Sudah
menjadi kewajiban bagi orang tua untuk mendidik anak sejak kecil. Meski
sesibuk apapun kondisi orang tua, pendidikan buah hati langsung dari
orang tua akan sangat memengaruhi psikologi dan perkembangan mental anak
saat usia dewasa.
Alit
Setiari (27) sudah menyadari akan pentingnya sebuah pendidikan anak
usia dini. Maka sedari kecil, Putu Cantika Ladysiari (1) yang menjadi
putri semata wayangnya langsung diasuh sendiri tanpa bantuan pembantu
atau baby sister.
Alit
pun tak segan untuk stop dari pekerjaan dan secara penuh mengurus
Cantika. Bagi warga asli Denpasar ini mengurus anak langsung dari buaian
tangannya akan memberi kepuasan tersendiri dari pada diasuh oleh orang
lain. “Saya takut kalau diasuh pembantu, baby sister, bahkan keluarga
akan malah salah urus. Mereka kan sering ngobrol dengan tetangga, nanti
malah diajari gossip lagi. Mau jadi apa anak saya nanti,” keluhnya yang
diberi kewenangan penuh dari suami untuk mengurus putri tunggalnya.
Begitu
juga dengan Anom Widiyanti (32) yang merawat Kalyani (2,5) dengan penuh
senang hati. Setiap hari saat ada waktu luang, Bu Anom selalu
menyempatkan diri meski hanya 15 menit sehari untuk bermain dengan
anaknya. “Bermain dengan anak mulai dari bangun tidur hingga menjelang
tidur malam sudah wajib saya lakukan demi perkembangan otak dan
psikologinya. Hal tersebut akan meningkatkan kemampuan perkembangan
syaraf motorik dan sensoriknya,” ujar Ibu satu putri yang menikah tahun
2003 ini.
Bagi
yang bingung untuk mengajar anak sejak dini dari rumah sendiri bisa
meniru konsep dari tempat penitipan anak atau baby school. Biasanya
tempat tersebut memberikan program khusus bagi anak usia dini untuk
memerolah pendidikan sesuai usianya.
Lanjut
Anom, dalam usia dini (usia 0 hingga 5 tahun), balita sudah dapat
menerima 93 jenis kemampuan dasar yang dapat dikelompokkan menjadi 10
kelompok. Ketrampilan dan konsep dasar tersebut adalah ketrampilan
visual, mendengar dan konsentrasi, bahasa dan membaca, matematika dasar,
manipulatif (motorik halus dan kasar), menolong diri sendiri,
pengembangan, social dan emosi, posisi dan arah, warna, tekstur bahkan
waktu.
Ketrampilan
tersebut menjadi konsep dasar bagi pendidikan anak usia dini (PAUD)
yang harus dikuasai oleh orang tua baik yang sebelum menikah maupun
setelah menikah. Banyak pasangan di Indonesia yang sama sekali
mengabaikan konsep dasar tersebut. “Orang tua yang tidak memedulikan
pendidikan anak secara pribadi akan berdampak pada psikologis dan
perkembangan mental yang buruk di usia dewasanya,” jelas Anom yang
memiliki Kalyani Baby School di jl. Kusuma Bangsa II/19 Denpasar.
Konsep
yang disebut Early Learning Program (ELP) atau Cakrawala Pengetahuan
Dasar (CPD) ini juga harus dilakukan bagi orang tua yang super sibuk.
Tidak ada toleransi bagi professional untuk mengabaikan pendidikan anak
dan lantas memberikan hak asuh pada pembantu, baby sister, keluarga
bahkan tetangga. “Orang tua paling mengerti kebutuhan anak. Kalau sampai
terjadi salah urus, yang paling disalahkan adalah yang mengurusnya.
Orang tua harus sangat mengerti dalam memberikan sesuatu kepada anaknya,
terutama masalah pendidikan. Hitam putih anak kan tergantung dari siapa
pendidiknya,” lanjut Anom.
Anom
juga mencontohkan, seorang Presiden Amerika sekelas Bill Clinton pun
juga memberikan waktu luang di tengah kesibukannya mengurus negara untuk
anak tercintanya. “Beliau menyempatkan waktu untuk membacakan cerita
sebelum tidur pada anaknya,” ucap Anom yang sangat sedih terhadap budaya
baca dongeng kepada anak yang mulai hilang kini.
Cara
efektif untuk memberikan pengetahuan kepada anak adalah melalui buku.
Konsep visual seperti alam, geografi, tubuh manusia, matematika, warna,
alphabet, budi pekerti dan lain-lain bisa diberikan kepada anak sampai
usia 12 tahun. Konsep tersebut juga bisa dipadukan dengan konsep audio
visual baik melalui kaset, video maupun televisi. “Pemberian informasi
melalui televisi hanya boleh dilakukan maksimal 2 jam per hari dan harus
ditemani. Jika lebih banyak menonton, konsentrasi anak akan terganggu
mulai usia 8 tahun ke atas,” tambahnya.
Buku,
media audio, visual dan audio visual hanya menjadi sarana agar tumbuh
kembang anak makin pesat. Untuk makin memaksimalkan otak di masa
usianya, perlu juga bagi orang tua untuk mengajak rekreasi ke tempat
yang memiliki nilai edukasi tinggi. Seperti ke kebun binatang, museum,
taman budaya dan lain-lain. “Jangan biasakan anak pergi ke mall. Hal
tersebut akan mengeset pikirannya menjadi perilaku konsumtif kelak
ketika dewasa,” kata Anom yang memberikan tema Parents Know How ini.
Beda
dengan Anom maupun Alit, Shifu Yonathan Purnomo (44) malah melarang
anak didiknya dicekoki pelajaran apapun saat usia dini. Menurut penemu
konsep Shuang Guan Qi Xia (SGQX) yang memadukan kemampuan otak kanan dan
otak kiri ini saat anak usia dini harus diberikan lebih banyak waktu
untuk bermain. “Semakin banyak waktu untuk bermain, berkeringat dan
tidak merasa capek walau bermain seharian maka akan semakin bagus bagi
perkembangan otak di masa dewasanya,” kata Shifu yang melakukan
launching buku Rahasia Kecerdasan Otak di Toko Buku Gramedia Duta Plaza,
Minggu (20/1).
Semakin
banyak aktivitas bermain anak akan memberikan dampak bagi zat Meilin
(zat daya ingat yang ada dalam otak) untuk terus berproduksi dan
memberikan kecerdasan bagi anak di masa dewasanya. Zat yang hanya
berproduksi hingga usia 12 tahun ini akan memberikan daya ingat dan
memaksimalkan kemampuan otak dalam melakukan apapun hingga usia 100
tahun. “Hal inilah yang menyebabkan otak orang asing lebih cerdas
daripada orang Asia (secara umum, terutama Indonesia). Karena orang
asing cenderung memberi keleluasaan bagi anak untuk bermain sepuasnya
tanpa memerhitungkan capek atau tidaknya,” tambahnya.