Perusahaan
teknologi mana yang memiliki kapitalisasi pasar lebih besar dari Cisco,
Hewlett Packard, Twitter atau bahkan Facebook?
Anda akan menemukannya di China.
Ada perusahaan bernama Tencent yang telah mengubah haluan bisnis web
mobile, ponsel dan bisnis ritel online yang cukup dipandang dunia.
Tencent didirikan di Shenzhen 15 tahun lalu. Perusahaan ini hanya
menawarkan segala sesuatu yang bisa dicari di dunia maya, mobile games,
pengembangan perangkat lunak (software), e-commerce dan pesan instan.
Tencent
juga dikenal karena menjadi operator telekomunikasi QQ, sebuah layanan
pesan melalui desktop dan hingga saat ini telah memiliki 816 juta
pengguna aktif bulanan. Sedangkan layanan yang baru diluncurkan, layanan
pesan instan WeChat telah memiliki 272 pengguna aktif bulanan.
Kinerja di pasar keuangan, Tencent juga menunjukkan kemoncerannya.
Tencent merupakan salah satu perusahaan dengan kinerja saham terbaik
dalam satu dekade terakhir.
Saham Tencent meningkat lebih dari
12.200 persen sejak menawarkan saham perdana (initial public
offering/IPO) di bursa Hongkong pada 2004 lalu. Kapitalisasi pasarnya
kini sebesar US$ 120 miliar, lebih besar dibanding McDonalds, Boeing
ataupun American Express.
Mungkin agak aneh bila Tencent ini tidak memiliki satu bisnis yang
menonjol. Namun eksekutif Tencent mengatakan, pendekatan platform
memungkinkan seluruh lini bisnisnya tidak selalu tergantung dengan
internet.
Hal ini berbeda dengan pesaingnya, termasuk Twitter, Google dan
Facebook. Ketiga perusahaan asal Amerika Serikat (AS) ini sama-sama baru
mendapatkan untung dari pendapatan iklan. Sebaliknya, Tencent justru
menambang uang dari menjual produk virtual khususnya bagi penyuka game
online yang ingin meningkatkan permainan interaktifnya.
Pendiri dan CEO Pony Ma Huateng mengatakan, bisnis Tencent tidak
menunjukkan tanda-tanda melambat. Huateng justru mendorong Tencent
memiliki bisnis baru seperti perusahaan asuransi dan perbankan. Dengan
kondisi ini akan meningkatkan perekonomian, khususnya di China.
Namun kesuksesan Tencent ini bukan tanpa saingan di China.
Manajemen Tencent menghabiskan banyak dana dalam beberapa tahun
terakhir untuk menempatkan bisnis tetap di jalannya dan mampu menangguk
keuntungan, termasuk melakukan investasi di perusahaan layanan pemanggil
taksi Didi Dache.
Pengamat lain melihat Tencent belum bisa unjuk gigi dengan perusahaan lain, khususnya di luar kandang China.
Namun Tencent menganggap enteng komentar tersebut dan terus
mempromosikan WeChat di seluruh Asia Tenggara. Aplikasi ini juga telah
menjajaki pasar Arab Saudi dan Meksiko.
Saat ini, beberapa perusahaan China memang
sedang menjajaki pasar AS dan mengeluarkan investasi sekitar US$ 150
juta per tahun di bisnis internet. Tencent juga termasuk salah satu
perusahaan yang berminat menawar Snapchat, aplikasi unik pesaing
Instagram, yang juga ditawar oleh Facebook dan raksasa Silicon Valley
lainnya. Namun Snapchat dengan tegas menolak Facebook.
Pertarungan Apple di China
Apple saat ini sedang menjalin kesepakatan dengan China Mobile terkait akan menjual iPhone terbaru ke lebih dari 700 juta pengguna operator telekomunikasi di China tersebut. Namun tampaknya perjuangan perusahaan teknologi asal AS di China ini tidak akan gampang.
Salah satu sebab Apple susah masuk di China
adalah harga produk Apple yang mahal. Misalnya produk iPhone 5C yang
menurut perkiraan analis menjadi iPhone versi murah, ternyata harganya
mahal dengan cangkang (casing) plastik.
Di China, semua operator tidak memberikan
subsidi untuk penjualan ponselnya. Kondisi ini berbeda dengan operator
telekomunikasi di AS yang memberikan subsidi saat menjual ponsel,
sehingga berharga lebih murah. Misalnya iPhone 5C dijual di pasar China seharga CNY 4.488 atau sekitar US$ 733 (bisa menjadi Rp 8,7 juta dengan kurs Rp 12 ribu).
Akankah Apple akan berhasil di China? Sampai saat ini, Apple telah menjual iPhone di China melalui operator kecil, seperti China Unicom dan China Telecom yang hanya memiliki sekitar 425 juta pengguna. Sementara China Mobile sudah memiliki pengguna lebih dari 700 juta.
Di China, pangsa pasar produk Apple masih di
peringkat bawah. Samsung masih merajai dengan 21 persen, disusul Lenovo
13 persen, Yulong 11 persen, Huawei 9 persen dan Apple di posisi buncit
dengan 6 persen.
Analis Wall Street mengharap Apple mampu
menjual 20 juta hingga 30 juta iPhone di tahun ini agar pangsa pasarnya
melonjak. Itu pun hanya penjualan kecil bila dibanding pasar pengguna
ponsel yang bisa disasar mencapai 200 juta pengguna. Apple tahun lalu
mampu menjual 150,2 juta iPhone tahun lalu dan analis berharap bisa
meningkat antara 165 juta hingga 180 juta iPhone di tahun ini.
Banyak analis mengatakan bila Apple mampu bekerja sama dengan China
Mobile akan mendorong 20 persen ke penjualan iPhone di tahun ini. CEO
Apple Tim Cook sedang berusaha melobi agar kerja sama tersebut sukses.
Itu pun bila Apple mau menjual iPhone dengan harga sedikit murah, meski
strategi tersebut tidak akan pernah dilakukan Apple. Lalu siapa yang
akan menang, China atau AS? Tunggu saja.
Sumber: CNN 1 dan 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar