Profesor bisnis di Universitas Hitotsubashi, Hideyuki Kobayashi mengatakan, masa depan kinerja Mitsubishi Motors tergantung keseimbangan bisnis setelah kasus kecurangan tes bahan bakar minyak (BBM) pada kendaraannya.
Kasus tersebut menempatkan perusahaan ke titik terendah. “Saya benar-benar berpikir masa depan Mitsubishi Motors suram. Anda sangat konyol membeli mobil Mitsubishi setelah ini (skandal) meski ini bukan pertama kali terjadi,” katanya yang sempat menulis buku tentang perusahaan namun menyembunyikan kasus itu.
Pada 2005, produsen SUV Outlander dan Lancer ini sempat di ambang kebangkrutan setelah menemukan cacat kendaraan sehingga memicu kecelakaan fatal.
Kelompok Mitsubishi sempat memberikan dana talangan untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Namun dalam skandal ini, kemungkinan perusahaan akan mendapat denda besar, tuntutan hukum, dan biaya kompensasi pelanggan.
Skandal ini mencuatkan beberapa perusahaan Jepang yang terindikasi mengalami kemunduran bisnis. Hal ini disebabkan pengawasan kinerja sangat lemah.
Analis menilai, pemerintah mendesak perusahaan yang terkena skandal segera memerbaiki tata kelola kinerjanya sehingga tidak memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Presiden Mitsubishi mengakui pekan ini keberadaan perusahaannya berisiko namun pemegang saham tetap berniat membantu. “Mitsubishi Motors telah berdiri begitu lama. Namun kejadian ini sangat mengecewakan,” kata Kepala Mitsubishi Heavy Industries (MHI) Shunichi Miyanaga yang memegang lebih dari 12 persen saham Mitsubishi.
“Kami harus berpikir tentang citra merek Mitsubishi Group, tanggung jawab sosial, dan akuntabilitas kinerja.”
Mitsubishi juga harus bernegosiasi terkait kemungkinan membayar kerusakan kepada mobil Nissan. Setengah dari beberapa produksi 625 ribu unit yang terdampak, khususnya yang dijual di Jepang diproduksi untuk Nissan. Kasus ini memerpanjang skandal tidak hanya bagi produksi Mitsubishi namun juga perusahaan lain.
Pekan ini Mitsubishi mengaku akan memerbaiki skandal yang telah terjadi dan terus mendata dampak skandal di luar negeri. Namun kemungkinan dampaknya meningkat.
Karyawan yang enggan disebut namanya sempat ditekan untuk memalsukan data agar kendaraan terlihat efisien bahan bakar. “Kami tidak memiliki gambaran lengkap tentang kompensasi yang harus dikeluarkan perusahaan terhadap skandal ini. Semua mobil Mitsubishi di jalan sekarang bisa meminta biaya kompensasi yang besar,” kata analis senior Tokay Tokyo Research Institute Seiji Sugiura.
Perusahaan yang menjual sekitar satu juta unit kendaraan secara global tahun lalu ini belum menjadi pesaing baik dari Toyota maupun Honda. Namun akibat skandal, penjualan Mitsubishi di Jepang telah anjlok hampir setengahnya dan kerusakan reputasi mengancam kinerja keuangan perusahaan.
Sumber: AFP
via didikpurwanto.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar