Bagi
orang awam, tari Salsa terkesan kemayu bila dilakukan oleh wanita
apalagi pria. Namun di negeri asalnya, Amerika Latin, Salsa malah
disebut tarian seksi. Bukan hanya bagi wanita saja, namun sebutan itu
juga bagi kaum pria.
Bagi
pelatih Salsa, Ni Komang Yuli Rahayu (30) asal Denpasar ini mengatakan
bahwa tarian Salsa sangat familiar di kalangan generasi muda. Tarian ini
menggabungkan tempo lagu, jiwa dan tubuh dalam gerakan santai namun
energetik.
Dalam
perjalanan karir Yuli di bidang tari, tarian Salsa ditekuninya selama
lima tahun. Berawal dari hobi menari yang dipaksakan oleh ibundanya,
sejak SD hingga SMP Yuli masih menggeluti dunia tari terutama tari
tradisional dan tari modern. Darah seni ini mengalir kuat ke sanubari
Yuli karena ibu dan ayahnya juga berjiwa seni. Orang tua yang ada di
Denpasar ini dahulu berprofesi sebagai penari desa. Meski gaji yang
tidak mencukupi selama menjadi penari desa, keluarga ini tetap setia
melestarikan kesenian tradisional warisan nenek moyang.
Selepas
SMP, wanita kelahiran 31 Juli 1978 ini malah banting stir menjadi atlit
lari. Sempat menerima prestasi di bidang atletik, lantas orang tua pun
tidak menukai hobi anak wanitanya ini. “Biar tidak terkesan cowok, kamu
latihan tari saja seperti dulu,” ujar Yuli yang menirukan ucapan ibunya.
Salsa
juga memiliki gaya beragam dalam penyajiannya. Di antaranya Los Angeles
Style (LA Style) yang menunjukkan kombinasi satu garis akrobatik sesama
penari Salsa. Cuba Style cenderung memberi kesan harus ada putaran
dalam gerakan penari. Dan Colombia Style lebih mengungkapkan gerakan
maju mundur. Dalam dunia kompetisi Salsa, LA Style dan Cuba Style sering
dipakai.
Dalam
teknik, Salsa terbagi menjadi basic (dasar), intermediate (menengah)
dan advance (lanjut). Teknik dasar hanya mengajarkan langkah maju mundur
dan teknik memutar. Teknik menengah mengajarkan kombinasi gerakan
dengan musik. Dan teknik lanjut menekankan improvisasi bagi Salsa Lovers
untuk menunjukkan kreasinya. “Cowok sangat memegang peranan dalam Tari
Salsa ini. Saat tangan kanan ditarik berarti kaki juga harus melangkah.
Begitu pula dengan tangan kiri cowok yang memegang pinggang cewek
berarti harus ada teknik memutar atau bahkan kaki diayunkan ke
belakang,” jelas Yuli.
Ketekunan
berlatih selama lima tahun itupun membuahkan hasil. Juara I Salsa
Change Partner di Jakarta (2004), Juara I Salsa Open Instructure di
Jakarta (2004), dan juara I Salsa tingkat ASEAN di Singapura (2007) pun
disabet oleh putri Denpasar ini.
Karena
dalam tari Salsa tiap tahun ada perubahan, Yuli bersama Salsa Lovers
juga terus menambah dan mengasah kemampuan tariannya. Salah satunya
dengan terus berlatih dan saling tukar menukar informasi dari Salsa
Lovers di luar negeri melalui video.
Usia
juga ada batasnya. Begitu juga bagi Yuli yang akan pension dini di
dunia tari saat usianya menginjak 35 tahun. Saat ini, suami dari Koming
Masdiasa yang menjadi vokalis Dewata Band ini telah mendirikan sekolah
Salsa bernama R&B Studio yang ada di jalan Kediri 41 Tuban Kuta.
Salsa Lovers bisa memerolah pelatihan kelas maupun privat di hari Selasa
hingga Minggu pukul 10 pagi hingga lima sore. Tarif yang diberlakukan
adalah Rp 30.000 /orang per jam untuk kelas. Dan Rp 700.000 untuk enam
kali pertemuan satu jam sehari bagi yang menginginkan privasi. “Saya
harus digantikan oleh penari muda yang lebih energetik untuk melanjutkan
tongkat estafet penari Salsa,” katanya.
Senada
dengan Yuli, bagi Dewa Nyoman Kandel Eka Putra (26) yang sering menjadi
partner Yuli dalam berkompetisi di dunia Salsa ini justru menganggap
penari Salsa adalah orang yang seksi. “Tak hanya wanita saja yang seksi
tapi pria penari Salsa juga bisa dibilang seksi,” ucap Dewa yang baru
dua tahun menyelami dunia Salsa.
Dari
keisengan main ke klub dan bar Salsa, cowok asal Batuan Gianyar ini
malah keranjingan dengan dunia Salsa. Hal ini juga dilatarbelakangi oleh
kesukaan Dewa dalam menari tradisional sejak masih kecil. “Tari Salsa
itu tidak cuma menari saja. Sangat diperlukan kekompakan antar penari
meski hanya dengan tatapan mata,” jelas Dewa yang menyandang status
mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Semester akhir di Universitas
Udayana ini.
Lanjutnya,
di dunia hiburan semisal Salsa ini tak cuma fun yang ingin dicari. Tari
Salsa juga sangat menambah pengetahuan dan menambah pergaulan serta
relasi. Cowok kelahiran 29 Mei 1982 tersebut malah sudah menyabet juara I
Salsa Ballroom IODI (Ikatan Organisasi Dansa Indonesia) di Yogyakarta
(2006) berpasangan dengan Yuli. Begitu pula prestasi luar biasa di mata
ASEAN di Singapura yang juga ditoreh bersama Yuli. “Ke depan aku ingin
menjalani apa adanya saja dulu. Tari ya, jadi dokter hewan juga ya.
Apalagi menyanyi,” canda Dewa yang pernah menjadi enam besar kompetisi
Bintang Radio dan Televisi 2006 di stasiun televisi lokal Bali ini.
Di Bali khususnya di Sector Bar dan Restoran cuma ada empat instruktur yaitu Yuli, Dewa, Franky dan Heni. Begitu juga dengan suhu (guru instruktur) yang cuma ada tiga yaitu Yuli, Made Alfa dan made Beta. Jika ingin melihat profil Yuli bisa dilihat pada website www.julisalsa.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar