Buah jatuh tidah jauh dari pohonnya. Itulah pepatah yang menggambarkan perjuangan bisnis Seto Budiman. Kebiasaan orangtua memutar vinyl mendorongnya untuk menggeluti piringan hitam tersebut.
Lelaki kelahiran Jakarta 35 tahun silam ini mengetahui seluk beluk vinyl sejak kecil. Ia pun mengetahui piringan hitam tersebut sejak Taman Kanak-Kanak (TK). “Tapi mulai 1988 sudah mulai langka karena beralih ke kaset. Namun koleksi bapak saya masih ada,” katanya.
Kesukaan mendengarkan musik atau film melalui vinyl juga dilatarbelakangi pamannya yang seorang disk jockey (DJ). Sebagai pemandu musik di sebuah club, tentu koleksi vinyl-nya melimpah.
Dari koleksi pamannya tersebut, ia belajar musik dan mengetahui sejarah vinyl. Koleksinya juga semakin bertambah seiring perjalanan waktu.
Ia juga rajin berburu vinyl ke orang-orang yang ia kenal seperti DJ-DJ lama yang tidak lagi membutuhkan vinyl. Menurut dia, vinyl sudah jarang dipakai akibat tergerus zaman sehingga banyak yang menjual koleksinya.
Dari penelusurannya mencari vinyl, ia bisa mengoleksi vinyl bekas dengan harga relatif lebih murah. Ia membelinya sekitar Rp 3 juta untuk 200 keping. “Biasanya mereka menjual borongan sehingga lebih murah,” katanya.
Sekitar 2007, ia menemukan beberapa teman sehobi yang sekaligus memotivasinya mengembangkan usaha. “Dia sudah jualan duluan, terus ngajakin jualan,” tuturnya.
Ia pun tambah rajin mencari kolektor vinyl, terutama yang mau menjual koleksinya. Ia juga sampai berburu ke website produsen vinyl di Inggris hingga Jepang. Setelah berlangganan lebih dari dua tahunan, ia mendapat tawaran menjadi distributor. “Lumayan. Jadi setiap beli ada diskon khusus. Namun harus ada batasan minimal $ 200-300 per bulan.”
Ia mengeluhkan produksi vinyl belum bisa dilakukan di Indonesia. Kebanyakan musisi membuat vinyl hanya cover-nya saja. Padahal alat untuk memproduksi vinyl di Indonesia ada. Namun bahan bakunya yang harus impor. “Jadi untuk vinyl-nya dikerjakan di Inggris atau Amerika Serikat,” katanya.
Lelaki penggila film ini mulai mencari minat pasar, khususnya mencari selera yang sedang ramai. Mulanya, ia memilih pesanan vinyl berdasarkan chart (tangga lagu) yang sedang berkembang. “Namun akhirnya saya memilih segmented untuk dance musik karena lama-lama di tangga lagu itu kok tidak sesuai dengan kita.”
Namun, plak yang ia jual tidak melulu beraliran musik dansa. Aliran musik pop yang kini digemari pasaran juga ada. Koleksi tertua yang ditunjukkan tertulis bertahun 1962 beraliran blues.
Ia menjual piringan hitam mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 900 ribu per keping. Selain dari tren yang sedang booming, harga berbeda tiap kepingnya dari segi kelangkaan barangnya.
Rata-rata pembeli berasal dari kalangan DJ meski juga ada beberapa dari kolektor. “Kalau ada barang baru kita tawarkan ke mereka (DJ),” ujar pengidola musisi beraliran disko asal Inggris Harvy ini.
Sebulan ia mampu menjual lebih dari 80-an keping vynil. Bila dikalkulasi, omzetnya bisa mencapai Rp 24 juta per bulan.
Lebih Puas Bekerja Lepas
Bekerja dengan orang lain memicunya tak memiliki kepuasan diri. Itulah yang menjadi alasan Seto berwirausaha sesuai hobinya.
Sebelum berwirausaha, lelaki lulusan S1 Administrasi Negara Universitas Atmajaya ini pernah bekerja di salah satu perusahaan ekspor-impor produk hasil laut. Ia juga pernah bekerja di sebuah bioskop.
Menurut dia, pekerjaan yang sejalan dengan kesenangan atau hobi lebih dapat dinikmati. Selain itu, dari segi penghasilan, usahanya berbisnis vinyl juga lumayan lebih besar dari pekerjaan sebelumnya.
Ia pun tak memusingkan terkait usaha yang diambil tak sejalan dengan latar belakang pendidikan yang dia ambil. Baginya, usaha ini memiliki kepuasan tersendiri. Selain tidak harus terikat dengan orang lain, wawasannya juga semakin bertambah.
Ia mengakui, memang bila bekerja dalam sebuah perusahaan akan dijamin dari segi asuransi kesehatan, gaji tiap bulan, dan sebagainya. Namun dengan memiliki usaha sendiri, ia dapat merasakan tantangan yang bebas dan lepas tanpa tekanan orang lain. “Saya pernah berpikir, berwirausaha itu seperti judi. Bisa untung dan bisa buntung,” katanya.
Namun karena sudah menjadi hobi, ia menjalankan usaha dengan senang hati karena bisa bertukar informasi dengan banyak orang, terutama dengan minat yang sama. “Kalau ada komunitasnya lebih semangat lagi,” katanya.
Selain berbisnis, kesempatan tertentu ia sering mengadakan acara untuk promosi vinyl, tentu dengan menjadi seorang DJ. “Meski tidak ada les khusus, ya lumayan bisa memainkan ini,” ujarnya.
Profil Usaha:
Nama: Seto Budiman
Ttl: Jakarta, 1 April 1980
Kesenangan: Nonton Film, Mendengarkan Musik
Pendidikan: S1 Jurusan Administrasi Negara Universitas Atmajaya
Status: Anak Tunggal
Media Sosial: Facebook/Twitter: Tokoplak
Pemesanan: tokoplak@gmail.com
Lokasi: Pasar Santa lantai 1 Jakarta Selatan
Kontak: 0818957829
via didikpurwanto.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar