Induk perusahaan Google, Alphabet dan perusahaan Salesforce dikabarkan berminat membeli Twitter yang kini terus merugi. Harga saham Twitter akhir pekan lalu melonjak 21,45 persen menjadi US$ 22,62 per saham.
Namun harga saham tersebut masih lebih rendah dibandingkan harga saat debut pasar pada November 2013 sebesar US$ 26 per saham. Nilai pasar Twitter kini US$ 16,13 miliar.
Tindakan pasar muncul setelah sebuah laporan televisi CNBC yang menyatakan, dewan Twitter telah mendukung penjualan.
The Wall Street Journal melaporkan, kelompok perusahaan komputasi awan (cloud) Salesforce sedang mempertimbangkan kesepakatan.
Situs berita TechCrunch menyatakan, Microsoft dan Verizon kemungkinan juga tertarik meminang Twitter.
Situs berita teknologi Recode mengatakan, Twitter sedang mencari hingga US$ 30 miliar sehingga cukup membatasi jumlah penawar. Namun Twitter tidak mau berkomentar terkait kabar ini.
“Twitter telah memposisikan dijual untuk beberapa waktu,” kata analis industri teknologi Rob Enderle dari Enderle Group kepada AFP.
“Masalahnya, saatnya bisnis (Twitter) tidak menguntungkan, segera temukan (perusahaan) yang mau membayarnya.”
Induk Google dan Salesforce dianggap pelamar utama. Microsoft dan Verizon masuk daftar pembeli potensial. “Google dan Salesforce membenarkan pembelian,” kata Enderle.
Google dapat memperoleh manfaat dari membeli Twitter namun kemungkinan akan menghadapi tantangan regulasi di berbagai negara. Salesforce dipandang sebagai pesaing utama Twitter. “Aku hanya cinta Twitter,” kata chief digital Salesforce Vala Afshar.
RBC Capital Markets akhir pekan lalu menurunkan target harga saham Twitter menjadi hanya US$ 14. Hal ini terkait jumlah pelanggan yang stagnan dan kinerja tak memuaskan.
Hingga semester I-2016, jumlah pengguna aktif bulanan Twitter naik tiga persen menjadi 313 juta orang. Keuntungan nihil meski pendapatan iklan terus digenjot. “Twitter dirancang seperti tidak pernah untung,” kata Enderle.
Sumber: AFP
via didikpurwanto.com