Rabu, 15 Juni 2016

Fintech Geser Bisnis Perbankan?

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyerahkan kenang-kenangan kepada narasumber di acara Kafe BCA di Menara BCA, Jakarta, Rabu (1/6). Foto: Dok pri.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyerahkan kenang-kenangan kepada narasumber di acara Kafe BCA di Menara BCA, Jakarta, Rabu (1/6). Foto: Dok pri.

Zaman dulu orang menabung dengan cara menaruh uang di bawah bantal atau melalui bambu yang dilubangi. Lantas mulai muncul gerabah dengan bentuk ayam atau binatang lain untuk menyimpan uang.

Saat dibutuhkan, bambu atau gerabah dari tanah liat tersebut dipecah. Uangnya bisa dibelanjakan sesuai kebutuhan.

Namun dengan perkembangan teknologi, penyimpanan uang pun semakin canggih. Kehadiran perbankan mampu mengubah gaya hidup masyarakat dalam menyimpan uang.

Saat itu dan bahkan saat ini masih terjadi, kita harus datang ke perbankan untuk melakukan transaksi keuangan. Namun di era teknologi seperti saat ini, masyarakat pun bebas bertransaksi melalui perangkat ponsel atau gawai (gadget) lainnya yang dimiliki.

Semua bisa dilakukan sambil kita tidur di rumah atau sambil nongkrong di kafe. Semua urusan perbankan kita beres.

Namun akankah itu berlangsung selamanya? Tidak. Saat ini, industri perbankan mulai terusik dengan kehadiran financial technology. Apa itu?

Berdasarkan Wikipedia, financial technology (fintech) yakni sebuah industri yang menyediakan layanan keuangan lebih efisien. Bentuk perusahaan ini umumnya sebuah perusahaan rintisan (startup) yang mencoba mengurangi interaksi secara langsung sekaligus menantang perusahaan tradisional yang kurang bergantung pada perangkat lunak.

Executive Vice President Information Technology Bank Central Asia (BCA) Hermawan Thendean mengatakan, fintech mirip seperti perbankan. Bedanya mengurangi interaksi langsung antara fintech dan konsumen. “Sekarang ini mereka merajai. Ini suatu alarm. Kita tidak bisa tutup mata, harus melakukan sesuatu dan sekarang juga,” katanya.

Lantas apa yang bisa dilakukan perbankan untuk mengantisipasi lonjakan animo masyarakat terhadap layanan fintech?

“Kuncinya, kami harus berinovasi.”

Kenapa harus inovasi? supaya perusahaan terus ada (eksis). Kalau inovasi yang dilakukan perbankan bagus akan memberi dampak positif. Begitu sebaliknya.

Bagaimana BCA melakukan proses inovasi? Hermawan mengatakan, inovasi dengan kondisi saat ini dengan kemajuan teknologi, khususnya internet mampu mengubah bisnis.

Dulu kita mau membeli barang harus pergi ke toko. Sekarang dengan ada internet, kita bisa belanja online tanpa harus ke toko, bahkan bisa dikirim hingga ke depan rumah kita.

Untuk beli tiket perjalanan pun sekarang sudah bisa online. Aplikasi di ponsel pun sudah menyediakan tiket mana yang murah. Begitu juga dengan ojek yang bertransformasi dengan ada ojek online. Internet mampu mengubah sesuatu menjadi lebih efisien.

Di dalam perbankan, dulu kita tidak menyadari ada Anjungan Tunai Mandiri (ATM), kartu debit, kartu kredit, e-banking hingga internet banking. BCA terus melakukan inovasi itu demi beradaptasi dengan kecanggihan teknologi dan mendekatkan diri dengan nasabah.

Untuk bisa menelurkan inovasi, BCA sampai mengubah suasana kerja mirip kondisi kerja di perusahaan rintisan (startup). “Kami bikin suasana menyenangkan, termasuk urusan pakaian. Dulu tidak boleh bekerja pakai celana jeans, sekarang boleh,” kata Hermawan.

Termasuk urusan rilis produk, BCA mengajak konsumen untuk mencoba produk tersebut sebelum resmi dirilis ke publik. “Kami mengharapkan masukan agar dapat berinovasi sesuai atau bahkan melebihi harapan nasabah.”

Untuk menemukan ide-ide atau inovasi bisnis yang mampu mendongkrak layanan perbankan lebih efisien, BCA menggelar Financial Hackathon (Finhacks). Keterangannya bisa dilihat di sini.

Acara yang sudah berlangsung April lalu tersebut (berharap tahun depan ada lagi) diikuti 180 peserta dengan 460 ide terkait layanan keuangan perbankan. Dari beragam ide tersebut, sekitar 59 ide dilombakan lagi dan terpilih delapan ide terbaik.

Namun BCA hanya mengambil tiga ide besar. Salah satunya Fariz Tadjoedin yang menjadi juara 1 dalam Finhacks April lalu. Ia menghadirkan inovasi unik dengan memandang aplikasi chatting sangat akrab di masyarakat sehingga membuat solusi yang mampu menghubungkan perbankan dan nasabah lebih dekat.

“Kami juga sedang menggodok delapan ide dari pemenang Finhacks tersebut. Nanti akan dipilih mana yang paling sesuai dengan kebutuhan nasabah. Yang pasti inovasi tidak akan berhenti sampai kapanpun,” kata Hermawan.

Selain itu, BCA juga menggelar BCA Innovation Award. Ajang ini untuk menggali ide bisnis namun untuk kalangan internal. BCA yang memiliki sekitar 22 ribu karyawan diharapkan mampu menelurkan ide-ide bisnis yang bermanfaat bagi perusahaan dan nasabah.

BCA juga bekerja sama dengan startup, khususnya fintech tadi. Bagi BCA, startup terutama fintech bukan saingan bisnis meski mereka juga tahu persis apa yang diinginkan konsumen.

Hermawan menilai, bank punya nasabah dan nasabah tersebut tahu perbankan yang dijadikan tempat untuk menyimpan uangnya. Tapi startup belum tentu paham penggunanya apakah tahu ada perusahaan seperti itu.

Intinya, bisnis apapun harus terikat kepercayaan (trust). “Ini yang tidak dimiliki fintech. Kita akan kolaborasi dengan startup, termasuk fintech karena mereka ujung-ujungnya ke bank juga,” katanya.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, sekarang gawai sudah semakin mungil namun memiliki kegunaan luar biasa. Nanti bisa jadi gawai sebesar token untuk mengunci, mengatur pendingin udara (AC), hingga transaksi perbankan.

“Kadang teknologi yang tidak terpikirkan zaman dulu  malah terwujud nanti. Siap-siap nanti universitas tidak ada lagi secara fisik karena semua bisa virtual, siapa tahu,” kata Jahja.

Menurut Jahja, bank tetap harus ada sentuhan manusianya (human touch) dan memiliki hubungan interaksi. “Tapi perbankan juga sangat terbantu dengan teknologi.”

Saat ini BCA sedang menggodok hasil ide dari pemenang Finhacks lalu. Salah satunya chat banking, virtualisasi kartu kredit, hingga aplikasi e-commerce. “Nanti akan dipilih yang akan diseriusi.”

Sebagai institusi perbankan, BCA juga menyadari teknologi merupakan salah satu faktor utama pendukung bisnis. Teknologi akan terus menjadi bagian tidak terpisahkan dari perkembangan produk dan layanan perbankan di tahun-tahun mendatang.

BCA berupaya tetap menjadi yang terdepan dalam menyediakan teknologi terkini di Indonesia guna memberikan layanan yang melebihi harapan nasabah serta membuka lini bisnis baru di era digital banking yang semakin dinamis.

Kita tunggu kiprah inovasi BCA yang Senantiasa di Sisi Anda.

Acara Nongkrong di Kafe BCA, Menara BCA Lantai 22 di Jakarta, Rabu (1/6). Acara ini berupa talkshow dengan menghadirkan narasumber kompeten di bidangnya. Foto: Dok.pri

Acara Nongkrong di Kafe BCA, Menara BCA Lantai 22 di Jakarta, Rabu (1/6). Acara ini berupa talkshow dengan menghadirkan narasumber kompeten di bidangnya. Foto: Dok.pri

*Artikel ini pernah dimuat di Kompasiana. Link di sini.



via didikpurwanto.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar