Jakoeb Oetama |
Baginya, apa yang disajikan televisi dan internet itu sebagai media tontonan. Namun baginya, media tersebut itu belum cukup. Dan surat kabarlah yang mengisi kekosongan itu dengan sajian lebih mendalam, tetapi dengan formula yang masih tetap menghibur.
Memang Kompas Group dahulu memiliki stasiun televisi TV7. Tapi Kompas terlalu dini menyapihnya dan melepas ke Group Para milik Chairul Tanjung yang sebelumnya memiliki TransTV. Akhirnya TV7 itu diubah menjadi Trans7. Kini, Kompas harus memulai lagi bisnis televisinya dengan membuat KompasTV.
Jakob sendiri menggambarkan dirinya sebagai seorang guru yang belajar sejarah dan belajar jurnalistik. Karena bakat, sehingga mampu membawa dan mengoranisir rekan-rekannya untuk bekerja dalam sebuah media massa, sampai sekarang ini.
Setelah ditinggal sobat seperjuangan Petrus Kanisius Ojong yang meninggal pada 1980, Jakob sendirian menghidupi Kompas.
"Saya nggak tahu bisnis. Tapi saya tahu diri kalau saya nggak tahu. Cuma barangkali otak saya dikaruniai kecerdasan yang memadai sehingga dengan kemauan belajar ya bisa menangkap apa yang diperlukan."
Sempat mencicipi sebagai karyawannya, saya melihat kunci keberhasilannya terletak pada semangat untuk bekerja secara all out alias tidak setengah-setengah. Dan itulah yang diterapkan pada semua karyawannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar