Sabtu, 19 Januari 2008

Salsa Tari Seksi Bukan Kemayu

Bagi orang awam, tari Salsa terkesan kemayu bila dilakukan oleh wanita apalagi pria. Namun di negeri asalnya, Amerika Latin, Salsa malah disebut tarian seksi. Bukan hanya bagi wanita saja, namun sebutan itu juga bagi kaum pria.

Bagi pelatih Salsa, Ni Komang Yuli Rahayu (30) asal Denpasar ini mengatakan bahwa tarian Salsa sangat familiar di kalangan generasi muda. Tarian ini menggabungkan tempo lagu, jiwa dan tubuh dalam gerakan santai namun energetik.

Dalam perjalanan karir Yuli di bidang tari, tarian Salsa ditekuninya selama lima tahun. Berawal dari hobi menari yang dipaksakan oleh ibundanya, sejak SD hingga SMP Yuli masih menggeluti dunia tari terutama tari tradisional dan tari modern. Darah seni ini mengalir kuat ke sanubari Yuli karena ibu dan ayahnya juga berjiwa seni. Orang tua yang ada di Denpasar ini dahulu berprofesi sebagai penari desa. Meski gaji yang tidak mencukupi selama menjadi penari desa, keluarga ini tetap setia melestarikan kesenian tradisional warisan nenek moyang.

Selepas SMP, wanita kelahiran 31 Juli 1978 ini malah banting stir menjadi atlit lari. Sempat menerima prestasi di bidang atletik, lantas orang tua pun tidak menukai hobi anak wanitanya ini. “Biar tidak terkesan cowok, kamu latihan tari saja seperti dulu,” ujar Yuli yang menirukan ucapan ibunya.

Salsa juga memiliki gaya beragam dalam penyajiannya. Di antaranya Los Angeles Style (LA Style) yang menunjukkan kombinasi satu garis akrobatik sesama penari Salsa. Cuba Style cenderung memberi kesan harus ada putaran dalam gerakan penari. Dan Colombia Style lebih mengungkapkan gerakan maju mundur. Dalam dunia kompetisi Salsa, LA Style dan Cuba Style sering dipakai.

Dalam teknik, Salsa terbagi menjadi basic (dasar), intermediate (menengah) dan advance (lanjut). Teknik dasar hanya mengajarkan langkah maju mundur dan teknik memutar. Teknik menengah mengajarkan kombinasi gerakan dengan musik. Dan teknik lanjut menekankan improvisasi bagi Salsa Lovers untuk menunjukkan kreasinya. “Cowok sangat memegang peranan dalam Tari Salsa ini. Saat tangan kanan ditarik berarti kaki juga harus melangkah. Begitu pula dengan tangan kiri cowok yang memegang pinggang cewek berarti harus ada teknik memutar atau bahkan kaki diayunkan ke belakang,” jelas Yuli.

Ketekunan berlatih selama lima tahun itupun membuahkan hasil. Juara I Salsa Change Partner di Jakarta (2004), Juara I Salsa Open Instructure di Jakarta (2004), dan juara I Salsa tingkat ASEAN di Singapura (2007) pun disabet oleh putri Denpasar ini.

Karena dalam tari Salsa tiap tahun ada perubahan, Yuli bersama Salsa Lovers juga terus menambah dan mengasah kemampuan tariannya. Salah satunya dengan terus berlatih dan saling tukar menukar informasi dari Salsa Lovers di luar negeri melalui video.

Usia juga ada batasnya. Begitu juga bagi Yuli yang akan pension dini di dunia tari saat usianya menginjak 35 tahun. Saat ini, suami dari Koming Masdiasa yang menjadi vokalis Dewata Band ini telah mendirikan sekolah Salsa bernama R&B Studio yang ada di jalan Kediri 41 Tuban Kuta. Salsa Lovers bisa memerolah pelatihan kelas maupun privat di hari Selasa hingga Minggu pukul 10 pagi hingga lima sore. Tarif yang diberlakukan adalah Rp 30.000 /orang per jam untuk kelas. Dan Rp 700.000 untuk enam kali pertemuan satu jam sehari bagi yang menginginkan privasi. “Saya harus digantikan oleh penari muda yang lebih energetik untuk melanjutkan tongkat estafet penari Salsa,” katanya.

Senada dengan Yuli, bagi Dewa Nyoman Kandel Eka Putra (26) yang sering menjadi partner Yuli dalam berkompetisi di dunia Salsa ini justru menganggap penari Salsa adalah orang yang seksi. “Tak hanya wanita saja yang seksi tapi pria penari Salsa juga bisa dibilang seksi,” ucap Dewa yang baru dua tahun menyelami dunia Salsa.

Dari keisengan main ke klub dan bar Salsa, cowok asal Batuan Gianyar ini malah keranjingan dengan dunia Salsa. Hal ini juga dilatarbelakangi oleh kesukaan Dewa dalam menari tradisional sejak masih kecil. “Tari Salsa itu tidak cuma menari saja. Sangat diperlukan kekompakan antar penari meski hanya dengan tatapan mata,” jelas Dewa yang menyandang status mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Semester akhir di Universitas Udayana ini.

Lanjutnya, di dunia hiburan semisal Salsa ini tak cuma fun yang ingin dicari. Tari Salsa juga sangat menambah pengetahuan dan menambah pergaulan serta relasi. Cowok kelahiran 29 Mei 1982 tersebut malah sudah menyabet juara I Salsa Ballroom IODI (Ikatan Organisasi Dansa Indonesia) di Yogyakarta (2006) berpasangan dengan Yuli. Begitu pula prestasi luar biasa di mata ASEAN di Singapura yang juga ditoreh bersama Yuli. “Ke depan aku ingin menjalani apa adanya saja dulu. Tari ya, jadi dokter hewan juga ya. Apalagi menyanyi,” canda Dewa yang pernah menjadi enam besar kompetisi Bintang Radio dan Televisi 2006 di stasiun televisi lokal Bali ini.

Di Bali khususnya di Sector Bar dan Restoran cuma ada empat instruktur yaitu Yuli, Dewa, Franky dan Heni. Begitu juga dengan suhu (guru instruktur) yang cuma ada tiga yaitu Yuli, Made Alfa dan made Beta. Jika ingin melihat profil Yuli bisa dilihat pada website www.julisalsa.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar