Nampaknya, dua orang
berpakaian merah ini bertindak selaku komandan. Mirip upacara
kemiliteran. Sekejap kemudian, dengan diiringi sekan kendang,
pemain rodat ini mulai bergerak menyusuri jalanan, menjemput bale suji
sambil mengumandangkan salawat badar.
Sang komandan terlihat
gagah berjalan paling depan, dengan menghunus sebilah pedang di
tanganya. Kok bawa pedang segala? "Pedang itu sebagai simbol penegakan
kebenaran dan memberantas yang salah," kata Abdul Ghoni, Ketua panitia
perayaan Maulid Nabi di Kampung Islam Kepaon.
Setibanya di halaman
masjid, personel rodat ini memperagakan beberapa gerakan pencak silat,
yang tetap dirangkai dengan salawat badar. "Setiap salawat ada
gerakannya sendiri," kata Abdullah, salah seorang personel kesenian ini.
Menilik pakaian dan gerakan yang dimainkan, memang sulit dipungkiri
bahwa gerakan maupun kostumnya menggambarkan pasukan perang jadul atau
angkatan jaman dulu.
Ghoni mengatakan, rodat
diambil dari kata rodoton atau raudatan, yang artinya taman. "Kalau
ngomong taman, sudah tentu gambaran kami adalah-hal-hal yang indah.
Makanya di acara Maulid Nabi ini kami ingin menonjolkan keindahan,"
papar Ghoni. Personel rodat sendiri diambilkan dari pemuda dan remaja
masjid setempat.
Sedangkan jika dilihat
dari sejarah, rodat dulunya memang jadi salah satu pasukan perang
kerajaan Badung. Yang berasal dari Kampung Islam Kepaon. "Nama rodat ini
dulunya pemberian Cokorda Pemecutan. Saat kami membantu bertempur
melawan kerajaan Mengwi dan perang Puputan Badung," kata H. Ishak
Ibrahim, salah seorang sesepuh Kampung Islam Kepaon.
Melihat dari
sejarahnya, tak heran bila hubungan antara Puri Pemecutan dengan Kampung
Islam Kepaon terjalin begitu harmonis, sangat erat. Bahkan, Cokorda
Pemecutan sampai sekarang selalu hadir setiap kali ada kegiatan di
Kampung Islam Kepaon saat peringatan Maulid Nabi.
Beberapa tahun lalu,
saat Cokorda Pemecutan tersandung kasus keluarga hingga ada yang
meninggal dalam perkelahian, kesetiaan itu pun terlihat. Dan berlanjut
ke persidangan. Warga Kepaon pun tak pernah absen memberi dukungan
kepada rajanya.
Nah, seiring
bergulirnya waktu, kesenian rodat di Kampung Islam Kepaon ini juga mulai
mengalami pergeseran. Tidak lagi seperti pada awal mulanya dulu. Salah
seorang tokoh masyarakat setempat, yakni H. Ahmad Jafar mengatakan,
bahwa saat ini kesenian rodat sudah bercampur dengan budaya kesenian
dari Padang, Sumatra Barat. "Kami di Kampung Islam Kepaon ini ada tiga
suku besar yang menempati. Yaitu Bugis, Padang dan yang terakhir dari
garis Puri Pemecutan," kata lelaki 61 tahun ini. Sedangkan kesenian
Islam Kepaon lainnya yang hingga kini masih ada adalah kesenian hadrah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar