Jumat, 04 Desember 2015

Menanti Gebrakan Bos Baru Samsung

Dong-jin-Koh-1200x800

Samsung Groups baru saja mengganti petinggi divisi ponsel di Samsung Electronics Co. Dong Jin Koh (54 tahun) menggantikan Jong Kyun Shin (59 tahun).

Penggantian JK Shin ini lantaran penjualan Samsung selama empat tahun terakhir tidak mengalami peningkatan signifikan, bahkan semakin tertekan dari kompetitor seperti Apple dan Huawei Technologies di segmen kelas menengah atas dan Xiaomi Inc di segmen menengah ke bawah.

Saat kepemimpinan Shin, keuntungan Samsung juga semakin tertekan, bahkan terendah dalam empat tahun terakhir. Namun Samsung menjelaskan, perombakan tersebut sebagai bagian perombakan manajemen tahunan.

Lantas seperti apa bisnis Samsung ke depan di bawah kepemimpinan Dong Jin Koh?

Samsung kini sedang mengalami kendala tak lagi mendominasi penjualan ponsel cerdas secara global, meski penjualannya masih tertinggi di antara kompetitor. Investor menekan petinggi Samsung untuk mencari insinyur-insinyur muda dan siap mengeluarkan miliaran dolar demi ekosistem menghubungkan perangkat rumah ke internet.

“Berdasarkan latar belakang karir Koh, itu menunjukkan keinginan Samsung menempatkannya lebih fokus pada perangkat lunak, bukan perangkat keras,” kata analis HMC Investment Securities Co di Seoul, Greg Roh.

“Perubahan tersebut menunjukkan, bisnis penjualan perangkat keras tidak akan didorong lebih banyak untuk menghidupkan pertumbuhan kembali. Pemimpin baru akan mencoba meningkatkan kekuatan perangkat lunak dan menumbuhkan inovasi-inovasi baru.”

Koh menghabiskan sebagian karir di Samsung, terutama di bagian penelitian dan pengembangan. Selain itu ia juga mengawasi strategi teknologi sejak 2007-2014.

Selain mengawasi Samsung Pay, sistem pembayaran ala Samsung dan Knox, Koh juga bertugas membina kemitraan antara perusahaan dengan Qualcomm Inc, Google Inc, Microsoft Corp, dan Wacom Co.

Koh juga dianggap berperan penting dalam produksi Galaxy S6 dan Galaxy Note5 karena ia menjadi Kepala Penelitian dan Pengembangan Mobile Samsung.

Bercermin pada JK Shin yang menjadi petinggi divisi ponsel Samsung sebelumnya, Shin justru dikenal ahli dalam perangkat keras dan lebih akrab dengan konsumen karena sempat memerkenalkan Samsung Galaxy S4 pada 2013 di New York.

 

Ia juga bertugas mendorong penjualan Samsung menjadi nomor satu dunia. Saat mengambil alih divisi ponsel Samsung pada 2011, pengiriman ponselnya saat itu mencapai 94,2 juta unit. Tahun lalu, pengiriman ponsel mencapai 318,2 juta unit dan Samsung dinobatkan menjadi raja ponsel dunia, mengalahkan Nokia sejak 2012.

Pendapatan bisnis telekomunikasi naik dua kali lipat menjadi 111,8 triliun won tahun lalu dari 55,5 triliun won pada 2011. Keuntungannya naik tiga kali lipat menjadi 25 triliun won pada 2013.

Namun di tengah serbuan ponsel Apple dan vendor dari China, laba Samsung diperkirakan terus menurun 8,2 persen tahun ini ke level terendah sejak 2011. Samsung telah kehilangan pangsa pasar, khususnya di China sebagai salah satu basis penjualan terbesar di dunia. Samsung mengklaim masih menyiapkan strategi jangka panjang.

Hingga kuartal III-2015, pengiriman ponsel Samsung naik 18 persen menjadi 105 juta unit dibandingkan periode yang sama tahun lalu 84 juta unit. Sekitar 80 persen dari penjualan ponsel tersebut merupakan ponsel cerdas (smartphone).

“Kini sudah waktunya Samsung berubah. Pergantian Wakil Ketua Samsung Jae Yong Lee dari ayahnya akan mendorong bisnis seakan lebih mudah, khususnya mengarahkan dalam desain dan fungsionalitas,” kata analis CIMB Group Holdings Bhd di Seoul, Lee Do Hoon.

Ketua Samsung Kun Hee Lee dirawat sejak Mei 2014 karena serangan jantung. Ia mewariskan bisnis ke anaknya, Jae Yong Lee, terutama mengurus lebih dari 60 perusahaan, termasuk Samsung Electronics.

Saham Samsung Electronics sempat naik 2,9 persen menjadi 1,321 juta won di Seoul. Saham tersebut sedikit berubah tahun ini setelah penurunan 3,3 persen tahun lalu.

Profesor ekonomi dari Universitas Hansung, Kim Sang-jo mengatakan, Samsung mengapresiasi kinerja JK Shin, khususnya pencapaian selama empat tahun terakhir. Namun kinerja penjualan ponsel terbaru seperti Galaxy S6 bisa dibilang masih jauh dari harapan pemegang saham.

“Janji (pimpinan baru) muncul untuk mengakui kebutuhan mengembangkan sistem manajemen yang dapat lebih proaktif menanggapi tantangan dari Xiaomi dan perusahaan China lainnya,” katanya.

Profesor bisnis di Institut Teknologi dan Ilmu Pengetahuan Korea Chang Sea-jin mengatakan, bisnis perangkat keras butuh strategi baru karena dalam kepemimpinan sebelumnya belum menunjukkan peningkatan signifikan. “Masalahnya sifat Koh masih sama dengan JK Shin,” katanya.

Ia menilai, Samsung masih memerlukan peningkatan di bisnis perangkat lunak dan layanan untuk menghidupkan kembali bisnisnya. Namun Koh yang telah memegang bisnis mobile sejak 2006 memiliki latar belakang teknik seperti Shin. “Tidak ada perubahan nyata. Samsung masih terlalu fokus pada bisnis perangkat keras,” katanya.

Sumber: Bloomberg, Reuters, Korean Times



via didikpurwanto.com

Tidak ada komentar: