Berawal dari kegemaran jalan-jalan, nongkrong, dan berwisata kuliner, Febrian Juanda memulai usaha di bidang kuliner. Hobi jalan-jalan dan bersantai menurutnya tidak boleh sia-sia.
Demi menyalurkan kegemaran sekaligus mencari rejeki, ia kemudian membuka mini kafe bernama Yellow Trux di Bogor, Jawa Barat.
“Minat saya memang bisnis di bidang kuliner karena memang suka jalan-jalan, makan, dan yang enak-enak. Jadi menurut saya kalau jalan-jalan pulangnya harus menghasilkan inspirasi,” ujar Febri.
Berkonsep food truck, mini kafe yang berlokasi di Jalan Semeru, Bogor ini menyuguhkan berbagai menu makanan ringan, mulai dari aneka ice cream, milk shake, olahan mie instan, roti bakar, dan lain sebagainya.
Pelanggan pun akan dimanjakan dengan jaringan internet yang kuat dan menu yang terjangkau kantong pelajar.
“Kami memang mengonsepkan tempat yang murah untuk remaja nongkrong. Dengan harga terjangkau, target pasar kami usia 15-28 tahun. Menu yang paling laris Cookies Cream dan kiwi frezz,” katanya.
Berwarna serba kuning, Yellow Trux memang sebuah gagasan yang tertuang karena kesukaan pada warna kuning. “Saya memang suka warna kuning dan kata orang kalau warna kuning bikin lahap makan. Konsep truk dibuat karena ini baru pertama kali di Bogor,” kata Febri.
Pembangunan mini kafe ini didukung investor yang berperan dalam pemberian saham pasif dengan konsep bagi hasil. Modal usaha ini mencapai Rp 70 juta. Hingga saat ini, selama tiga bulan Yellow Trux menghasilkan omzet Rp 55 juta.
“Saat ini sangat banyak anak muda yang sukses pada bisnisnya karena memang ada investor yang kerja sama,” katanya.
Menurut dia, untuk mendapatkan kepercayaan investor harus ada personal branding yang kuat. Inovasi, pencarian ide, dan berbagai riset harus dilakukan sebelum pada akhirnya mendirikan sebuah mini kafe atau restoran.
“Kadang orang selisih paham dengan rekan investornya. Tapi kita harus tetapkan dari awal bagaimana sistem bagi hasilnya. Kalau memang bisa konsisten dan bertanggung jawab, investor akan tertarik,” katanya.
Laki-laki berusia 23 tahun ini memang merasa tertarik pada dunia bisnis sejak SMA. Bisnis kecil-kecilan sudah dilakukannya sejak duduk di bangku sekolah. Hingga saat menimba ilmu di bangku kuliah, bisnis justru jadi prioritas.
“Saya tidak selesaikan kuliah karena asik dengan dunia bisnis. Saya dua kali pindah kuliah dan keduanya tidak selesai,” ujar Ketua bidang Kewirausahaan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Jawa Barat dan Bogor ini.
Menurut dia, belajar tak hanya melalui bangku sekolah. Konsep belajar dari ahlinya bisa menjadi salah satu kunci kesuksesan. Berbagai pelatihan bisnis dan seminar pun menjadi kegiatan yang rutin ia sambangi.
“Saya orangnya suka belajar langsung dari ahlinya. Jadi sampai sekarang belajar dengan cara yang berbeda. Ikut seminar, training, dan lain-lain masih kok,” katanya.
Hingga saat ini, ada tiga bisnis yang ia kelola, yaitu Food Addict, Black and White dan Yellow Trux. Ekspansi mendatang, Febri mengaku berencana memproduksi ice cream. Pasalnya kebutuhan ice cream sangat tinggi untuk tiga kafe yang ia kelola.
Bolos Kuliah Satu Semester
JIWA muda memang sangat bergejolak, terlebih untuk mencoba hal yang baru dan lebih menantang. Febri Juanda juga mengalaminya.
Sekitar enam bulan ia berusaha mencari jati diri dan menemukan minat yang ia sukai. Ia berkeliling ke sejumlah tempat di Pulau Jawa, seperti Yogyakarta, Surabaya, Kediri, hingga Bali.
“Saya sempat cuti kuliah buat jalan-jalan. Satu semester tidak kuliah. Itu orang tua saya tidak tahu. Sampai akhirnya saya menjadi pelayanan restoran di Bali selama satu bulan karena sudah tidak punya uang,” katanya.
Inspirasi menjadi pengusaha tak hanya datang dari plesiran. Pertemuannya dengan seorang laki-laki setengah baya di dalam kereta komuter Bogor-Kota juga menjadi bekalnya membuka bisnis.
Ia mengaku tidak cocok melakukan pekerjaan di perusahaan besar. Karakter pribadi yang keras tidak mendukungnya menjadi karyawan yang baik.
“Saya tipe yang tidak bisa disuruh-suruh. Jadi saya tidak cocok dengan atasan. Sudah sempat kerja juga dulu di Jakarta. Saya sempat bertemu dengan bapak yang sudah 30 tahun bekerja tapi kesejahteraannya segitu saja. Saya berpikir apakah saya juga akan seperti itu,” katanya.
Berbekal kepercayaan, relasi, dan riset pasar, pria penyuka modifikasi mobil ini terjun ke dunia bisnis. Ia memberikan saran kepada pengusaha muda untuk tidak takut mencoba. Kegagalan memang pasti pernah terjadi tapi konsep dan perencanaan akan mematangkan bisnis.
“Gagal pasti ada, tapi konsep harus matang. Riset pasar harus dilakukan sebelum membuat usaha supaya jangan cuma buka usaha dan ramai di awal. Kualitas dan inovasi harus terus dilakukan. Prinsip saya, kalau tidak bisa jadi nomor satu harus jadi yang terbaik. Itu bisnis,” katanya.
Nama : Febrian Juanda
Usia : 23 tahun
Hobi : jalan-jalan, makan, nongkrong, modifikasi mobil
Organisasi : Ketua Bidang Kewirausahaan HIPMI Jawa Barat dan Bogor
Perusahaan : Kuliner, Yellow Trux
Instagram : @Yellowtrux
Facebook : Yellow Trux ID
via didikpurwanto.com