Berbisnis bisa dimulai dari kejelian melihat peluang. Cara itu juga ditiru Tia Ayesha, ibu rumah tangga asal Depok, Jawa Barat.
Kebetulan, Didit Putera Gusti yang menjadi suaminya menyukai Ice Thai Tea dan anak-anaknya menyukai puding aneka rasa. Biasanya, menu tersebut selalu ada di meja makan saat akhir pekan.
“Kalau ada acara keluarga, saya juga suka membawa menu tersebut dan saya suka mengirim ke rumah ibu dan kakak-kakaknya,” katanya.
Namun saat itu awalnya Tia tak menyadari akan membuat usaha tersebut. Ia sering bertukar pikiran dengan suami, khususnya memersiapkan masa pensiun. Bila berwirausaha, mereka berdua mengeluhkan ketiadaan pengalaman. Bila mengandalkan gaji, mereka khawatir tak mampu mencukupi kebutuhan harian dan persiapan untuk masa depan anak.
Agar tidak jenuh dan sibuk memikirkan pensiun, akhirnya sekeluarga liburan ke Bangkok, Thailand akhir Juli lalu. Di Negeri Gajah Putih tersebut, mereka kagum terhadap usaha Thai Tea karena laris manis diserbu masyarakat.
Mereka pun sempat mencoba Thai Tea tersebut karena dijual murah dan disajikan dalam gelas. Soal rasa, mereka mengaku mendapat kesegaran setelah minum Thai Tea tersebut. “Dari situ saya mendapat ide menjual Thai Tea produksi rumahan dengan harga terjangkau dan dikemas dalam botol sehingga mudah dibawa dan tetap higienis. Kebetulan suhu Jakarta panas.Saya melihat peluang itu,” katanya.
Setiba di Jakarta, mereka juga masih bingung memulai usaha. Apalagi keduanya masih berstatus karyawan. Keduanya juga harus membagi waktu antara pekerjaan dan usaha yang akan ditekuni. Beruntung, suami berkomitmen membuat minuman usai pulang kerja.
Mereka pun menelusuri pasar untuk menemukan pedagang grosir botol kemasan. Ia memilih botol karena ingin menjadi pembeda dengan minuman lain. Saat ini banyak usaha minuman namun disajikan dalam gelas. Pemakaian botol dianggap lebih praktis dan bisa diminum kapan saja dan di mana saja, asal tidak melebihi kedaluwarsa.
Ia pun meracik minuman tanpa pengawet. Soal rasa juga disesuaikan dengan cita rasa masyarakat Indonesia. Hal ini dilakukan karena cita rasa Thai Tea tidak selalu disukai masyarakat secara umum.
Mereka yang sempat sering gonta-ganti racikan minuman Thai Tea akhirnya resmi meluncurkan Thai Tea buatannya dengan merek Gustilicious pada 1 September 2015. “Setelah uji coba yang begitu berat, kami tawarkan ke teman-teman dan saudara. Mereka menyukai Thai Tea dan silky puding buatan kami. Apresiasi itu semakin mendorong kami semangat berusaha,” ujarnya.
Gustilicious menjual Thai TeaOriginal dan Thai Green Tea seharga Rp 12 ribu per botol ukuran 250 ml. Silky puding dibanderol Rp 6.000 per botol ukuran 130 ml. Untuk almond milk dipatok Rp 30 ribu per botol ukuran 250 ml.
Ia mengaku hanya mengeluarkan modal Rp 3 juta untuk memulai usaha. Target pendapatan tahap awal sebesar Rp 5 juta per bulan. “Kami tidak mau ambisius karena masih memelajari pasar,” ujarnya.
Sempat Dihantui Perasaan Bersalah
Menjadi wirausaha bukan perkara mudah karena memerlukan tekad dan komitmen kuat. Ia dan suami kebetulan memiliki kesamaan visi sehingga usaha tak terlalu banyak kendala.
Namun untuk bisa dikatakan pengusaha sukses, ia pun belum menikmatinya karena usaha baru seumur jagung. Tapi Tia dan suami akan belajar dari setiap proses menjalankan usaha, terutama belajar dari pengusaha lain yang lebih sukses.
Apalagi keduanya masih berstatus karyawan yang dihantui perasaan bersalah karena memiliki sambilan. Sempat teman-teman kerja menyarankan mengundurkan diri dan fokus berwirausaha.
“Butuh komitmen kuat untuk menjalankan usaha. Tapi kalau terus dihantui pekerjaan kantor, usaha tidak akan berjalan,” katanya.
Mereka berdua akhirnya masih menjalankan kedua profesi berbeda tersebut, menjadi karyawan sekaligus wirausahawan. Bila usaha sudah mulai kelihatan untungnya, Tia atau istrinya akan memilih untuk mengundurkan diri menjadi karyawan.
“Cara ini bisa lebih aman bila dibandingkan kami harus mengundurkan diri tiba-tiba. Padahal usaha kami baru dimulai. Nanti bila mulai untung, kami akan berpikir, siapa yang akan mengundurkan diri dari kantor,” katanya.
Komunikasi menjadi salah satu solusi bila ada kendala apa pun di keluarga. Masalah sekecil apa pun terus dikomunikasikan agar tak mengganggu perjalanan hidup, khususnya kelangsungan usaha.
Tia menilai, pengusaha harus berani mengambil keputusan. Sifat ragu hanya akan menghambat perkembangan bisnis. “Intinya jangan ragu dan jangan melakukan sesuatu yang tidak kita senangi. Ikuti kata hati dan berkomitmen dengan keputusan yang sudah kita ambil,” ujarnya.
Untuk mengembangkan usaha, mereka akan menyasar kalangan retail sebagai konsumen inti. Namun mereka tak melupakan konsumen pribadi sebagai salah satu pangsa terbesarnya.
Saat ini ia hanya mampu melayani pesanan di Jakarta dan sekitarnya. Untuk daerah lain akan dikembangkan selanjutnya sambil terus bersosialisasi di media sosial, bazar, pentas seni atau menjual produk saat kegiatan Car Free Day. “Segala upaya akan kami tempuh untuk membangun usaha sendiri. Kami akan menikmati prosesnya supaya seru,” ujarnya.
Profil Usaha:
Nama Usaha: Gustilicious
Alamat: Permata Mansion, Cluster Sapphire Blok SA 9 no. 10, Serua, Bojongsari, Depok, Jawa Barat.
Kontak: 081514920234
—————–
Profil Pengusaha:
Nama: Tia Ayesha
TTL: Jakarta, 2 November 1972
Pendidikan: S1 Ekonomi
Hobi: Memasak, Menonton, dan Design
Nama: Didit Putera Gusti
TTL: Tanjung Pinang, 15 Januari 1974
Pendidikan: S1 Ekonomi
Hobi: Olahraga outdoor
via didikpurwanto.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar