Kamis, 18 Februari 2010

Manusia Kehilangan Akal Sehat

Kerusuhan antara Satpol PP dengan warga Koja Jakarta Utara yang memerkarakan keengganan relokasi Makam Mbah Priok akhirnya berakhir ricuh. Satu anggota Satpol PP dikabarkan juga telah meninggal dunia dan ratusan korban luka-luka baik aparat maupun warga.

Uniknya, kasus ini melibatkan mulai dari warga sekitar makam, satpol PP, walikota Jakarta Utara, anggota DPRD, ormas hingga wakil gubernur DKI Jakarta.

Bahkan akhirnya Presiden SBY pun angkat bicara. Beliau berpesan agar masyarakat dan aparat bersikap jernih dan mengajak semua dalam menuntaskan masalah secara sabar dan damai.

Ada 8 hal yang disampaikan oleh SBY. Di antaranya adalah menghentikan renovasi makam, merawat seluruh korban, menanggung semua biaya perawatan para korban (dalam hal ini ditanggung oleh Pemda DKI),
renovasi tempat sekitar makam, mediasi antara gubernur dengan ahli waris dan ormas tertentu serta
meminta polisi amankan situasi.

Bahkan kerusuhan ini juga harus melibatkan Kapolri, Menteri Dalam Negeri dan Menko Polhukam untuk langsung ke TKP.

Saya tidak mau berdebat soal siapa yang benar dalam kasus ini. Apalagi ini adalah masuk kasus hukum yang perlu analisis mendalam.

Namun dalam kasus ini terlihat manusia sudah kehilangan akal sehatnya untuk menyelesaikan masalah. Manusia cenderung untuk menyelesaikan masalah secara otot.

Alhasil, bentrok pun terjadi. Kalau sampai seperti ini, kerugian pasti tidak hanya materi. Bahkan sampai jasmani dengan jatuhnya korban hingga ada yang meninggal.

Trus siapa yang salah?
Halah..semuanya tidak ada yang benar. Satpol PP sepertinya terlalu arogan menghadapi warga. Sebaliknya warga pun tetap kekeuh mempertahankan makam yang notabene sebenarnya sudah direlokasi. Lho? Berarti itu makam siapa?

Saya jadi ingat soal kasus boikot Menteri Keuangan yang datang ke Komisi XI DPR RI kemarin. Anggota dewan ini mempermasalahkan kedatangan Menkeu tanpa Menko Perekonomian. Padahal dalam amanat Presiden dua menteri andalan ini harus duduk bersama membahas APBN-P.

Lha..soal urusan begini aja ngototnya bukan main. Belum lagi debat soal asumsi pertumbuhan ekonomi tahun ini, apakah bisa 5,5 atau bahkan bisa 6%.

Memang sih..mereka belum sampai lempar sandal. Cuma di sini mereka adu mulut yang notabene tidak mendasar alias ngomong tanpa ilmu. Akan lebih baik langsung mengundang pakar dan langsung implementasi.

Ingat, rakyat Indonesia sebesar 230 juta jiwa menanti aksi riil dari kebijakan-kebijakan yang ada. Jangan sampai Indonesia malah perang lagi antarsuku.

Hahaha..
Dunia ini memang penuh sandiwara..ceritanya tidak pernah berubah karena mereka beraksi tanpa berpikir :)

Tidak ada komentar: