Semalam aku lapar banget & pingin merasakan
makanan di sekitar Teater Ismail Marzuki daerah Cikini. Biasanya di
sekitar area pintu masuk maupun di dalam akan ditemukan banyak makanan.
Mulai dari beragam soto, seafood, nasi gila, nasi bebek & minuman
aneka macam bisa kamu jajal mulai dari petang hingga dini hari. Biasanya
mereka senang makan di tempat ini karena menjanjikan suasana kenyamanan
sekaligus bisa lesehan (seperti angkringan di Jogja). Tapi, semalam
nihil.
Aku
mulai curiga, pihak TIM atau pemerintah daerah setempat menertibkan
pedagang liar ini. Bisa juga pedagang makanan yang ada di sebelah dalam
protes karena dagangan mereka tidak laku akibat pedagang makanan liar di
pintu masuk & pintu luar. Tak mau berprasangka, semalam mobil
satpol PP lengkap dengan petugasnya berjaga-jaga di depan area ini.
Mungkinkan mereka direlokasi? atau bahkan diusir saja?
Sempat
aku diskusi dengan temanku, bisa saja mereka diusir karena menjual
minuman keras. Pasalnya, temanku ini pernah melihat ada pedagang di TIM
yang menjual minuman keras tapi tidak langsung dengan botolnya. Pedagang
ini memindahkan isi minuman ke dalam teko dan menuangnya ke dalam
gelas. Pantas saja, mereka melayani seperti biasa (seperti menuang teh
atau kopi). Biasanya anak muda yang nongkrong sambil mendendangkan gitar
di sudut pintu keluar ini minum di situ. Ini masih praduga. Entah benar
atau salah. Tapi bisa saja.
Jakarta, dengan segala kemajemukannya
telah mendatangkan rejeki bagi kaum rural. Walau BBM naik, mereka tetap
berupaya survive berjualan apa saja, yang penting bisa menghidupi anak
& istri atau minimal bisa untuk biaya makan sendiri. Tapi kasihan
juga bagi pedagang di TIM tersebut, walau sebenarnya makanan di sini
tidak terlalu enak, mereka hanya melihat peluang ada tempat bagi anak
muda atau dewasa untuk nongkrong. Kesempatan tersebut ditangkap dengan
membuka warung tenda yang menyediakan makanan (biasa) dengan suasana
nyaman tadi.
Bisa
saja, dalam rangka ulang tahun ini Jakarta akan menertibkan pedagang
liar yang ada di pinggir jalan. Termasuk pedagang koran atau penutup
hidung dari polusi yang biasa menjajakannya dagangan di sekitar Tugu
Tani. Pagi tadi, ada mobil satpol PP yang berjaga di depan lampu merah.
Dan penjual koran sepi. Tak ada satu pedagang pun yang nongol di sana.
Trus kemana mereka berjualan??
Akankah pemda memberikan lahan berjualan bagi mereka?
Kalau
di Bali, ada semacam lahan khusus Food Court ( di depan Pantai Kuta
atau sekitar jalan Sunset Road) yang menyediakan beragam penjual
makanan. So, bagi mereka yang ingin makan, ya memang harus ke sini.
Bukan di pinggir jalan. Apalagi bagi mereka yang suka makan dengan
membawa mobil pribadi, bisa memacetkan jalan.Jalanan kian sumpek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar