Malam
minggu kemarin aku sengaja datang ke Kuta. Kata teman, ada event di
HardRock cafe atau Kamasutra. Setelah aku sms, ga tahunya koq ga ada
balasan. Langsung aja aq dan temenku (fotografer) tancap gas ke Kuta dan
sekitarnya.
Sekitar
jam 11 malam aku berangkat dari rumah. Meski agak lengang, namun
kondisi jalan di Legian tetap macet. Maklum malam minggu sih!!
Aq
langsung nongkrong bersama teman (kebetulan yang satu gay dan satunya
lagi bencong). Klop deh. Aku ikutin pembicaraan mereka. Tapi anehnya aku
ga ngerti bahasa mereka. Katanya bahasa percakapan ini khusus dipakai
oleh kaum transeksual tersebut. Bahasa tersebut dinamakan bahasa Binan.
Kosakatanya hampir sama dengan kamus gaul yang dibuat oleh Debby
Sahertian.
Aq
yg bosen nunggu mereka berdua ngomong "bahasa planet", langsung cabut
ke Kamasutra, tanya ke satpam, ada event ga?? kata satpam sih cuma live
band & DJ aja. Waduuuh, aq kecolongan lagi nih, diboongin maksudnya.
Sampe
jam 12 malam, temenku (fotografer) asyik memotret kaum transeksual
tersebut. Ya aku biarin aja. Lantas kita diajak liputan ke Q Bar di
kawasan Seminyak.
Tahu ga ada apa di sana??
Live Show....Lip sing Waria, Striptis Cowok & dugem lainnya.
Temenku
yg gay, udah jelatan ngeliat cowok. Sedang yang banci, enjoy aja.
Gobloknya, aku koq pake baju berkrah plus jaket. Banyak sih yg pandangin
aku, cuek saja. Aku normal2 aja koq.
Kalo
ga demi liputan lifestyle, aq ga mau datang ke sana. Ini kan demi
profesionalitas kerja. Semakin pagi, semakin panas. Banyak juga yg buka
baju (topless). Walaaah (sensor).
Tapi
yg bikin aku ngeri, kenapa cowok2 dan cewek2 dengan postur badan OK
(menurutku) koq pekerjaan mereka seperti itu. Berani menjual diri (tubuh
moleknya) hanya untuk selembar / beberapa lembar uang kertas. Kenapa
tidak memikirkan pekerjaan yg halal??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar