Analis memerkirakan penjualan iPad besutan Apple selama tiga bulan
pertama di 2014 diperkirakan menurun. Hal ini dibuktikan dari hasil
penjualan yang tidak begitu meningkat dibanding biasanya.
Seperti dikutip CNet, penjualan iPad diperkirakan hanya 19,3 juta unit, turun 0,7 persen dibanding periode sama tahun lalu.
Namun kumpulan analis dari Fortune
memerkirakan hal berbeda. Analis profesional lebih optimistis iPad
mampu terjual 19,4 juta unit. Analis amatir memerkirakan iPad hanya
terjual 19,2 juta unit.
Sikap pesimis para analis ini bukan sengaja mengejek Apple karena
kurang mampu menjual perangkat iPad. Penjualan yang menurun ini
cenderung berbeda pada kuartal I-2013 karena iPad mampu terjual naik 55
persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Apple belum merilis hasil resmi terkait penjualan perangkatnya. Apple baru akan mengumumkan pada 23 April mendatang.
Minggu, 20 April 2014
Penjualan iPad Diperkirakan Menurun
Sabtu, 19 April 2014
Meneropong Arti Warna Logo Perusahaan
Mungkin menjadi pertanyaan klise, mengapa warna logo Facebook itu biru? Pertanyaan itu pernah dilontarkan media The New Yorker. Ternyata Mark Zuckerberg, sang pendiri Facebook hanya memberi alasan sederhana. Dia buta warna merah dan hijau, tapi Zuckerberg bisa melihat warna biru dengan baik.
Mungkin itu bukan jawaban ilmiah yang pernah dilontarkan
pendiri Facebook. Namun pakar marketing dan desain merek Leo Widrich memberi
alasan lebih ilmiah. Pemilihan warna yang tepat akan memengaruhi keputusan
pembelian konsumen.
Bagaimana pun penglihatan merupakan cara pertama kali yang
dilakukan konsumen saat membeli sesuatu. Jika warna cocok, konsumen bisa
langsung melakukan pembelian atau menggunakan jasa tersebut. Sekitar 90 persen
penglihatan konsumen tergantung dari warna produk.
Lantas bagaimana warna bisa memengaruhi konsumen dan ilmu
apa yang bisa digunakan untuk menganalisa warna agar kita bisa memasarkan
produk atau jasa kita dengan tepat?
Dalam sebuah percobaan, Leo Widrich mencoba responden dengan
tes menebak nama perusahaan hanya berdasarkan warna. Namun apakah itu gampang?
Widrich menganalisis dengan empat warna utama, mulai dari yang mudah hingga
susah.
Ternyata konsumen tidak benar-benar bisa menebak warna logo
perusahaan dengan tepat. Tapi ada juga konsumen yang secara jelas ingat, warna
utama yang memperjelas karakter logo perusahaan.
Lantas Widrich mengelompokkan tiga warna utama yang mampu
menunjukkan karakter dan kecocokan bagi perusahaan. Warna-warna tersebut yaitu:
Hitam
Karakter: pasti, kredibel, kuat, tangguh, berharga,
profesional, akurasi
Cocok untuk perusahaan: konstruksi, korporasi, minyak,
fesyen, manufaktur, kosmetik, pertambangan, pemasaran, perdagangan.
Hijau
Karakter: alami, organik, muda, mengayomi, instruksional,
pendidikan, petualangan, ekologi atau lingkungan, teduh.
Cocok untuk perusahaan: obat, ilmu pengetahuan,
pemerintahan, perekrutan, bisnis lingkungan, wisata dan sumber daya manusia
(SDM).
Biru
Karakter: kredibel, teduh, bersih, fokus, mengobati, profesional,
adil, kekuatan, dan bisnis.
Cocok untuk perusahaan: obat-obatan, ilmu pengetahuan,
pemerintahan, perawatan kesehatan, teknologi, perekrutan, perdagangan, hukum,
informasi dan teknologi, gigi, dan korporasi.
Dalam sebuah analisa, warna hijau keluar sebagai warna yang
paling banyak dipilih karena lebih terkesan santai. Lantas warna hitam banyak
digunakan oleh produk-produk yang berharga dan terkesan mewah. Berikut
warna-warna yang menunjukkan kekuatan karakter:
Tingkatkan Pemasaran
Laporan KISSmetric menyebut warna bisa menentukan keputusan
konsumen apakah akan membeli atau tidak terhadap produk atau jasa yang
dilihatnya. Namun KISSmetric membagi dua bagian yaitu pasar wanita dan pria:
Jika kita akan membuat perusahaan dengan orientasi target
pasar wanita, KISSmetric menyarankan agar logo perusahaan memakai warna biru,
ungu, dan hijau. Wanita juga lebih membenci warna jingga, coklat, dan abu-abu.
Sedangkan jika perusahaan Anda akan menyasar kalangan pria,
KISSmetric menyarankan agar logo perusahaan memakai warna hijau, biru, dan
hitam. Pria juga membenci warna coklat, jingga dan ungu.
Warna hijau dan biru banyak dipakai perusahaan karena warna
tersebut mencerminkan konotasi alami dan lebih sadar lingkungan. Dua warna itu
lebih mencerminkan perusahaan yang maju.
Begitu juga dengan warna merah yang lebih mencerminkan
kegembiraan, gairah, darah namun juga bisa berarti peringatan. Itulah sebabnya
warna merah dipakai sebagai tanda peringatan di lampu lalu lintas. Warna merah
juga terkesan lebih mencolok dan akan menarik mata memandang.
Namun saat media marketing HubSpot mencoba membuat sebuah tes, lebih banyak mana konsumen yang
memilih warna merah dan hijau? Ternyata konsumen lebih memilih warna merah
dengan mengungguli warna hijau sekitar 21 persen.
Mengapa Pranala
Berwarna Biru?
Ini adalah sesuatu yang menarik. Namun pranala (hyperlink) yang menjadi penanda tautan
ke pranala lain dengan warna dominan warna biru karena warna itu menawarkan
kontras tertinggi terutama warna yang digunakan pada situs-situs awal.
Penemu World Wide Web, Tim Berners Lee memilih warna hyperlink berwarna biru karena warna
paling gelap yang tidak tercampur dengan warna hitam adalah biru. Untuk membuat
link terpisah dengan warna teks yang
biasa memakai warna hitam, Tim memakai warna biru dengan alasan masih bisa
dibaca.
Lalu, apa warna yang sesuai dengan logo perusahaan Anda?
Minggu, 13 April 2014
Kaya Berkat Celana
Ide bisnis bisa datang dari mana saja.
Berkat keisengan pamer celana jeans ke teman-teman, Ali Akbar Tofanus kini
menjadi pengusaha muda yang sukses.
Ali,
yang setiap hari masih menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu
Ekonomi Konsentrasi Perbankan Universitas Al-Azhar Indonesia tersebut awalnya
menerima hadiah berupa celana
jeans bermerek Denim Imperial dari temannya di Australia pada 2010. Celana
tersebut akhirnya dipakai untuk ke kampus, ternyata banyak teman kampusnya yang
suka dan ingin memiliki jeans itu.
Namun
untuk pesan dengan jumlah yang banyak ke temannya di Australia tentu saja
ribet. Cowok kelahiran 12 Maret 1990 itu
akhirnya mencoba mencari di internet. “Ternyata
saya justru menemukan alamat penjual bahan denim di Jakarta,” kata Ali.
Setelah mengetahui tempat penjual
bahan denim itu, ia langsung mencoba produksi celana untuk teman-teman di
kampusnya. Ia mengaku celana yang diproduksinya laku keras, sehingga muncul
inisiatif untuk memproduksinya dalam jumlah lebih banyak.
“Kebetulan juga ada teman lama yang mengajak
saya memproduksi bersama. Dari situlah secara serius mulai menekumi bisnis
celana,” ujarnya.
Namun
usaha bersama tersebut tidak berjalan mulus. Ada perselisihan antara Ali dan
temannya. Ali lebih memilih memproduksi jeans sendiri, sementara temannya lebih
memilih sebagai pengusaha distro. “Dari perbedaan pandangan bisnis itu, kami
berpisah dan memulai usaha masing-masing,” katanya.
Ia
pun akhirnya membuat usaha Rumah Denim and Jeans di Pamulang, Tangerang Selatan
pada 2011. Namun usaha yang dilakoninya sendiri tersebut juga tidak berjalan
mulus. Pada November 2012, usahanya malah semakin berantakan karena
ketidakmampuan mengelola karyawan.
Saat
itu, Ali memekerjakan beberapa penjahit celana jeans sendiri. Namun karena penjahit
tersebut kembali ke kampung, ia pun kelimpungan menerima pesanan. Padahal
pesanan celana saat itu sedang meningkat.
“Itu
pengalaman paling keras yang pernah dilalui usaha ini. Saya masih belajar
mengelola karyawan waktu itu. Masalah karyawan merupakan inti dari kinerja dan
tantangan menjalankan usaha ini,” ujarnya.
Kembali Bangkit
Ada ungkapan kasih sayang ibu tak terhingga sepanjang masa. Berangkat dari
kemunduran usaha itu, sang ibu memberikan pertolongan untuk Ali agar bangkit menjalankan
bisnisnya. Ia menerima pinjaman dari sang ibu sebesar Rp 6 juta dan pinjaman
lain dari Koperasi Simpan Pinjam RS Taman Puring, Jakarta Selatan sebesar Rp 10
juta. Sebagai imbal balik, ia harus mengembalikan pinjaman itu dengan bunga
sebesar lima persen. Dalam kurun waktu tiga bulan, ia mampu mengembalikan
seluruh pinjaman tersebut.
“Pinjam dari koperasi mudah karena ibu anggota sekaligus pendirinya. Dari
situ, saya mulai bangkit menjalankan bisnis tersebut,” katanya.
Dengan total modal sebesar Rp 16 juta itu, Ali mengaku langsung membeli
tiga mesin jahit dan bahan-bahan produksi. Ia optimis usahanya akan berjalan mulus,
meski baru bisa memekerjakan satu orang penjahit.
Berkat ketekunannya, cowok yang baru
berusia 24 tahun ini kini sudah mampu memekerjaan sembilan orang penjahit. Ia
mampu memproduksi celana sekitar 600-700 potong per bulan. Omzetnya bisa
mencapai Rp 120 juta pada 2013, meningkat dari tahun sebelumnya Rp 90 juta.
Ambisi Buka Toko Besar
Selagi mimpi itu gratis, bermimpilah
yang besar. Pepatah itu dijadikan acuan bagi Ali untuk membesarkan bisnisnya.
Ia pun terus belajar desain celana secara otodidak dari internet.
“Belajar bisa learning by doing karena tidak sulit mengolah bahan menjadi celana
jeans . Desainnya juga seperti itu-itu saja, hanya motifnya yang berbeda.
Lagipula internet sudah menyediakan semua informasi,” katanya.
Ia mengaku kesuksesan bisnisnya tidak
luput dari strategi promosi yang maksimal. Keberadaan internet sangat berjasa
dalam membantu usahanya, terutama dari situs jejaring sosial.
“Sampai sekarang permintaan dari online masih lebih tinggi dibanding
melalui toko. Perbandingannya, dari online
dalam sehari bisa terjual 10 celana, dari toko hanya bisa menjual empat
celana,” ujarnya.
Ke depan Ali berambisi untuk membuka
toko di pusat perbelanjaan di Jakarta. Ia berencana dapat merealisasikan pada 2016.
Saat ini ia sedang belajar program empat jam, yaitu pelanggan bisa memesan
celana dalam empat jam sudah selesai. “Jadi pengunjung mall bisa memesan celana lalu mereka bisa makan atau nonton bioskop
dulu. Dalam empat jam, mereka bisa mengambil celananya,” katanya.
Soal harga, ia pun tidak mematok
tinggi. Untuk celana jeans bahan lokal dijual sekitar Rp 135 ribu-Rp 165 ribu.
Untuk berbahan impor dijual sekitar Rp 185 ribu-Rp 245 ribu. “Ternyata 80
persen minat pelanggan menggunakan bahan impor,” katanya.
Untuk mengasah kemampuan bisnis, ia pun rajin mengikuti komunitas wirausaha
Tangan di Atas (TDA) Jakarta Selatan. Dengan berkumpul bersama pengusaha lain,
ia bisa saling tukar pikiran. Wawasan untuk mengembangkan pasar celana juga
semakin bisa dikedepankan.
“Sekarang saya suka kumpul-kumpul dengan TDA karena dosen saya juga
kebetulan anggota organisasinya. Dari situ saya bisa bertemu dan bertukar
pikiran dengan pengusaha muda lainnya,” tuturnya.
Data Diri
Nama: Ali Akbar Tofanus
TTL: Jakarta, 12 Maret
1990
Hobi: Futsal dan Billiard
Pendidikan: Mahasiswa Fakultas
Ilmu Ekonomi Konsentrasi Perbankan Universitas Al-Azhar Indonesia angkatan 2008
Kontak usaha: 0882-1275-832
Alamat rumah: Perumahan Reni Jaya,
Blok Q6 No 1, Jalan Maluku Raya, Pamulang, Banten, Tangerang Selatan
Alamat usaha: Pamulang Permai Blok
AX 33 No 11D, (2) Jalan RC Veteran No 7m, Bintaro, Jakarta Selatan
Samsung Ingin Tinggalkan Android
Pertentangan antara Samsung dan Apple belum
berakhir hingga kini. Berbagai sidang mengenai hak paten terus digelar demi
memperoleh paten yang murni milik perusahaan mereka.
Menariknya, dalam hasil sidang itu kini terungkap dokumen
internal Samsung yang menyebut ingin meninggalkan Android, sebagai salah satu
sistem operasi yang membuat perusahaannya untung besar. Android, sistem operasi
buatan Google menjadi salah satu sumber keuntungan bagi vendor asal Korea
Selatan tersebut.
Dalam dokumen itu terungkap bila penjualan tablet Samsung
ternyata lebih rendah dibanding tablet milik Apple. Padahal dalam beberapa
pekan lalu telah dirilis penjualan Android telah melampaui perangkat milik
Apple dengan sistem operasi iOS.
Dokumen itu juga menyebut Samsung tidak sendirian dalam
kompetisi penjualan ponsel dan tablet di seluruh dunia. Apalagi perangkat
Android juga ramai-ramai dijual oleh vendor lain, yaitu Sony, LG, HTC, Huawei,
Lenovo, dan vendor lain.
Menipu Pasar
Dokumen yang menyebut penjualan tablet Samsung ternyata
lebih rendah dibuktikan dari data penjualannya pada 2011. Saat itu Samsung
menyebut penjualan Galaxy Tab mencapai 2 juta unit sepanjang 2010. Samsung
terbilang sukses menjual tabletnya karena hampir mampu melampaui penjualan iPad
dari Apple.
Namun saat benar-benar dikonfirmasi apakah data penjualan
tablet itu benar, Wakil Presiden Samsung Lee Young Hee tidak benar-benar berani
menjawab pertanyaan tersebut.
"Seperti yang Anda dengar, kami menjual cukup agresif
perangkat tablet. Anda tahu, sekitar dua juta unit tablet terjual hingga
kuartal empat. Kami percaya penjualan itu sudah luar biasa karena sebagai
perangkat baru. Meskipun angka penjualan itu tidak secepat yang kita harapkan,
kita masih percaya akan mampu menjual lebih," kata Lee seperti dikutip Business Insider.
Namun setelah diselidiki, termasuk dalam hasil dokumen hasil
sidang, Samsung ternyata tidak menjual banyak tablet sama sekali.
Tunjukkan Bukti
Mengapa hal ini sangat penting, terutama bagi
keberlangsungan bisnis Apple? Media Fortune
menyebut ternyata Samsung tidak pernah secara resmi melaporkan hasil penjualan
dan pendapatan bisnisnya. Namun analis hanya mendapat laporan penjualan
perangkat berdasarkan nomor perangkat yang telah dilempar ke pasar. Angka
tersebut kemudian diinterpretasikan sebagai angka penjualan yang menunjukkan
kondisi bisnis Samsung.
Padahal, Apple yang dalam hal ini sebagai pesaing utama,
selalu membuat hasil laporan pendapatan dan penjualan bisnis secara benar,
termasuk bagaimana kondisi penjualan iPod, iPhone, iPad hingga Mac.
Bisa dibandingkan dengan Amazon yang sama sekali menolak
membeberkan rincian penjualan tablet Kindle Fire. Alasan Amazon enggan merinci
hasil penjualannya hanya karena masalah persaingan bisnis. Kini Amazon tidak
terdengar lagi tentang nasib tabletnya.
Atau juga Google yang hingga kini tidak merinci penjualan
perangkat Nexus yang sudah bekerja sama dengan LG maupun Samsung. Awal tahun
lalu, Google malah menjual unit bisnis ponselnya, Motorola ke Lenovo.
Isi Dokumen
Media Apple Insider
menyebut ada hal-hal yang menimbulkan kekhawatiran Samsung untuk menguasai
bisnis ponsel dunia. Bagaimanapun, Samsung sudah berhasil mengalahkan Nokia
sebagai penjual ponsel terbanyak dunia. Namun Samsung belum benar-benar bisa
mengalahkan Apple.
Dalam dokumen hasil sidang Samsung, vendor Negeri Ginseng
tersebut menyebut khawatir dengan penjualan Apple yang terus melonjak tiap
tahun. Samsung menulis,"Kesuksesan masa depan Samsung tergantung bagaimana
melumpuhkan kekuatan Apple."
Samsung pun tidak melihat HTC ataupun perangkat Android lain
sebagai pesaing. Samsung pun mengakui hasil penjualan ponsel pintar dari HTC
karena vendor Taiwan tersebut mampu memberikan konsistensi bisnis baik di
perangkat maupun ekosistemnya.
Samsung pun mengakui masalah internal terbesarnya adalah
kelemahan merek dan kualitas ponsel yang rendah. Dalam dokumen tersebut,
Samsung mengakui kekalahan merek terutama saat operator lebih menawarkan ponsel
iPhone buatan Apple dibanding seri Galaxy besutan Samsung. Tahun 2011, Samsung
menyebut ada 30 juta unit ponselnya yang tertunda terjual.
Seri ponsel Galaxy dari Samsung menjadi terkenal karena
ekosistem Android. Padahal vendor lain juga membuat ponsel serupa yang
mengakibatkan penjualan ponsel Android meraksasa, mengalahkan sistem operasi
lain. Sedangkan Apple benar-benar konsisten menjalankan iOS sebagai
satu-satunya sistem operasi yang mendulang keuntungan bisnisnya.
sejauh ini, Samsung hanya memiliki sistem operasi Tizen,
namun hanya disematkan pada perangkat purwa rupa (prototipe) dan jam pintar (smart
watch). Dengan rencana tersebut, ini akan menarik apakah Samsung akan
merilis sistem operasi Tizen menjadi sistem operasi komersial seperti Android
dan iOS?
Namun rencana tersebut tentunya tidak akan mudah karena
Samsung sudah bekerja sama dengan Google terutama di tahun mendatang.
Bagaimanapun, Samsung harus memberikan rasa terima kasih karena Android mampu
mendorong kesuksesan bisnisnya, terutama mengalahkan dominasi Nokia, saat itu.
Tapi bila rencana Samsung merilis sistem operasi Tizen,
langkah itu pun dinilai tidak akan mudah. Konsumen ponsel tampaknya juga akan
berhati-hati untuk pindah ponsel dengan platform di luar iOS dan Android.
Penjualan ponsel Nokia dengan platform Windows Phone pun masih belum besar,
terutama karena dukungan aplikasi yang terbatas. Berkaca dari kasus tersebut,
akankah Samsung benar-benar berani meninggalkan Android yang telah
membesarkannya? Kita tunggu saja.
Langganan:
Postingan (Atom)