Para pejabat Malaysia sedang meneliti rekaman CCTV dan mempertanyakan petugas imigrasi dan penjaga Bandara Internasional Kuala Lumpur. Mereka khawatir pelanggaran keamanan ini dihubungkan dengan hilangnya Malaysia Airline dengan nomor penerbangan MH370.
Kecurigaan ini terkait kemungkinan pesawat dibajak atau
dibom, setelah ada indikasi dua penumpang yang diketahui menggunakan paspor
curian. Meski pejabat Malaysia menegaskan sedang mempertimbangkan segala
kemungkinan yang terjadi.
Peneliti Malaysia, yang dibantu FBI sedang menyelidiki empat
penumpang yang terindikasi dalam kasus tersebut. Keempat wisatawan itu berasal
dari Eropa dengan kemungkinan dari Ukraina serta dari Austria dan Italia.
"Kami telah mengerahkan para peneliti untuk melihat
semua rekaman kamera. Kami juga mewawancara pejabat imigrasi yang membiarkan
penipu itu bisa lolos. Indikasi awal menunjukkan celah keamanan, tapi saya
tidak bisa mengatakan lebih jauh sekarang," kata pejabat terkait
penyelidikan yang dikutip Reuters.
Menteri Transportasi Malaysia Hishamuddin Hussein
mengatakan, penyidik sedang melihat empat penumpang yang terindikasi pemalsuan
paspor. Kepala Otoritas Penerbangan Sipil Malaysia juga telah mengidentifikasi
keempat penumpang masuk dengan aman ke bagian check-in dan melewati bagian imigrasi.
Juru bicara Bandara Malaysia Holdings menolak berkomentar
terkait hal ini. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan, protokol
keamanan bandara negara sedang ditinjau. "Apakah ada indikasi
(pembajakan), ini masih terlalu dini. Siapa yang tahu apa yang terjadi di
pesawat. Tapi kami menerima dengan pikiran terbuka," katanya seperti
dikutip surat kabar The Star.
Seminggu sebelum kejadian ini, sekelompok penyerang
menewaskan 29 orang di sebuah stasiun kereta api di kota barat daya Kunming
China. Hal ini menimbulkan spekulasi militan muslim China Uighur terlibat.
Pejabat Malaysia tidak mengenyampingkan keterlibatan Uighur
di insiden pesawat tersebut. Orang Uighur dideportasi dari Malaysia ke China
pada 2011 dan 2012 dan banyak memakai paspor palsu.
"Ini tidak dikesampingkan. Kami telah mengirim kembali
Uighur yang memiliki paspor palsu. Tapi masih terlalu dini untuk mengatakan
apakah ini ada hubungannya," kata pejabat tersebut.
Malaysia, sebagai salah satu negara mayoritas muslim
memiliki keterdekatan erat dengan Beijing beberapa tahun terakhir. Malaysia
baru saja mendeportasi 11 orang Uighur pada 2011 karena terlibat sindikat
penyelundupan manusia.
Gubernur Provinsi Yunnan, Li Jiheng mengatakan, saat ini
tidak ada informasi yang menunjukkan hubungan serangan pisau di Kunming dengan
pesawat yang hilang.
Direktur Operasi Malaysia Airlines Hugh Dunleavy mengatakan,
mereka menyadari bahwa ada pencurian paspor. "Sejauh yang kami tahu,
setiap salah satu orang di pesawat memiliki Visa pergi ke China. Tapi itu tidak
berarti mereka menggunakan paspor tidak palsu. Ada kemungkinan, tapi peluangnya
kecil," katanya.
BBC melaporkan orang-orang yang menggunakan paspor curian
telah membeli tiket bersama-sama dan terbang ke Eropa. "Orang-orang dengan
paspor palsu memang bermasalah dengan keamanan. Tapi saya percaya mereka akan
melakukan sesuatu di pesawat yang kemungkinan berakhir dengan pesawat
hilang," kata ahli keamanan di Universitas Lanzhou China Yang Shu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar