Jika kangen dengan makanan rujak, Anda bisa mampir ke rujak Buleleng Jl. Letda made Putra 39 Denpasar. Apa saja menu rujaknya?
Tentu Anda sudah tidak asing dengan makanan rujak. Makanan khas Indonesia dari berbagai daerah ini memiliki kekhasan sendiri. Contoh di daerah Jakarta terkenal dengan asinan. Di Surabaya dikenal dengan rujak Cingur. Di Bali ada Rujak Kuah Pindang, Rujak Gula, Rujak Kacang dan Rujak Rumput Laut.
Usaha yang dikelola oleh Kadek Rohani (50) asal Desa Sawan Singaraja ini sudah berjalan 12 tahun. Resep turun temurun dari keluarganya untuk melestarikan makanan khas daerah Buleleng dan khas daerah lain di Indonesia ini terus berjalan hingga sekarang. “Resep ini saya peroleh dari ibu saya dan semua menggunakan bahan mentah (tidak dimasak),” ujar Kadek.
Rujak yang ada di warung Rujak Buleleng ini memakai bahan sayur dan buah-buahan. Sayur yang dipakai adalah kacang panjang, kangkung, tauge, pare dan terung. Untuk buah digunakan semua buah yang sedang musim seperti salak, belimbing, nanas, mentimun, kedondong, bengkoang, mangga bahkan jeruk Bali dan terung Belanda.
Untuk membuat rujak ini pun cukup sederhana. Cukup menghaluskan garam, terasi, cabe dan gula sebagai bumbu. Gula yang dipakai bisa gula pasir, gula merah ataupun pemanis buatan. Untuk rujak Buleleng hanya ditambahkan pisang batu (pisang biji) dan 5 sdm cuka.
Sedangkan untuk rujak kacang, bumbu hanya ditambahkan dengan kacang tanah yang sudah digoreng. Jika rujak kuah pindang ada tambahan khusus seperti pepaya dan ubi tanah yang diserut serta kuah dari rebusan ikan tuna. Ini yang menjadi ciri khas Rujak Kuah Pindang dan hanya satu-satunya di Indonesia. Bahkan tak jarang, jika pembeli suka bisa ditambahkan terung Belanda dan buah Mengkudu.
Sedangkan untuk membuat kuah pindang cukup merebus ikan tuna dalam panci yang telah diisi air. Bumbu yang diberikan cukup memakai serai, daun salam dan tomat. Masak ikan tuna dan bumbu hingga mendidih. Untuk dua kg ikan tuna bisa digunakan rujak selama sehari penuh.
Kadek Rohani mengaku sayur dan buah yang dipakai masih mentah atau setengah matang. Sayur dan buah tersebut sengaja tidak dimasak agar kandungan gizi tidak larut dalam air dan hilang. Sayur dan buah tersebut juga dipercaya bisa menyembuhkan penyakit seperti uluhati, panas dalam, sembelit bahkan mencret. “Dari dulu sampai sekarang, jika saya sakit langsung makan rujak dan tidak ada keluhan sama sekali bahkan ke dokter pun tidak pernah,” jelasnya.
Sedangkan untuk rujak rumput laut hanya ditambahkan bumbu biasa seperti rujak Buleleng dan ditambah parutan kelapa. Menu lain yang ditawarkan adalah Plecing Kobles. Menu khas Singaraja ini mirip dengan Serombotan yang ada di Klungkung atau seperti Urap yang ada di Jawa. Di sini pun juga ada Tipat Cantok, Tipat Plecing dan Serombotan.
Rujak Buleleng ini buka setiap hari dari pukul 9 pagi hingga 8 malam. Pembeli harus mengantri terutama jika akhir pekan antara Jumat, Sabtu dan Minggu. Untuk memesan makanan, pembeli hanya menulis menu yang akan dipesan berikut jumlahnya pada secaraik kertas yang sudah digunakan. Jangan lupa untuk menulis selera masing-masing. Misal jika ingin pedas cukup tulis 15 cabe, memakai gula merah, tanpa buah “ini” atau tanpa sayur “itu”.
Rujak yang sudah terkenal dari Sumatra dan Jawa ini hanya mematok harga Rp 3000 hingga Rp 4000 untuk rujak dan minuman. Sedangkan minuman yang ada di sini adalah es daluman, es campur dan es buah.
Bagi Eka Indriyani (32) asal Renon Denpasar bisa menyambangi Rujak Buleleng empat kali dalam seminggu. Begitu juga dengan Putu Primayuni (32) yang satu bangku dengan Eka juga memilih Rujak Buleleng karena sudah keranjingan sejak kecil. “Kalau tidak makan rujak di sini, saya sering sakit kepala,” jelas Putu yang sudah mengidam bumbu rujak kuah pindang tiap hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar