
memenuhi pesanan pelanggan, Nuning memproduksi celengan dan kotak serbaguna
setiap hari. Dalam proses pembuatan celengan maupun kotak serbaguna, Nuning
tidak memiliki karyawan tetap. Ia hanya dibantu tantenya saat pesanan
membludak. Bila kewalahan, ia meminta bantuan tetangga sekitar untuk
mengerjakan prakaryanya tersebut. “Dalam sehari bisa membuat 15-20 buah
pesanan. Tetangga yang ikut membuat kerajinan tersebut akan diberikan upah,”
katanya.
Dengan model
tersebut, ia mampu memberi nafkah bagi ibu-ibu dan remaja putri yang menganggur
di sekitar rumahnya. Ia pun tidak segan memberi pelatihan gratis tentang
membuat prakarya dari sampah yang bisa didaur ulang.
Untuk
pemasaran,Nuning rajin memasukkan produknya melalui jejaring sosial seperti
website, Facebook, dan Twitter. Dari berpromosi hanya melalui media online,
Nuning mengaku bisa mendapatkan pesanan hingga 300 buah setiap bulannya dengan
omset hingga Rp 5 juta per bulan. Puncak pesanan biasanya di akhir tahun. “Keuntungan bersihnya sekitar 20-30,” katanya.
Ingin Selamatkan Lingkungan
Nuning yang
masih berstatus karyawan swasta di salah satu operator terkemuka di Indonesia
ini tidak menyangka hasil keisengannya membuat berkah tersendiri bagi keluarga
dan masyarakat sekitar. Dengan memiliki usaha berbahan baku kotak bekas, Nuning
berharap apa yang dilakukannya selama ini menjadi inspirasi semua orang untuk
dapat membantu mengurangi kebiasaan langsung membuang sampah dan bisa
menyelamatkan lingkungan.
“Awalnya
saya juga prihatin dengan sampah perkotaan yang tidak terkelola dengan baik. Saya
harap dengan melalui Omah KenKen (nama usahanya) ini membuat masyarakat dapat
mengelola sampahnya dimulai dari rumahtangga dengan mengelolanya dengan baik,”
katanya.
Nuning
mengaku memiliki visi dan misi tersendiri dalam menjalankan usahanya tersebut
dengan mengusung go green. Ia memiliki
semboyan, Dunia selamat, Uang kita dapat, Bermanfaat bagi masyarakat. “Walau skala usahanya belum besar, tapi saya
ingin bisa sedikit mengurangi sampah yang ada di lingkungan sekitar dengan
mengolahnya menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yaitu bisa dipakai dan
dapat dijual,” ujarnya.
Produknya
tersebut kini sudah merambah ke Korea Selatan. Ia juga kerap diundang sebagai
pembicara di berbagai acara seperti seminar, dan talk show. “Selain untuk memperkenalkan Omah Kenken, ajakan seminar
juga saya khususkan untuk membagi pengalaman mengolah sampah menjadi bernilai,”
katanya.
Nuning juga
menuangkan pengalamannya ke dalam sebuah buku yang sudah diterbitkan tahun 2012
dengan judul Omah KenKen, Sampah Jadi Uang. Kini, wanita kelahiran 29 November 1977 ini
sedang menyiapkan buku keduanya dengan mengusung berbagaiproduk hasil olahan
sampah dari berbagai botol kaca. “Saya coba untuk memulai ke barang bekas
lainnya bukan hanya kotak susu saja. Namun mulai dari botol plastik, kaca dan
lainnya. InsyaAllah tahun ini sudah
bisa terbit,” kata wanita lulusan Universitas Mercu Buana itu.
Meski sibuk
dengan pekerjaan dan urusan bisnis, ia pun tidak lupa menjalankan takdirnya
sebagai istri dan ibu bagi anak semata wayangnya. “Alhamdulillah kerjaan tidak terbengkalai, usaha juga berjalan terus,
keluarga juga makin sejahtera,” katanya.
Profil:
Nama: Wahyuning Widowati
TTL: Surakarta, 29 November 1977
Twitter: @NuningWidowati
Pekerjaan: Head of IT Training and Operation Enablement
Department Telkomsel
Pendidikan Terakhir: Public Relation Universitas Mercu Buana
Alamat: Jl. Dalang gg Saiman No 99, RT 003/05, Munjul,
Cipayung, Jakarta Timur.
Kontak: 0811100293
Tidak ada komentar:
Posting Komentar