BERAWAL dari diskusi di sebuah milis,Komunitas PenulisLepas
berusaha memfasilitasi para anggotanya agar mampu mengembangkan keahlian
menulis.
Komunitas bermoto ”Situsnya Penulis!” itu lalu membuat website yang
bisa mengakomodasi kepentingan anggota, mulai proses kirim karya,
diskusi, hingga pengembangan jaringan penulis. Sejarah awal milis
PenulisLepas berdiri tidak bisa dilepaskan dari tangan dingin tiga
sahabat,yakni Jonru,Rini Nurul Badariah, dan Subhan Afifi.
Three musketeers ini memosisikan milis PenulisLepas sebagai media
komunikasi sejumlah orang yang berprofesi sebagai penulis lepas. Itu
sebabnya, milis yang berdiri 15 Februari 2001 itu diberi nama
PenulisLepas.Komunitas tersebut semula bersifat tertutup dan hanya orang
tertentu yang diundang. Lambat laun komunitas ini berkembang dan
anggotanya membludak hingga 5.200 orang.
Susah untuk mengatur orang sebanyak itu dari seluruh Indonesia. Milis
ini sempat vakum karena kekurangan pengelola.Beruntung,masih ada
sekitar 10% dari jumlah tersebut yang bersemangat untuk tetap
melanjutkan diskusi online maupun melakukan kopi darat,sambil membuat
sebuah acara. Tahun 2005 komunitas semakin solid dan memutuskan membuat
sebuah kepengurusan.
Namun,dalam perkembangannya, para anggota sepakat tidak membentuk
kepengurusan, melainkan jadi komunitas saja. Jonru, sebagai penggagas
milis ini, bertanggung jawab melanjutkan keberadaan komunitas
PenulisLepas. Setelah itu,komunitas ini semakin serius menggarap
kemampuan atau keahlian masing-masing anggota, sekaligus memperluas
jaringan dengan enam orang sebagai moderator.
Diskusi online tentang kegiatan tulis-menulis pun semakin terarah. ”Selain milis, kami juga membangun situs www.penulislepas.
com.Awalnya,situs ini berisi info seputar penawaran jasa di bidang
penulisan dan murni bertujuan bisnis,” ungkap Jonru. Namun, setelah
berjalan beberapa lama, bisnis itu belum juga menampakkan profit. Jonru
yang bekerja sebagai content editor di CBN, perusahaan penyedia layanan
internet, tidak bisa berdiam diri.
Dia lalu mengubah www.penulislepas.
com menjadi situs komunitas, dengan harapan suatu saat situs ini bisa
menjadi basis bisnis baru bagi para penulis. Saat itu Jonru dibantu
sahabatnya, Bambang Trim, yang mengelola penerbitan MQS Publishing dan
wakil ketua IKAPI Jawa Barat.Komunikasi intensif mereka membuahkan
hasil,yakni perubahan format situs menjadi komunitas penulis di dunia
maya.
Sejak saat itu, komunitas ini terus menggeliat dan sering mengadakan
pertemuan. Pertemuan perdana terjadi pada 16 Oktober 2005, yang ditandai
dengan antusiasme anggota untuk berkiprah di milis dan situs penulis
lepas. ”Saya tidak mengira PenulisLepas bisa menjadi komunitas yang
sangat berharga dan potensial.
Ini adalah aset yang tak terlihat dan merupakan harta karun,”ujar
Jonru, yang menggelar pertemuan kedua lewat seminar bertajuk Kiat Sukses
Menerbitkan Bukupada 2 Juli 2006. Kegiatan para anggota komunitas terus
berlanjut hingga 13 Agustus 2006 meski hanya berupa diskusi internal
yang dihadiri tujuh peserta. Lantas, pada 24 November 2006 diadakan pula
diskusi online via konferensi di Yahoo! Messenger,dihadiri sekitar 50
peserta.
Alhasil, milis dan situs penulis lepas kini menjadi milis dan situs
penulisan terbesar di Indonesia.Namanya pun semakin diperhitungkan dan
banyak orang penting di bidang penulisan yang bergabung di sini.Ada
Bambang Trim,Yanusa Nugroho, Damhuri Muhammad, Kinoysan, Akmal Nasery
Basral,Femmy Syahrani, Beni Jusuf, Arul Khan,dan masih banyak lagi.
Maret 2007, Jonru memutuskan keluar dari perusahaan dan memfokuskan
diri pada bisnis penulisan,termasuk mengurus milis dan situs penulis
lepas.Jonru menangkap peluang, komunitas ini bisa menjadi sebuah ladang
wirausaha di bidang tulis-menulis.
Beragam paradigma lama, seperti menulis sebagai sampingan dan hanya
mengandalkan honor tulisan yang dimuat di media atau royalti penjualan
buku, langsung diubah oleh founder PenulisLepas tersebut. Masih menurut
Jonru, kegiatan menulis pun dapat menjadi sumber penghasilan dan kita
bisa kaya karenanya. Contoh nyata bisa dilihat dari penulis buku best
seller Ayat Ayat Cintaatau Laskar Pelangi.
Meski untuk meraih keberhasilan itu tidak semudah membalikkan telapak
tangan. Berwirausaha lewat produk tulisan jangan hanya dilihat dari
royalti sebagai sumber kekayaan. Buku, misalnya, sebagai sebuah produk,
bisa memperlihatkan kredibilitas seseorang,dan sumber kekayaan biasanya
muncul di luar produk itu sendiri. Seperti diundang berbicara di depan
forum, menerima proyek tulisan dari seseorang, dan sebagainya.
Dengan langkah mantap, Jonru lantas mengibarkan Sekolah Menulis Online (www.sekolahmenulisonline.
com) pada Juli 2007, sebuah sekolah menulis di dunia maya.Tentu saja
sekolah ini memiliki modul, bedah karya, hingga pertemuan online rutin
dua kali seminggu. Layanan konsultasi via online pun dilakukan untuk
mempermudah komunikasi jarak jauh apabila ada siswa yang kesulitan
selama proses pembelajaran. Sekolah yang diadakan tiga bulan sekali dan
sudah memasuki angkatan ketiga itu bisa meluluskan minimal 30 orang per
angkatan.
Bagi Jonru,menulis bukan sekadar mencari materi, tapi lebih pada
pengungkapan segala pemikiran dan idealisme kita. Salurkan segala ide
liar positif itu dan tetap konsisten. Uang hanya efek samping.
Jonru semakin mengibarkan bisnis penulisan dengan menerbitkan buku
secara self publishing (dalam bentuk ebook) berjudul Menerbitkan Buku
Itu Gampang! melalui situs www.naskahoke.com,mendirikan lembaga pelatihan penulisan, seperti yang sedang dirintis lewat situs www.belajarmenulis. com, dan masih banyak cita-cita tentang kepenulisan yang akan ditanganinya lagi.
Salah seorang yang sukses berwirausaha di bidang ini adalah Ariyanto
MB. Sejak 2007, Ariyanto telah mampu menulis 24 buku nonfiksi populer.
Bahkan,dia berani memantapkan langkah untuk menjadikan menulis sebagai
sumber kekayaan. Penemu danpengembangmetode”menulis tanpa harus
berpikir”itu juga merupakan owner sekaligus founder MR Pen Indonesia
(pabrik tulisan pertama di Indonesia), sekretaris jenderal pengurus
pusat Aliansi Penulis Indonesia (API), dan penulis entrepreneur.
”Modal utama yang Anda butuhkan sebenarnya hanyalah keberanian untuk
percaya dan yakin bahwa Anda bisa. Di dunia ini banyak sekali orang yang
sebenarnya bisa, tapi mereka merasa tidak bisa.Mereka telah membatasi
diri sendiri, padahal Tuhan telah memberi mereka potensi yang amat luar
biasa,” tuturnya.
SINDO Minggu,29 Juni 2008 halaman 41
Tidak ada komentar:
Posting Komentar