Selasa, 20 Mei 2008

Tangga Cinta Menuju Eropa

Apa yang teringat di benak kita saat mendengar kata Eropa? Pasti tidak jauh dari kata Perancis, Eiffel dan kiblat fashion dunia. Tak mengherankan memang untuk salah satu negara di benua Eropa ini menjadi pusat perhatian dan menjadi inspirasi bagi semua orang.

Termasuk bagi grup vocal Tangga yang sengaja membawa nuansa Eropa di album ketiga. Di album yang didistribusikan oleh Sony BMG tersebut, Tangga menyuguhkan tiga buah single berbahasa Perancis yaitu “Proloque, Je Veux Qu’on Me Comprenne, dan Arretez Vouz”. Tiga buah single ini ditulis oleh salah satu personil Tangga, Mohammed Kamga diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh temannya, Davina Aussiera.

Balutan khas lirik berbahasa Perancis ini seakan menjadi ciri khas bagi grup vocal yang terbentuk tahun 2003. Masih dengan perbedaan karakter yang dimiliki oleh masing-masing personil seakan malah makin menyelaraskan dalam satu kesatuan. Balutan musik tersebut tidak terlepas dari olahan tangan Harry Budiman yang sudah mengolah sejak album pertama Tangga.

Di album ketiga yang dipersembahkan untuk mengisi soundtrack film “Lost in Love” ini, grup vokal beranggotakan Chevrina Anayang, Mohammed Kamga, Nerra Marlin dan Tahir  “Tata” Hadiwijoyo tersebut memberi sentuhan warna lain dibanding dua album sebelumnya. Di album pertama yang bertajuk “Tangga” (2005), mereka lebih suka bermain dengan warna pop R&B dan pop dance serta cenderung ke nuansa Amerika. Sedangkan di album kedua yang keluar tahun 2007 berlabel “Cinta Begini” lebih mengedepankan corak Asia termasuk khas Korea dan ballad.

“Warna musik di album ketiga ini justru lebih slow medium dengan aransemen berbeda di setiap lagu. Tiga buah overture yang bernuansa pop Eropa akan memberi ciri khas baik di album Tangga sendiri maupun blantika musik Indonesia,” ujar Kamga saat peluncuran album Tangga beserta film “Lost in Love” di Kamasutra CafĂ©, Crowne Plaza, Jakarta (21/5).

Lagu “Kesempatan Kedua” sengaja dijagokan untuk menjadi single pertama. Lagu yang sudah wara-wiri di berbagai chart radio maupun televisi musik ini bercerita tentang penyesalan yang begitu nyata terhadap sang kekasih. Sentuhan lembut dari masing-masing vokalis dan diselingi dengan rap khas Tata justru menambah rasa romantis dan kadang malah bikin bulu kuduk merinding.

Single yang ditulis oleh Johandi Yahya, produser Tangga ini makin lengkap dengan intro seruling dari Bang Saat. Begitu juga dengan aransemen musik dari Harry Budiman yang makin komplet dibalut tekanan piano Dennis Nussy. Pun dengan lagu “O..Teganya” yang dinyanyikan secara bergantian oleh masing-masing personil.

Satu lagu berbahasa Inggris juga turut disertakan dalam album yang berisi 13 single termasuk tiga insert berbahasa Perancis. Suara Kamga yang menyanyikan “Be My Wife” menambah manis terlebih lirik yang begitu dalam dan membuat pasangan makin romantis. Tantangan cinta masih dijelaskan oleh Tangga dengan “Cinta Tak Pernah Salah”. Single yang menjadi opening film tersebut masih bercerita cinta yang datang tanpa terpikir. Walau terkadang getir, tapi yang namanya cinta tetap mengalir.

“Saya ngefans banget dengan Tangga dan chemistry cerita novel “Lost in Love” yang merupakan sekuel dari “Eiffel I’m in Love” ini sangat nyambung dengan lirik lagu mereka. Oleh karena itu, saya meminta secara khusus kepada mereka untuk mengisi lagu dalam soundtrack ini secara penuh,” tutur Rachmania Arunita yang menulis scenario sekaligus sutradaranya.

Grup vokal yang mengisi soundtrack film sudah lumrah berlaku di pasaran. Namun ini menjadi kelemahan Tangga yang menulis lirik berdasarkan cerita. Masih teringat dengan grup vokal D’Cinnamons yang memberikan singlenya menjadi soundtrack film Cintapuccino. Hal ini justru membuat nilai tawar sekaligus kualitas musiknya diperhitungkan oleh pasar sehingga patut mengiringi musik sebuah film. Namun, Tangga malah berbuat sebaliknya.

Beruntung Tangga telah memasukkan lirik mengesankan berbahasa Perancis. Sehingga memberi nilai lebih (value added) bagi musiknya. Mereka bahkan belajar mati-matian bahkan perlu waktu dua jam hanya untuk melafalkan kalimat dalam beberapa baris saja. Salut!!

Tidak ada komentar: