Jumat, 05 Agustus 2016

Laba Toyota Turun Pertama Kali

toyota

Toyota mencatatkan, laba bersih kuartal II-2016 turun 15 persen dari 646,4 miliar yen menjadi 552,5 miliar yen (US$ 5,4 miliar) akibat kenaikan yen dan penurunan penjualan kendaraan di Amerika Utara.

Eksportir Jepang menuai penurunan keuntungan selama beberapa tahun terakhir akibat upaya pemerintah menaikkan yen. Imbasnya, daya saing perusahaan di luar negeri kian melemah.

Pendapatan perusahaan turun 5,7 persen menjadi 6,59 triliun yen. Corolla dan Prius terkena dampak paling besar dalam penjualan Toyota dan kemungkinan tetap bertahan hingga Maret 2017.

Perusahaan juga memangkas target laba bersih tahunan dari 1,5 triliun yen menjadi 1,45 triliun yen. Target pendpaatan juga dipangkas dari 26,5 triliun yen menjadi 26,0 triliun yen.

Angka tersebut menjadi penurunan laba bersih pertama kali dalam lima tahun terakhir, khususnya setelah mencapai rekor laba bersih 2,31 triliun yen. “Kenaikan yen menjadi perhatian utama bagi industri automotif Jepang saat ini. Selain itu, permintaan di Amerika Utara tampaknya kehilangan momentum. Ini akan menjadi tahun yang berat bagi industri,” kata analis Rakuten Securities Yasuo Imanaka.

Penjualan kendaraan Toyota naik sedikit menjadi 2,52 juta unit, khususnya ditopang dari pasar Jepang, Eropa, dan Asia. Penjualan di China sebagai pasar terbesar dunia naik 14 persen.

Penjualan di Amerika Utara tertekan karena harga minyak semakin murah. Namun hal tersebut justru memukul permintaan kendaraan hemat bahan bakar seperti model Prius.

Penjualan di Jepang terdongkrak karena suku bunga rendah sehingga mendorong permintaan meski kemungkinan kenaikan biaya pinjaman bisa terjadi tahun ini.

Permintaan di pasar negara berkembang, seperti Thailand dan Indonesia tertekan akibat skandal kantong udara (airbag) yang tidak bisa mengembang saat kecelakaan. Hingga saat ini 13 korban tewas akibat skandal tersebut. Perusahaan sedang mengantisipasi penggantian suku cadang dan biaya kerugian untuk konsumen.

Dari sisi produksi, pabrik sementara di selatan Jepang tutup akibat dampak gempa bumi yang memicu kerusakan pabrik dan menyebabkan puluhan karyawan tewas pada April sehingga mengganggu produksi.

Pesaing Toyota seperti Honda dan Nissan juga mengalami hal serupa. Honda mengalami penurunan laba bersih sebesar 6,1 persen menjadi 174,6 miliar yen karena kenaikan pajak penghasilan meski mendapat kenaikan penjualan di China.

Nissan juga mengalami penurunan laba bersih pertama kali sejak empat tahun terakhir sebesar 11 persen menjadi 136,4 miliar akibat yen dan persaingan ketat di dalam negeri.

Sumber: AFP



via didikpurwanto.com

Tidak ada komentar: