Pawai
ogoh-ogoh saat pengerupukan (sehari sebelum Nyepi) tak hanya didominasi
oleh kaum dewasa. Buktinya masih banyak anak-anak yang sengaja ikut
memeriahkan pawai tersebut dengan membuat ogoh-ogoh mini ala mereka.
Salah
satunya adalah di Kelurahan Sesetan, Denpasar. Warga tersebut sengaja
membuat Lomba Ogoh-Ogoh dengan peserta anak-anak. Ogoh-ogoh ini akan
diarak di Lapangan Pegok, Denpasar Selatan, Kamis sore hingga malam
menjelang pengerupukan.
Menurut
Kadek Adhi Indrayana, ketua panitia acara lomba tersebut mengatakan
jumlah peserta yang sudah mendaftar adalah 31 kelompok. Jumlah ini naik
dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 16 kelompok ogoh-ogoh. Untuk
peserta lomba dibatasi maksimal berusia 16 tahun.
Karena
tema bebas, maka banyak peserta yang membuat tema sesuai kreativitas
masing-masing. Meski begitu semangat ogoh-ogoh yang mencerminkan raksasa
jahat (Bathara Kala) masih mendominasi bentuk ogoh-ogohnya. Tak hanya
diambil dari cerita pewayangan seperti Mahabaratha dan Ramayana,
anak-anak banyak yang mengubah bentuk ogoh-ogoh menjadi ogoh-ogoh punk
lengkap dengan aksesorisnya. “Anak-anak cenderung ekspresif dibandingkan
dengan orang dewasa. Makanya mereka membuat tokoh ala mereka sendiri,”
jelas Adhi.
Menurut
Kadek Agus Astika Putra (8) yang ditemui saat menunggu ogoh-ogoh
kreasinya di jalan Sesetan Denpasar ini mengatakan ogoh-ogoh tersebut
adalah ciptaan dari 20 orang teman dekatnya dibantu orang tua
masing-masing. Bentuk raksasa mini yang berbentuk anak muda gaya punk
dengan rambut jabrik dan aksesoris rantai ini sudah dibuat sebulan lalu.
“Saya suka musik dan membuat ogoh-ogoh seorang pemusik, salah satunya
adalah punk,” ujar Agus sambil mengacungkan ibu jari, telunjuk dan jari
kelingking khas anak punk.
Bahkan orang tua mereka pun rela menyumbang demi terwujudnya keinginan anak dalam memeriahkan malam pengerupukan. Untuk membuat satu ogoh-ogoh tersebut biasanya paling sedikit membutuhkan biaya satu juta. Itu pun tergantung bahan dan aksesoris penunjangnya. “Saya ingin melestarikan tradisi yang sudah lama ada pada anak-anak. Kegiatan ini sangat bermakna melawan kekuatan jahat dan besok (hari Jumat pada saat Nyepi) adalah saat yang paling baik untuk mawas diri, bagaimana perilaku kita selama ini,” tambah Kadek Suardana, ayah Agus Astika Putra yang sedang merampungkan aksesoris baik lampu ataupun penataan musik. Ikutan nonton yukkk!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar