Minggu, 12 Januari 2014

AS vs China, Siapa Terkuat?

Perusahaan teknologi mana yang memiliki kapitalisasi pasar lebih besar dari Cisco, Hewlett Packard, Twitter atau bahkan Facebook?

Anda akan menemukannya di China. Ada perusahaan bernama Tencent yang telah mengubah haluan bisnis web mobile, ponsel dan bisnis ritel online yang cukup dipandang dunia.

Tencent didirikan di Shenzhen 15 tahun lalu. Perusahaan ini  hanya menawarkan segala sesuatu yang bisa dicari di dunia maya, mobile games, pengembangan perangkat lunak (software), e-commerce dan pesan instan.

Tencent juga dikenal karena menjadi operator telekomunikasi QQ, sebuah layanan pesan melalui desktop dan hingga saat ini telah memiliki 816 juta pengguna aktif bulanan. Sedangkan layanan yang baru diluncurkan, layanan pesan instan WeChat telah memiliki 272 pengguna aktif bulanan.

Kinerja di pasar keuangan, Tencent juga menunjukkan kemoncerannya. Tencent merupakan salah satu perusahaan dengan kinerja saham terbaik dalam satu dekade terakhir.

Saham Tencent meningkat lebih dari 12.200 persen sejak menawarkan saham perdana (initial public offering/IPO) di bursa Hongkong pada 2004 lalu. Kapitalisasi pasarnya kini sebesar US$ 120 miliar, lebih besar dibanding McDonalds, Boeing ataupun American Express.

Mungkin agak aneh bila Tencent ini tidak memiliki satu bisnis yang menonjol. Namun eksekutif Tencent mengatakan, pendekatan platform memungkinkan seluruh lini bisnisnya tidak selalu tergantung dengan internet.

Hal ini berbeda dengan pesaingnya, termasuk Twitter, Google dan Facebook. Ketiga perusahaan asal Amerika Serikat (AS) ini sama-sama baru mendapatkan untung dari pendapatan iklan. Sebaliknya, Tencent justru menambang uang dari menjual produk virtual khususnya bagi penyuka game online yang ingin meningkatkan permainan interaktifnya.

Pendiri dan CEO Pony Ma Huateng mengatakan, bisnis Tencent tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Huateng justru mendorong Tencent memiliki bisnis baru seperti perusahaan asuransi dan perbankan. Dengan kondisi ini akan meningkatkan perekonomian, khususnya di China.

Namun kesuksesan Tencent ini bukan tanpa saingan di China. Manajemen Tencent menghabiskan banyak dana dalam beberapa tahun terakhir untuk menempatkan bisnis tetap di jalannya dan mampu menangguk keuntungan, termasuk melakukan investasi di perusahaan layanan pemanggil taksi Didi Dache.

Pengamat lain melihat Tencent belum bisa unjuk gigi dengan perusahaan lain, khususnya di luar kandang China. Namun Tencent menganggap enteng komentar tersebut dan terus mempromosikan WeChat di seluruh Asia Tenggara. Aplikasi ini juga telah menjajaki pasar Arab Saudi dan Meksiko.

Saat ini, beberapa perusahaan China memang sedang menjajaki pasar AS dan mengeluarkan investasi sekitar US$ 150 juta per tahun di bisnis internet. Tencent juga termasuk salah satu perusahaan yang berminat menawar Snapchat, aplikasi unik pesaing Instagram, yang juga ditawar oleh Facebook dan raksasa Silicon Valley lainnya. Namun Snapchat dengan tegas menolak Facebook.

Pertarungan Apple di China

Apple saat ini sedang menjalin kesepakatan dengan China Mobile terkait akan menjual iPhone terbaru ke lebih dari 700 juta pengguna operator telekomunikasi di China tersebut. Namun tampaknya perjuangan perusahaan teknologi asal AS di China ini tidak akan gampang.

Salah satu sebab Apple susah masuk di China adalah harga produk Apple yang mahal. Misalnya produk iPhone 5C yang menurut perkiraan analis menjadi iPhone versi murah, ternyata harganya mahal dengan cangkang (casing) plastik.

Di China, semua operator tidak memberikan subsidi untuk penjualan ponselnya. Kondisi ini berbeda dengan operator telekomunikasi di AS yang memberikan subsidi saat menjual ponsel, sehingga berharga lebih murah. Misalnya iPhone 5C dijual di pasar China seharga CNY 4.488 atau sekitar US$ 733 (bisa menjadi Rp 8,7 juta dengan kurs Rp 12 ribu).

Akankah Apple akan berhasil di China? Sampai saat ini, Apple telah menjual iPhone di China melalui operator kecil, seperti China Unicom dan China Telecom yang hanya memiliki sekitar 425 juta pengguna. Sementara China Mobile sudah memiliki pengguna lebih dari 700 juta.

Di China, pangsa pasar produk Apple masih di peringkat bawah. Samsung masih merajai dengan 21 persen, disusul Lenovo 13 persen, Yulong 11 persen, Huawei 9 persen dan Apple di posisi buncit dengan 6 persen.

Analis Wall Street mengharap Apple mampu menjual 20 juta hingga 30 juta iPhone di tahun ini agar pangsa pasarnya melonjak. Itu pun hanya penjualan kecil bila dibanding pasar pengguna ponsel yang bisa disasar mencapai 200 juta pengguna. Apple tahun lalu mampu menjual 150,2 juta iPhone tahun lalu dan analis berharap bisa meningkat antara 165 juta hingga 180 juta iPhone di tahun ini.

Banyak analis mengatakan bila Apple mampu bekerja sama dengan China Mobile akan mendorong 20 persen ke penjualan iPhone di tahun ini. CEO Apple Tim Cook sedang berusaha melobi agar kerja sama tersebut sukses.

Itu pun bila Apple mau menjual iPhone dengan harga sedikit murah, meski strategi tersebut tidak akan pernah dilakukan Apple. Lalu siapa yang akan menang, China atau AS? Tunggu saja.

Sumber: CNN 1 dan 2

Tidak ada komentar: