Tahun ini diperkirakan menjadi tahun seluruh dunia bisa terhubung hanya dengan ponsel pintar (smartphone). Produsen ponsel akan menggelontorkan jutaan ponsel ke negara maju dan berkembang yang memungkinkan semua pengguna bisa terhubung melalui jaringan internet.
Di Amerika Serikat dan pasar yang sudah maju lainnya
menganggap ponsel pintar sudah seperti komputer maupun televisi. Produsen
ponsel pun tahu bila konsumen bersedia menghabiskan ratusan dolar AS untuk gadget terbaru, baik di pasar AS, Korea
Selatan, Jepang, dan Eropa. Namun pertumbuhan ponsel pintar terutama di negara
maju biasanya sudah mulai pudar. Apalagi vendor yang berusaha mengalahkan
dominasi Apple dan Samsung.
Menurut perusahaan riset comScore, sekitar 65 persen dari
seluruh pengguna ponsel di AS sudah menggunakan ponsel pintar. Jumlahnya
mencapai 156 juta pengguna atau mencapai setengah dari total penduduk AS.
Agar produsen ponsel pintar ini tetap berjaya, produsen
tersebut juga harus bersaing dengan produsen ponsel murah yang sengaja akan menggelontorkan
ke negara berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak. China-sekarang disebut
Tiongkok, disebut sebagai sasaran pasar empuk bagi produsen ponsel pintar
maupun ponsel murah. Begitu juga dengan pasar di Asia Pasifik seperti India,
Indonesia, Timur Tengah dan Eropa Timur.
Di tahun lalu dan sebelumnya, fokus industri ponsel pintar
selalu disibukkan dengan gadget apa
dan kapan akan dirilis, misalnya kapan jadwal rilis Samsung Galaxy S5 atau
kapan peluncuran iPhone 6? Tapi tahun ini fokus itu akan bergeser dan
pertanyaannya akan berubah menjadi produsen mana yang akan menyasar pasar India
dan Tiongkok?
Menebak Strategi
Apple
Apple sampai saat ini masih menimbulkan teka-teki, baik soal
perangkat yang akan dirilis, waktu perilisan dan fitur terkini apa saja yang
akan dikeluarkan. Tahun lalu, perusahaan bentukan Steve Jobs ini merilis dua
model iPhone, yaitu versi murah 5C, berwarna namun dengan cangkang plastik
serta iPhone 5S yang memiliki desain seperti Apple lama.
Apple beranggapan dengan merilis iPhone 5C berharga murah
ini ingin menyasar masyarakat negara berkembang. Namun ternyata strategi Apple
itu salah karena harga 5C dan 5S malah tidak terpaut jauh, hanya US$ 100
(sekitar Rp 1,1 juta). Apple mematok 5C di US$ 550 dan 5S di US$ 650.
Pengguna ternyata lebih meminati iPhone 5S dengan teknologi
lebih maju, meski dengan harga lebih mahal. Sedangkan iPhone 5C dianggap masih
terlalu mahal untuk bisa bersaing dengan produsen ponsel pintar berharga lebih
murah.
Salah satu cara agar Apple tetap bertahan untuk
mempertahankan jumlah perangkat yang dijual yaitu memasarkan ke pasar negara
maju, namun belum tersentuh ponsel pintar besutan Apple, yaitu Tiongkok. Apple
menggandeng China Mobile, operator terbesar di Tiongkok yang berhasil menjual
satu juta perangkat iPhone tahun lalu. Apple juga berencana membuat ponsel bagi
masyarakat Tiongkok terutama untuk segmen menengah dan bawah.
Pekan ini, Apple juga berencana merilis iPhone 5C versi 8GB
ke pasar Eropa dengan harga 429 Euro (sekitar US$ 708) dan 469 Euro (sekitar
US$ 774) untuk versi 16GB. Masalahnya, harga itu dianggap analis tidak akan
kompetitif dibandingkan ponsel pintar dari vendor lain.
Pergerakan Nokia dan
Microsoft
Salah satu pesaing Apple dan Samsung yang mulai bangkit
kembali adalah Nokia. Vendor ponsel asal Finlandia ini telah dibeli oleh
Microsoft dan merilis ponsel dengan sistem operasi Windows Phone.
Awal bulan ini, Microsoft dikabarkan juga akan memberikan
biaya lisensi Windows Phone ke vendor lain dengan harga lebih murah. Alasannya,
agar sistem operasi Windows bisa diterima vendor lain, untuk bisa bersaing
dengan iOS besutan Apple dan Android yang dikeroyok oleh vendor seperti
Samsung, Sony, HTC, Lenovo, LG dan lain-lain.
"Kami melakukan beberapa hal yang memungkinkan kita
bisa masuk ke beberapa pasar utama. Kami akan meningkatkan beberapa kemampuan
perangkat lunak (software),"
kata Senior Product Manager Windows Phone di Microsoft Greg Sullivan.
Produsen
Ponsel Pintar
Penjualan Ponsel Pintar sepanjang September 2013-Desember 2013 di Amerika Serikat |
|||
|
Pangsa Pasar
Pelanggan Ponsel Pintar (%)
|
||
Sep-13
|
Des-13
|
Perubahan
|
|
Total
Pengguna
|
100.0
|
100.0
|
N/A
|
Apple
|
40.6
|
41.8
|
1.2
|
Samsung
|
24.9
|
26.1
|
1.2
|
Motorola
|
6.8
|
6.7
|
-0.1
|
LG
|
6.6
|
6.6
|
0.0
|
HTC
|
7.1
|
5.7
|
-1.4
|
Sumber:
comScore MobiLens
Nokia X
Nokia baru saja merilis proyek ambigu yaitu Nokia X, yang
memungkinkan ponsel Nokia memiliki sistem operasi terbuka seperti Android namun
tetap dengan desain antarmuka khas Windows Phone. Nokia memberikan diferensiasi
berupa absennya layanan Google seperti Gmail, Google Maps atau pun akses ke
toko aplikasi pihak ketiga. Gantinya, Nokia mengisi dengan aplikasi besutan
sendiri. Nokia berkilah layanan ini akan dianggap sebagai pintu masuk ke
layanan Microsoft. Nokia juga mematok ponsel rasa baru ini di bawah Rp 3 juta.
Tampaknya, Nokia ingin mengukuhkan kembali sebagai raja ponsel dunia.
Kini kita akan melihat apakah benar masyarakat dunia mau
membeli ponsel rasa baru tersebut. Di China, sebuah toko online mampu menjual
Nokia X sebanyak 1 juta unit hanya dalam waktu empat menit. "Dalam
perspektif yang lebih luas, orang-orang akan menggunakan layanan kami dan kami
berpikir orang akan menggunakan Windows Phone," kata Sullivan.
Pertarungan dengan
Google
Setiap diskusi tentang pasar ponsel pintar di negara
berkembang, tentu pikiran kita akan digiring ke pasar Android yang memang telah
mengontribusikan sekitar 80 persen terhadap penjualan pasar ponsel pintar
dunia.
Ketika Google merilis versi terbaru Android, salah satu
perubahan signifikan adalah perbaikan yang memastikan bahwa fitur terbaru
Android akan mampu berjalan pada perangkat keras (hardware) lebih rendah. Di Android 4.4 KitKat, Google membuat software bisa berjalan di perangkat yang
memiliki sedikitnya RAM 512MB.
Di sisi lain, Google juga ingin semua vendor ponsel mau
memproduksi dengan OS Android terbaru, bukan lagi Android versi 2.3 Gingerbread
agar ponsel bisa berharga murah. Hal ini pula yang menyebabkan pangsa pasar
Android KitKat masih hanya 2,5 persen dari total perangkat Android.
"Kami berusaha mengurangi dominasi Android versi lama
dan menggiring semua vendor menggunakan Android versi terbaru, meski hanya
untuk ponsel pintar di level menengah bawah," kata Head Android Engineer
Google, Dave Burke.
Sistem
Operasi Ponsel Pintar
Penjualan Ponsel Pintar sepanjang September 2013-Desember 2013 di Amerika Serikat |
|||
|
Pangsa Pasar
Pelanggan Ponsel Pintar (%)
|
||
Sep-13
|
Des-13
|
Perubahan
|
|
Total
Pengguna
|
100.0
|
100.0
|
N/A
|
Android
|
51.8
|
51.5
|
-0.3
|
Apple
|
40.6
|
41.8
|
1.2
|
BlackBerry
|
3.8
|
3.4
|
-0.4
|
Microsoft
|
3.3
|
3.1
|
-0.2
|
Symbian
|
0.3
|
0.2
|
-0.1
|
Sumber:
comScore MobiLens
Pesaing Lain
Di luar tiga kekuatan Apple, Google dan Microsoft, mulai
muncul pesaing yang membuat OS sendiri yaitu Mozilla yang merilis Firefox OS
dan Samsung yang mencoba membuat Tizen OS.
Chief Operating Officer Mozilla Jay Sullivan memperkirakan
ponsel dengan OS Firefox akan terjual sekitar 500 hingga 750 ribu unit dalam
enam bulan pertama. Mozilla juga akan memperluas dari 12 pasar menjadi 27 pasar
di tahun ini. Optimisme itu karena ponsel pintar Mozilla hanya dibandrol
seharga US$ 25 atau sekitar Rp 300 ribu per unit.
Kini konsumen seluruh dunia akan
menunggu jajaran ponsel pintar dengan harga relatif murah di pasar tahun ini.
Apalagi BlackBerry juga mengaku tidak akan menyerah dan berusaha akan merilis
ponsel dengan nama kode Jakarta. Bagi pecinta gadget, siapkan kocek Anda untuk membeli perangkat yang Anda suka.