Analis Nomura Mark Kalinowski memerkirakan, beberapa pewaralaba McDonald’s depresi berat karena penjualannya tertekan. “CEO McDonald’s yang baru menabur benih kematian kami. Kami sebuah restoran cepat saji yang cepat melayani tapi mungkin 30 persen dari operator akan bangkrut,” katanya.
CEO McDonald’s Steve Easterbrook menginginkan perubahan pola penjualan dari gerai ke kios digital. Namun layanan tersebut masih dikeluhkan karena kualitas makanan dan layanan pelanggan. “Saya telah menjalani bisnis ini sejak awal 1970-an tapi kami belum melihat pemimpin seperti ini,” kata salah satu pewaralaba.
Beberapa pewaralaba mengancam keluar dari sistem bisnis dan ada yang berhenti menjadi pewaralaba McDonald’s.
Selain itu, beberapa pewaralaba mengeluh tentang menu sarapan karena memicu kerumitan di dapur. Padahal hal tersebut justru bertentangan dengan janji Easterbrook untuk menyederhanakan menu. “Sistem yang baru terlihat aneh. Kami masih mencoba menu yang terlalu banyak untuk dirasakan banyak orang. Itu yang merusak perspektif pewaralaba,” katanya.
Pewaralaba juga mengkritik menu yang bisa diciptakan oleh pelanggan, khususnya menu burger dengan bahan-bahan premium. “Mereka melemparkan segala menu apapun untuk melihat yang cocok bagi pelanggan,” katanya.
Kalinowski mewawancarai 29 pewaralaba AS yang mencakup sekitar 226 restoran untuk disurvei. McDonalds memiliki lebih dari 14 ribu restoran di Amerika Serikat.
Sumber: business insider
via didikpurwanto.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar