Kamis, 21 Juli 2011

Jodoh Paksaan

Namanya Mashudi. Pria berusia 36 tahun ini mengadu nasib mulai dari Klaten, Jakarta hingga Denpasar. Bekerja sebagai Kepala Sekolah SMP Islam Terpadu di Denpasar membuatnya lupa kalau usianya tidak muda lagi.

Maklum, di usianya yang cukup dewasa itu beliau belum menikah. "Masih belum ada yang cocok," katanya.

Setiap hari, beliau selalu berbagi cerita denganku. Mulai dari urusan pekerjaan, lingkungan sekolah, keluarga sampai urusan pribadinya, termasuk kriteria calon istri yang diidam-idamkannya. "Aku hanya mau menikah dengan dokter," jawabnya singkat.

Jadi, setiap hari aku disibukkan dengan curahan hati seorang kepala sekolah yang sibuk mencari pasangannya.

"Jodoh kita tentu sudah disiapkan oleh Tuhan. Kita tinggal berusaha menjemputnya. Tapi kita juga berhak menentukan jodoh kita seperti apa, untuk melengkapi hidup kita," jelasnya padaku lagi.

Aku hanya diam dan lebih banyak mendengarkan nasehatnya. Sebagai mahasiswa semester awal di perguruan tinggi di Denpasar itu, aku masih awam urusan masa depan, terutama jodoh.

Selama dua tahun menemani curhat, tak satupun wanita yang cocok dengan kriterianya. Kebanyakan ditolaknya. Kalaupun ada, wanita itu terpaut usia cukup jauh. Kendalanya datang dari orang tua si wanita yang tidak menyetujui pernikahan beda usia lebih dari 15 tahun tersebut.

Alhasil, beliau hanya pasrah sambil menunggu wanita idamannya, seorang dokter berjilbab.

Tiga tahun berlalu, datang seorang ustadz yang menawarkan seorang wanita berjilbab, namun profesinya hanya seorang perawat, belum menjadi dokter.

"Kalau ente menolak lagi (perawat), ente cari sendiri," ancam ustadz tersebut kepada pak Mashudi. Aku yang berada di samping mereka lagi-lagi hanya diam.

"Sabet aja Mas," ucapku lirih.

Sembari memberikan biodata dan foto si perawat,ustadz tadi memberikan petuah macam-macam. Menurut beliau,"Age is just a number. But young is forever." Meski usia sudah tidak lagi muda, tapi semangat muda harus tetap menyala.

Yahhhh, umur memang hanyalah angka. Bisa dianggap itu berkurang atau bertambah. Namun, Tuhan tidak akan menambah umur seseorang kan? Pastinya, si pemilik dunia seisinya ini sudah menentukan kadar usia masing-masing manusia, termasuk pula urusan jodoh.


Ustadz tadi kembali berujar,“Life is not a matter of chance, but a matter of choice." Manusia memang selalu diberikan kesempatan-kesempatan untuk diambil. Masalahnya, apakah manusia mau mengambil atau memilih kesempatan-kesempatan yang datang tersebut.

Decisions are the hardest to make especially when its a choice between where you should be and where you want to be.”

Kini, aku sudah empat tahun lebih berpisah dengan pak Mashudi dan ustadz "Pemaksa Jodoh" itu. Aku pun bekerja di ibukota dan kehilangan kontak dengan mereka. Namun kabarnya, pak Mashudi resmi menikahi perawat tadi. Beruntungnya, si perawat tadi adalah putri seorang purnawirawan ABRI di kota kembang,Bandung. Padahal, pak Mashudi adalah anak desa di kaki gunung Merapi di Klaten, putra anak petani dan ibu rumah tangga biasa.

"Sungguh beruntung kau pak Mashudi," kenangku.

Di antara B dan D, pasti ada C. Di antara "Birth" dan "Death" pasti ada Choice. Hidup itu pilihan, termasuk pilihan urusan jodoh.

Tidak ada komentar: