Minggu, 23 Februari 2014

Investor Menunggu Pemerintahan Baru

Investor asing sampai saat ini masih ancang-ancang untuk masuk ke Indonesia. Mereka masih menunggu pemerintahan baru selepas pemilihan umum (pemilu).


Ekonom Samuel Asset Managemen Lana Soelistianingsih mengatakan, investor asing belum melihat calon pemimpin kuat sebagai pengganti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memerintah Indonesia 2014-2019.

"Betul, (investor) masih wait and see. Betul atau tidak sih, Joko Widodo (Jokowi) akan masuk menjadi calon presiden atau lainnya. Karena belum jelas, investor belum berani masuk masif," kata Lana di Bandung, Sabtu (22/2). 

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), dana asing yang masuk hingga saat ini mencapai US$ 1,7 miliar atau sekitar Rp 15 triliun (ytd). Nilai tersebut sudah lebih tinggi dibanding 2013, meski belum bisa menyamai rekor sebelumnya di 2013 yang bisa menembus US$ 2,3 miliar.

"Itu pun data hingga Mei 2013, setelah itu langsung turun terus hingga US$ 3,5 miliar. Sepanjang 2013, dana investor asing yang masuk ke domestik malah turun, bahkan menggerus jatah di 2012 dan 2011," katanya.

Lana menilai investor asing saat ini sudah mulai percaya diri masuk meski masih menunggu hasil konfirmasi pemilu."Siapa yang akan dicalonkan pada pemilu nanti. Saat ini hingga April, investor masih melihat calon pemimpin masih by on rumour. Namun rumor pak Jokowi (jadi presiden) bisa jadi efek positif (bagi pasar)," katanya.

Dari data domestik, investor sudah melihat ada perbaikan data perekonomian baik berupa pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar rupiah, defisit anggaran, defisit transaksi berjalan hingga defisit neraca pembayaran. "Namun mereka juga menunggu perbaikan data itu konsisten atau tidak ke depan," katanya.

Data dari perekonomian global, Indonesia juga terkerek dari perbaikan ekonomi AS, Eropa dan Jepang. Namun tidak dari perekonomian China yang masih mendatar. "China paling penting buat pasar Indonesia karena menjadi salah satu pasar ekspor kita. Biasanya kalau AS, Jepang dan Eropa sudah bagus, China juga akan terbawa. Cuma ada jeda waktu saja," katanya.

Jika Jokowi bisa menjadi Presiden Indonesia di tahun ini, Lana memprediksi rupiah akan menguat ke level di bawah Rp 11 ribu per dolar AS. "Asumsi saya rupiah bisa Rp 10.800 per dolar AS di 2014. Ini akan mendorong dana asing masuk," katanya.  

Rupiah Menguat
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan, perekonomian Indonesia di kuartal I-2014 sudah mengalami kecenderungan menguat dengan ada penambahan dana asing yang masuk ke domestik.

"Pasar sudah kelihatan, perusahaan yang punya dolar AS sudah mulai melepas sehingga suplai dolar AS mulai bertambah. Ini positif. Ada potensi rupiah terapresiasi," kata Juda.

Ia menilai dolar AS sudah melemah sebesar 6 persen sejak awal tahun. Untuk menjaga stabilitas perekonomian, BI punya kebijakan menjadi rupiah sesuai kondisi fundamentalnya. "Namun kami juga tidak ingin rupiah terlalu kuat melebihi fundamentalnya, nanti malah mendorong impor," katanya.

Tahun ini, BI akan fokus menata defisit transaksi berjalan serta mengelola kebijakan moneter dan makroprudensial. BI pun sudah menghitung dampak kenaikan harga elpiji 12 kg, tarif dasar listrik untuk industri, upah minimum provinsi hingga risiko bencana baik banjir maupun erupsi Gunung Sinabung dan Gunung Kelud. 

"Dampak itu sudah kita hitung, termasuk ke pemilu nanti. Inflasi masih terjaga di level 4 plus minus 1 persen," katanya.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

Akses Perbankan Masyarakat Rendah

Bank Indonesia (BI) menyatakan, akses perbankan masyarakat Indonesia masih rendah dibanding masyarakat di Asia. Indonesia bahkan masih kalah dibanding Vietnam.

Direktur Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM BI Yunita Resmi Sari mengatakan, akses perbankan tersebut dihitung dari rata-rata kepemilikan rekening di lembaga keuangan formal. “Masyarakat yang mampu mengakses perbankan hanya 20 persen dari total penduduk. Vietnam malah sudah 21,49 persen,” kata Yunita di Bandung, Sabtu (22/2).

Akses perbankan masyarakat tertinggi di Asia dimiliki oleh Malaysia dengan angka 66,79 persen. China berada di urutan di bawahnya dengan rasio 63,8 persen. Sedangkan India 35,2 persen dan Filipina 26,5 persen.

Dari jumlah tersebut, Yunita mengaku sekitar 68 persen dari masyarakat sudah sadar untuk menabung. Sekitar 48 persen dari jumlah itu sudah menabung di bank, lembaga keuangan nonbank (LKNB) dan non lembaga keuangan.

Dari sisi inklusivitas, sekitar 40 persen masyarakat tidak bisa meminjam dana di perbankan karena sejumlah alasan, teruma agunan. Sekitar 17 persen masyarakat sudah mendapat pembiayaan dari bank dan 36 persen meminjam dari lembaga informal.

“Mereka inilah yang meminjam di pegadaian hingga rentenir. Asal dana bisa cair, mereka akan menempuh segala cara dan belum di lembaga perbankan,” katanya.

Pengaruhi Kemiskinan


BI juga mencatat ada hubungan positif antara sektor keuangan dengan pertumbuhan ekonomi. Selain itu juga berpengaruh ke tingkat layanan bank dan angka kemiskinan di Indonesia. Hasilnya, semakin rendah akses keuangan masyarakat, semakin besar rentang kemiskinannya. “Semakin banyak jumlah bank di daerah tertentu, semakin kecil pula angka kemiskinannya,” kata Yunita.

Jika dilihat dari persentase penduduk miskin di suatu provinsi dengan rata-rata pengeluaran per bulan per kapita sebesar US$ 1,8, wilayah Jabodetabek mengalami angka terendah yaitu 3,7 persen. Yunita mengatakan, persentase angka Jabodetabek kecil karena sudah banyak lembaga keuangan baik bank maupun nonbank berada di wilayah ini. “Tidak heran, angka persentase kemiskinannya juga kecil,” katanya.

Berbeda dengan kondisi di Papua yang masih memiliki persentase 30,66 persen. Ini artinya, akses perbankan masyarakat Papua masih rendah dan angka kemiskinan di wilayah tersebut masih tinggi. “Tidak heran karena perbankan juga masih jarang berada di sana,” katanya.

Kepala Bank Indonesia (BI) wilayah Sumatera Utara Difi A Johansyah mengatakan, persentase angka ini bisa dilihat dari jumlah bank, jumlah masyarakat di wilayah tersebut, jumlah pegawai bank hingga jumlah fasilitas layanan perbankan di daerah tertentu.

“Wilayah Aceh masih memiliki angka 18,58 persen. Ke depan, kami akan berusaha menurunkan angka tersebut dengan memperbanyak akses masyarakat ke perbankan dengan sosialisasi dan edukasi,” katanya.

Facebook Akuisisi WhatsApp, Menguntungkan?

Facebook telah mengumumkan mengakuisisi aplikasi pesan sosial WhatsApp senilai US$ 19 miliar atau sekitar Rp 212,4 triliun. Namun akuisisi tersebut memunculkan pertanyaan apakah Facebook bisa untung kembali dan mempertahankan jumlah penggunanya yang sudah mencapai 1 miliar orang di seluruh dunia?

Berdasarkan data dari App Annie menunjukkan aplikasi WhatsApp hanya menempati posisi puncak di tiga negara dari 13 negara Asia, yaitu Hong Kong, India dan Singapura.

"WhatsApp telah menjadi pemain kuat di Asia, tapi dalam satu tahun terakhir telah menghadapi persaingan kuat dari aplikasi Line dan WeChat. WhatsApp belum menjadi pemain utama, namun bersaing ketat untuk menumbuhkan pangsa pasarnya," kata konsultan teknologi Ovum berbasis di India, Neha Dharia seperti dikutip Reuters.
Neha menilai langkah Facebook termasuk fenomenal karena mengakuisisi WhatsApp dengan nilai fantastis, meski dibeli dalam bentuk tunai dan saham. Sejak dirilis pada 2009, jumlah pengguna aktif WhatsApp telah mencapai 450 juta pengguna di seluruh dunia.

Survei yang dilakukan perusahaan riset pemasaran Jana menemukan WhatsApp merupakan aplikasi yang paling sering digunakan di India, Kenya, Nigeria, Afrika Selatan, Brasil dan Meksiko. Sebagian besar pengguna WhatsApp setuju bila aplikasi pesan sosial ini menawarkan obrolan gratis, bebas iklan dan bisa berbagi foto.

Pelanggan WhatsApp telah mengirimkan 18 miliar pesan per hari pada Januari 2013. Tahun lalu ada 27,4 triliun pesan yang dikirim. Jika ditotal sejak dirilis, jumlah pesan yang terkirim mencapai 69 triliun pesan.

Target Kuasai Pasar China

Salah satu alasan Facebook mengakuisisi WhatsApp adalah ingin menguasai pasar China. Pasar dengan jumlah penduduk tertinggi di dunia ini masih dikuasai oleh aplikasi pesan sosial di Asia seperti Line dari Jepang, KakaoTalk dari Korea Selatan atau WeChat dari China.

Manajer Senior untuk konsultan telekomunikasi Delta Partners Vincent Stevens mengatakan, akuisisi WhatsApp akan memungkinkan Facebook bisa mengambil pasar yang selama ini susah ditembus, salah satunya China.

"Facebook sampai saat ini masih diblokir di China dan kalah jauh dibanding Twitter Inc maupun Line Corp," kata Vincent.

Lembaga konsultan Forrester memerkirakan China akan memiliki lebih dari 500 juta ponsel pintar tahun ini. Direktur Riset Perangkat dan Ekosistem di Counterpoint Research Neil Shah mengatakan, untuk pasar India jumlah pengguna WhatsApp hampir mencapai 9 persen dari total pengguna aktif WhatsApp di seluruh dunia, atau mencapai 40 juta pengguna.

Namun bukan berarti langkah Facebook dan WhatsApp masuk wilayah Asia ini dengan mudah karena banyak musuh tangguh. WeChat yang menjadi aplikasi besutan Tencent Holdings, Line dan KakaoTalk siap mengurangi dominasi WhatsApp di Asia. Salah satu yang tidak dimiliki WhatsApp yaitu ikon emoticon dan permainan yang menawarkan pembelian barang dan jasa.

"Line sangat berbeda dengan WhatsApp. Mereka jauh lebih inovatif dalam model bisnis," kata konsultan VisionMobile di Inggris Michael Vakulenko.

Jika Facebook benar-benar ingin masuk Asia, tentu saja situs jejaring besutan Mark Zuckerberg akan beradu dengan aplikasi pesan sosial lain, yang sebenarnya juga tidak ada yang mendominasi.

Sasar Indonesia

Riset Nielsen menyebut aplikasi pesan sosial seperti BlackBerry Messenger justru dianggap sebagai aplikasi yang banyak diunduh di Indonesia pada Oktober lalu. Viber, yang sudah diakuisisi Rakuten Jepang justru paling populer di Filipina dan Line justru berjaya di Thailand.

WhatsApp hanya menjadi aplikasi pesan sosial terpopuler nomor tiga di Indonesia, kedua di Malaysia dan tidak masuk top 10 di Filippina maupun Thailand.

"Saya justru melihat banyak akun WhatsApp yang tidak aktif dalam daftar kontak saya," kata Jerry Justianto, pemilik jaringan stasiun radio di Jakarta.

Riset On Device tahun lalu menyebut hampir dua per tiga orang Indonesia yang disurvei menggunakan WhatsApp, kurang dari setengah dari mereka hanya menggunakan WhatsApp sekali seminggu, dibanding tiga perempat dari masyarakat Brasil yang sudah mengunduh aplikasi itu.

Justianto menilai WhatsApp susah diterima oleh masyarakat Indonesia karena hanya menghubungkan satu nomor ponsel ke satu akun WhatsApp. "Sementara karakter orang Indonesia sering berganti-ganti kartu SIM," katanya.

Akankah WhatsApp mampu bertahan di tengah serbuan aplikasi pesan sosial di Asia atau ini hanya ketakutan Facebook karena mulai ditinggalkan pengguna? Kita tunggu saja.

Minggu, 16 Februari 2014

Flappy Birds Vs Gangnam Style



Vietnam dan Korea Selatan menjadi dua negara berpengaruh dalam industri kreatif di Asia Tenggara. Berkat kesuksesan permainan ponsel (game) dan lagu, dua negara ini sukses mendatangkan pundi-pundi uang ke negaranya.

Hanoi, Ibu Kota negara Vietnam dalam hal statistik perekonomian masih berada di bawah Indonesia. Namun industri game mampu menjadi bisnis besar bagi pribadi maupun perusahaan pengembang (developer) game di Vietnam. 

Salah satu game yang populer bulan ini yaitu Flappy Bird yang dibuat developer indie Nguyen Ha Dong. Ia hanya perlu beberapa hari untuk menciptakan game yang mirip Super Mario Bross di Nintendo, game video klasik dari tahun 1980-an. Meski dibuat hanya beberapa hari, game besutan lelaki berusia 29 tahun tersebut bisa meraup keuntungan sekitar Rp 600 juta per hari.

Keuntungan itu diperoleh dari jumlah unduhan game terpopuler di aplikasi ponsel dengan sistem operasi iOS milik Apple maupun Android besutan Google. Ia mendapat untung dari iklan yang wira-wiri ada di bawah game tersebut.

Editor Tech in Asia Anh Minh Do mengatakan, kesuksesan game tersebut tidak terduga sebelumnya, dan tidak bisa dijelaskan, sama seperti hits Gangnam Style milik bintang pop Korea Selatan Psy.

“Saya bicara tentang bagaimana orang-orang meniru prinsip-prinsip Angry Birds, dan saya pikir orang-orang akan mencoba meniru prinsip-prinsip Flappy Bird. Mungkin kepopuleran Flappy Bird tidak bisa ditiru. Mungkin ini adalah salah satu kebetulan. Saya pikir sulit untuk mengulangi kesuksesanya,” ujar Minh seperti dikutip dari VOA Indonesia.
Meski akhirnya Flappy Bird ditarik oleh pembuatnya dari aplikasi Apple Store dan Google Play, Minh menganggap warisan Nguyen Ha Dong ini bisa tinggal lebih lama di Vietnam.

Minh menyebut Vietnam adalah pasar game online terbesar di Asia Tenggara dengan penghasilan lebih dari US$ 250 juta pada 2013. Pasar lokal didominasi oleh VNG, yang memegang 60 persen pasar game Vietnam. Tapi Nguyen Ha Dong adalah salah satu dari ribuan developer independen yang mulai bermunculan, yang sebagian besar fokus menciptakan game mobile.

Walaupun ada kompetisi yang besar, Minh dari Tech In Asia mengatakan kualitas game yang mereka ciptakan rendah.

“Tidak banyak yang berkelas dunia dan tidak banyak yang ingin masuk ke pasar global. Kalau mau memasuki pasar global, Anda harus jauh lebih baik,” ujarnya.

Di Vietnam, sangat mahal untuk menciptakan game dan developer terhambat oleh prosedur licensing yang rumit. Sebagai hasilnya, sebagian besar pemain game Vietnam memainkan game dari luar negeri, khususnya dari China yang diadaptasi untuk pasar lokal.

Do Quy Doan, yang baru-baru ini pensiun dari jabatannya sebagai Wakil Menteri Komunikasi mengatakan, industri game di Vietnam masih baru dan masih banyak tantangan. Begitu pula mekanisme untuk mendorongnya.

Doan mengatakan, kesuksesan Flappy Bird memberikan harapan besar bagi masa depan industri game. Untuk saat ini, suka atau tidak, pencipta Flappy Bird, Nguyen Ha Dong tetap mendapatkan sorotan, walaupun game tersebut tidak lagi tersedia di pasaran untuk diunduh. 

Korea Selatan Jadi Populer
Tahun lalu, dunia juga gempar karena goyang Gangnam Style. Korea Selatan langsung menjadi sorotan hanya dari seorang musisi bernama Psy. 

Gangnam Style merupakan salah satu video yang paling banyak dilihat di Internet. Lagu tersebut mencapai posisi atas di tangga-tangga lagu di Asia, Eropa dan Amerika Utara, dan disebut-sebut sebagai ekspor budaya Korea Selatan paling berhasil.

Untuk alasan-alasan tersebut, beberapa pihak percaya Gangnam Style dapat digunakan untuk mendatangkan banyak turis asing dan uang.

“Saya kira Gangnam Sytle meningkatkan nilai merek dagang Korea,” ujar Je Sang-won, yang mengepalai divisi Halyu (gelombang Korea) pada Organisasi Pariwisata Korea.

“Lagu tersebut telah menarik banyak penggemar dari Barat dan membuat mereka tertarik dengan Korea. Kami melakukan sebuah survei di Los Angeles dan menemukan 70 persen responden mengatakan mereka ingin mengunjungi Korea setelah melihat video tersebut,” katanya.

Di jalanan daerah Gangnam, di bagian selatan Sungai Han di ibukota Seoul, para pemilik usaha menggunakan Psy dan lagunya untuk membantu menjual produk-produk mereka.
Beberapa pedagang mengatakan sejak Gangnam Style menyebar, jumlah pengunjung asing ke toko-toko mereka telah meningkat.

“Terkadang ada lebih banyak pelanggan orang asing dibandingkan pengunjung lokal datang ke toko saya. Jika saya memainkan lagu Gangnam Style dan membuka pintu, beberapa orang datang dari jalan. Mereka banyak tersenyum,” ujar Kwon Da-na, yang mengelola toko pakaian di daerah trendi Apgujeong di Gangnam.

Korea Selatan berharap bisa mendatangkan lebih dari 10 juta turis asing tahun 2012 lalu. Dan menurut Organisasi Pariwisata Korea (KTO), musik pop Korea atau yang dikenal dengan K-POP, merupakan penarik turis terbesar. Dan berkat Psy, KTO berencana menggunakan Gangnam Style untuk menarik lebih banyak turis asing.

Bercermin dari dua negara itu, apa yang bisa dibanggakan Indonesia untuk mendatangkan devisa negara? Ekspor tenaga kerja wanita (TKW) lagi?

Senin, 10 Februari 2014

Surat Kabar Akan Punah?

Direktur Eksekutif Serikat Perusahaan Pers (SPS) Asmono Wikan menyebutkan gempuran media sosial digital dan media online cukup membuat industri cetak (print) terpengaruh.

Hal ini tercatat dari rendahnya pertumbuhan sirkulasi oplah dari 1.100 media di Indonesia pada akhir tahun 2013, yang hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0,25 persen. Angka itu sedikit lebih baik dibanding pertumbuhan oplah media di Amerika.

Namun, jika dibandingkan dengan negara lain seperti China, India dan Brazil, pertumbuhan oplah media cetak di Indonesia masih kalah jauh.

"Karena itu media harus meng-update diri di era digitalisasi. Konsepsi industri print bahwa digitalisasi belum menghasilkan uang harus dibongkar. Tanpa upgrade dan update, ya repot," ujar Wiskan saat menggelar konfrensi pers Serikat Perusahaan Pers (SPS) di Bengkulu, Kamis (6/2/2014).

Dari hasil kajian SPS, perkembangan media cetak di Indonesia memang mengalami turbulensi yang kuat. Generasi pembaca baru mulai bermunculan, yakni generasi pembaca yang tidak lagi membaca hal-hal serius, generasi yang tidak menyenangi kerumitan bahasa di media cetak dan generasi yang tidak menyenangi tata wajah di media cetak.

"Inilah yang menjadi tantangan bagi industri media cetak saat ini. Bagaimana media melayani pembacanya menjadi sangat penting. Kalau tetap ingin bertahan menghadapi konvergensi di era multiplatform saat ini," ujar Wiskan.

Dia menuturkan, keberlanjutan hidup dari sebuah media sangat bergantung dengan kemampuannya menangkap keinginan pembaca. Melalui penyajian konten berita yang berkaitan dengan kebutuhan pembaca, diyakini akan tetap menghidupkan industri media, khususnya cetak di Indonesia.

"Salah satu kuncinya adalah lewat penyajian konten berita. Konten harus nyambung dengan pembaca, tanpa ini bisa berbahaya bagi media," bebernya.

Sumber: Tribunnews

Sabtu, 08 Februari 2014

Inikah Akhir Bisnis Sony?



Sony baru saja menjual lini bisnis komputer pribadi (personal computer) Vaio pekan lalu. Kali ini, Sony dikabarkan bakal menjual lini bisnis televisinya. Inikah akhir bisnis perusahaan Sony?

Perjuangan bos baru Sony Corp Kazuo Hirai tahun ini bakal makin berat. Bukan hanya menghadapi persaingan bisnis dengan Apple dan Samsung, tapi juga harus membenahi perusahaan agar tetap bisa bertahan. Sony dianggap memiliki kinerja lebih buruk dibanding Panasonic Corp dan Sharp Corp, terutama setelah berencana melepas lini bisnis televisi.

Hirai saat ini memiliki tantangan untuk bisa merevitalisasi bisnis televisi Sony yang telah mengalami kerugian US$ 7,8 miliar lebih dari satu dekade terakhir. Namun Hirai juga diminta untuk mempercepat keputusan tentang strategi masa depan Sony agar tidak semakin jatuh.

Tahun ini Sony memerkirakan mengalami rugi bersih 110 miliar yen (US$ 1,1 miliar). Produsen TV Bravia dan konsol game Playstation ini juga berencana akan memangkas 5.000 karyawannya, meski hanya 3 persen dari total karyawan.

Salah satu strategi yang akan dilakukannya adalah memisahkan bisnis televisi ke divisi tersendiri, namun tetap diharapkan bisa berkontribusi pada perusahaan. Hirai menganggap langkah tersebut sebagai proses restrukturisasi lebih luas.

Saat diwawancara media di Tokyo, Hirai mengatakan tidak akan melakukan dalam waktu dekat soal pemisahan unit bisnis televisinya. "Jika Anda bertanya, apakah kita memiliki rencana untuk menjual bisnis televisi, saya dapat mengatakan kita sama sekali tidak memiliki rencana tersebut sekarang," kata Hirai seperti dikutip dari Reuters.

Kendati demikian, Hirai yakin akan bisa mengembalikan kejayaan Sony seperti sebelumnya. "Saya pikir kita sedang menuju ke arah yang benar dan dengan membuat sebuah perusahaan terpisah, kami akan mempercepat pengambilan keputusan. Adapun rencana masa depan, ada banyak kemungkinan dan bukan hanya untuk bisnis televisi kami," katanya.

Sony sebelumnya memerkirakan laba bersihnya bisa mencapai 30 miliar yen untuk tahun fiskal saat ini. Namun ternyata Sony sekarang menuju rugi bersih kelima dalam enam tahun terakhir. Salah satu keuntungan yang terjadi di Maret 2013, saat Hirai mengalami tahun pertama bertugas menjadi CEO, dikontribusikan dari penjualan dua properti Sony yaitu di New York dan Tokyo.

Dikecam Investor
Penurunan kinerja Sony membuat berang investor seperti Third Point Daniel Loeb. Investor menilai jajaran direksi Sony gagal memaksimalkan beberapa lini bisnisnya. Sony dinilai kalah dengan Panasonic yang telah merestrukturisasi bisnis, meski dengan biaya mahal dan kini justru sudah mengalami keuntungan.

"Langkah restrukturisasi ini merupakan perkembangan positif bagi Sony, namun masih terlalu dini untuk mengatakan apakah langkah ini cukup. Perlu waktu yang cukup (bagi perkembangan bisnis Sony ke depan). Namun hal itu akan sangat bergantung pada seberapa cepat mereka mampu melaksanakan niat mereka," kata Masashi Oda, Kepala Investasi di Sumitomo Mitsui Investment Trust.

Tiga Masalah
Sony saat ini sedang dihadapkan pada tiga masalah besar. Pertama, rencana penjualan lini bisnis PC Vaio ke Japan Industrial Partners. Sony berencana mendirikan perusahaan terpisah atas penjualan Vaio tersebut dan hanya akan memegang 5 persen saham Vaio. Sony juga tidak bersedia menjelaskan nilai penjualan Vaio tersebut.

Kedua, rencana memisahkan bisnis televisi ke unit terpisah di Sony pada Juli 2014. Ketiga, Sony akan memangkas karyawan terutama karyawan di luar Jepang yang akan mulai dilakukan Maret 2015. Sony beranggapan akan menghemat biaya operasional setidaknya pada 2015-2016. Hingga September 2013, total karyawan Sony mencapai 145.800 orang.

Para pejabat Sony mengatakan, mereka berharap hanya akan mengalami kerugian 25 juta yen terutama dari bisnis televisi di tahun ini. Padahal satu dekade lalu, bisnis televisi Sony masih menghasilkan untung. Di Maret 2014 ini, Sony memerkirakan akan mengalami kerugian hingga 786,9 miliar yen (sekitar US$ 7,8 miliar).

Fokus Tiga Bisnis
Untuk bisa memertahankan bisnis Sony ke depan, Hirai mencoba untuk fokus pada tiga lini bisnis yaitu foto (imaging), game dan mobile. Namun analis memerkirakan, tiga lini bisnis yang menjadi fokus Sony ke depan ini juga akan menjadi taruhan bagi kepemimpinan Hirai untuk pasar konsumen, sebab kecenderungan konsumen pun sangat bergejolak (volatile).

Dalam hal perangkat bergerak (mobile), Sony berencana memangkas penjualan ponsel dari 42 juta unit menjadi 40 juta unit. Hal itu karena kelemahan pasar di Asia dan Eropa. Hirai sebenarnya ingin melipatgandakan penjualan unit ponsel seri Xperia di 2015. Namun, karena kurangnya kontrak dengan operator besar di Amerika Serikat dan produsen ponsel China terus merangsek ke pasar tersebut, dinilai menjadi hambatan tersendiri bagi Sony untuk masuk ke pasar Negara Paman Sam.
Sony merasa tertolong terutama akibat penjualan konsol game Playstation 4 yang kuat di pasar. Jumlah penjualan konsol tersebut akan mencapai 5 juta unit di akhir Maret 2014, setelah berhasil menjual 4,2 juta unit di akhir Desember 2013.

Namun penjualan konsol tersebut juga menjadi masalah bagi Sony. Pasalnya, biaya pengembangan konsol tersebut lumayan mahal. Butuh waktu dua tahun lebih untuk mencapai titik impas keuntungan bagi bisnis konsol.

Sony sepanjang 2013 ini diperkirakan juga memangkas laba operasional menjadi hanya 80 miliar yen, dibanding perkiraan sebelumnya 170 miliar yen. Bisnis Sony diuntungkan dari laba usaha selama tiga bulan terakhir di 2013 sebesar 90,3 miliar yen, hampir dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya dan melampaui konsesi analis sebesar 71,9 miliar yen. Akankah Sony mampu bertahan?

Kamis, 06 Februari 2014

Sony Pernah Akan Pakai Mac OS

Bisnis PC Vaio yang baru dilepas oleh Sony ternyata punya sejarah unik yang melibatkan Apple dan pendirinya, Steve Jobs.


Hal ini diungkapkan oleh Kunitako Ando, mantan presiden Sony dalam sebuah cerita yang dikutip oleh The Verge. Alkisah, pada 2001, Ando bermain bermain golf bersama eksekutif Sony lainnya di Hawaii.

"Pada akhir permainan, Steve Jobs dan sejumlah petinggi lain dari Apple telah menunggu kami. Jobs memegang laptop Sony Vaio yang menjalankan Mac OS," tutur Ando.

Sebelumnya, saat kembali ke Apple pada 1997, Jobs menutup bisnis "kloning" Macintosh yang melisensi sistem operasi Apple untuk dipakai di komputer buatan perusahaan lain. Jobs menilai bisnis ini merusak ekosistem dan brand Mac.

Seluruh produsen komputer selain Apple pun tak boleh memakai Mac OS lagi, kecuali Sony. Menurut Ando, ini karena Jobs mengagumi lini notebook Vaio sehingga "bersedia membuat pengecualian".

Tapi waktunya ketika itu kurang tepat. Penjualan laptop berbasis Windows milik Sony sedang mulai menanjak. Hardware komputer ini pun dioptimalkan untuk platform besutan Microsoft tersebut. Pada akhirnya, negosiasi antara Sony dan Apple gagal membuahkan kolaborasi laptop Vaio dan Mac OS.

Jobs sendiri memang dikenal dekat dengan Sony. Pendiri Apple ini mengagumi pendiri Sony, Akio Morita, dan pernah menyatakan belasungkawa saat Morita meninggal dunia pada 1999.

Apple juga disebut menggunakan laptop Sony Vaio untuk keperluan pengujian saat masa transisi dari hardware berbasis PowerPC ke prosesor Intel.

Kini, Sony telah memutuskan untuk menjual unit bisnis Vaio ke perusahaan investasi Japan Industrial Partners (JIP). Nilai penjualan tidak diungkapkan, tetapi harian Nikkei memprediksi besar angkanya mencapai 490 juta dollar AS.

Andai saja saat itu Sony "melepas" Vaio memakai Mac OS, mungkin nasibnya tak akan seperti ini. Selamat tinggal, Sony Vaio.

Sumber: Kompas.com

Bitcoin Bukan Alat Pembayaran Sah



Bank Indonesia (BI) akhirnya resmi memberikan sikap terhadap alat pembayaran virtual yang belakangan mulai digunakan, bitcoin.

Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacob mengatakan, sikap itu diambil dengan mengacu pada Undang-Undang No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang serta Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 yang kemudian diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2009.

"BI menyatakan bahwa bitcoin dan virtual currency lainnya bukan merupakan mata uang atau alat pembayaran yang sah di Indonesia," ujarnya di Jakarta, Kamis (6/2).

BI mengimbau masyarakat agar berhati-hati terhadap bitcoin dan virtual currency lainnya. "Segala risiko terkait kepemilikan atau penggunaan bitcoin ditanggung sendiri oleh pemilik atau pengguna bitcoin dan virtual currency lainnya," lanjutnya.

BI akhirnya mengambil sikap mengenai bitcoin, setelah selama ini melakukan kajian mengenai alat pembayaran virtual tersebut. Direktur Eksekutif Perencanaan Strategis dan Humas BI Difi A Johansyah saat itu melakukan kajian atas transaksi pembayaran dengan menggunakan bitcoin guna melihat efektivitas penggunaan mata uang virtual tersebut terhadap peredaran rupiah.

"Bitcoin ini nilainya dapat berubah-ubah, bisa naik dan turun, yang dinamikanya sedang diteliti oleh BI. Motif penggunaan bitcoin, lihat landasan hukum penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran dan berbagai risiko dalam penggunaan bitcoin tersebut," kata Difi.

Selama ini, segala bentuk alat maupun sistem pembayaran baik berupa fisik maupun uang elektronik (e-money) harus digunakan dengan izin dari BI. Adapun bitcoin, ujar Difi, belum terdapat permintaan untuk memakai bitcoin sebagai alat pembayaran.
Awal Mula Bitcoin
Bitcoin ditemukan oleh Satoshi Nakamoto. Diduga sosok ini adalah nama samaran yang bisa jadi digunakan oleh sekelompok orang. Identitas aslinya masih belum diketahui.
Mata uang ini menawarkan kepemilikan utuh tanpa perlunya ikatan dengan pihak ketiga baik dari swasta dan pemerintah, menjadi daya tarik tersendiri bagi penggunanya. Tapi seiring berjalannya waktu, hal ini disadari sebagai kelemahan mata uang yang ditemukan pada 2009 ini.
Bitcoin menjadi sangat berguna bagi para pelaku kejahatan yang ingin menyembunyikan uang hasil kejahatannya. Karena jika mereka menyimpan uang di bank, uang hasil kejahatannya dapat dengan mudah terlacak.
Bitcoin juga dapat disalahgunakan oleh orang-orang yang ingin menyembunyikan pendapatannya dari pemerintah, dan menghindari kewajiban membayar pajak. Lantas, pendapatan negara dari pajak itu akan hilang karena uang yang tidak terlacak.
Tidak hanya pada tindakan kriminal semata, kekurangan bitcoin paling mendasar juga terjadi karena bentuknya yang tidak riil.
Meskipun bentuknya tidak riil, bukan berarti bitcoin bebas dari pencurian. Salah satu contoh pencurian dialami oleh Sheep Marketplace, sebuah situs web ilegal jual beli obat terlarang, yang kehilangan US$ 220 dalam bitcoin akibat ulah para peretas sistem komputer.
Belum lagi ketidakstabilan nilai mata uang bitcoin jika dikonversi ke mata uang konvensional lainnya yang sangat fluktuatif. Hari ini, boleh jadi pemilik bisa sangat kaya dengan memiliki bitcoin senilai US$ 1.000. Namun, siapa yang tahu jika di kemudian hari nilai uang tersebut hanya tersisaUS$ 50.
Desember lalu, Bank Sentral China sudah melarang penggunaan bitcoin. Begitu juga dengan Bank Sentral Malaysia yang melarang sejak Januari 2014.