Senin, 13 Juni 2011

Seperempat Abad Tanpa Cinta

 

Sampai hari ini aku belum pernah merasakan pacaran. Aku juga tidak pernah mengerti apa arti cinta sebenarnya, kangen, rindu bahkan apel di malam minggu. Di otakku tidak ada kata-kata itu.

Dalam perjalanan mencari cinta, aku pernah naksir seorang cewek yang menjadi impianku. Kulit sawo matang, langsing, berotak cerdas, ramah, pandai bersosialisasi, bibir tipis dan berambut panjang. Kriteria itulah yang selalu menjadi patokan bagiku dalam mencari belahan jiwa.

Sampai suatu saat aku menemukan cewek dengan kriteria itu. Dia teman sekelasku. Nama kami cocok, Didik dan Lilik. Dilihat dari kacamata zodiak, kami juga pas. Dia Sagitarius dan aku Aries. Dilihat dari tinggi badan, kami sepadan. Dilihat dari typical wajah, kami pun mirip. Maka tak heran, banyak teman yang menyarankan kami jadian.

Tapi, aku masih belum berani untuk proklamasi cinta padanya. Bagiku, sulit sekali menyatakan cinta kepada seseorang, apalagi orang yang kita senangi itu adalah sobat kita sendiri.

Aku merasa ada sesuatu yang berbeda nanti saat kita memutuskan untuk jadian. Dari yang bebas berjalan dengan siapapun, kini hanya tertuju ke satu orang, yaitu pasangan kita. Aku tidak mau seperti itu.
Tapi, jika tidak aku lakukan, kemungkinan calon pacarku ini bisa diambil orang. Bagiku, sulit sekali mencari seorang cewek yang kriterianya 100% ada pada dirinya. Jika tidak diresmikan segera, berarti aku harus mencari lagi cewek seperti itu.


“Ungkapkan perasaan cinta itu kepada seseorang yang engkau cintai. Tak peduli dia menyambut cintamu atau tidak,” begitu nasihat teman.

Aku hanya diam. Bagiku, nasihat itu memang indah dan memang harus dilakukan, terutama bagi orang yang sedang kasmaran tapi tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Tapi, memang dasarnya aku pendiam, aku pun tidak berani menyatakan cintaku. Bagiku, lebih mudah menyelesaikan soal matematika, rumus kimia, hukum fisika atau bahkan 10 kali lari keliling lapangan sepakbola daripada harus menyatakan cinta kepada seseorang yang memang benar-benar aku cinta.
Fiuhhhh..

“Mencari pacar itu tidak susah. Tapi yang susah adalah mencari pacar yang mau dengan kita.”
Ahhhh..lagi-lagi nasihat gombal yang tidak bisa aku lakukan.

“Rencana hanya akan menjadi rencana jika kita tidak segera Take Action untuk meraihnya.”
Hmmm..sepertinya itu patut dicoba. Tapi aku tetap tidak akan melakukan proklamasi cinta dengan lisanku.

Akupun mengambil kertas surat berwarna pink dan tinta biru untuk menuliskan sesuatu…

“Ku lihat seorang dara ayu mempesona
Senyum manis bibirnya memikat hatiku
Binar indah matanya kian getarkan dada
Tiap kali bertemu debar hati tak menentu
Berdetak jantungku bila ku ingat dia
Ingin rasa ku memilikinya..
Aku jatuh cinta.. Cinta kepadanya
Sungguh-sungguh cinta..
Aku jatuh cinta..cinta kepadanya
Inikah arti cinta….
Cinta Pertama by BaseJam

Aku memang tidak bisa menulis kata-kata cinta. Sehingga aku hanya mencomot lirik lagu yang sedang naik daun waktu itu. Segera ku lipat kertas pink itu dan kumasukkan dalam amplop wangi berwarna senada. Tak lupa aku membawa setangkai mawar merah muda yang dibungkus plastik transparan dan sekotak kecil coklat.

Karena tidak berani memberikannya sendiri, aku pun menyuruh temanku untuk mengantar surat sakti itu kepada cewek yang aku taksir. Pasrah.

Dua hari kemudian baru ada kabar balasan darinya. Kali ini dia membalas dengan amplop biru yang didalamnya hanya berisi kertas putih, namun juga ditulis dalam tinta biru. Aku sudah bisa menebak dari warna kertas, tulisan dan amplopnya. Putih dan biru bertanda damai. Tapi,aku masih penasaran dengan jawabannya.

“Dik, terima kasih atas semua perhatian yang engkau berikan kemarin. Bagiku, cinta itu memang indah. Bahkan dengan cinta kita bisa menggapai dunia, tentunya melakukan sesuatu yang engkau cintai dengan sepenuh hati. 

“Dik, sampai saat ini aku juga tidak mengerti apa arti kata cinta. Dan kenapa harus ada cinta di antara kita. Bagiku, engkau bahkan lebih baik dari hanya sekadar pacar. Engkau sudah aku anggap sebagai kakakku yang bisa membimbing aku dan membantu aku di kala kesusahan. Bagiku itu lebih dari cukup.

“Lantas, apa yang ingin kau harap lebih dariku?”

Aku hanya cewek biasa. Sama seperti cewek lainnya yang berhak engkau berikan perhatian lebih juga. Tapi, maaf….

Aku tidak bisa menerima cintamu….

Bagiku, cinta tidak hanya dikhususkan kepada pasangan kita saja. Tapi juga bisa kita curahkan ke orang tua, guru bahkan orang-orang di sekitar kita. Mereka lah sebenarnya yang layak kita cintai…
Aku hanya bisa berpesan..cita-cita kita masih panjang. Mari raih impian dengan segala upaya untuk membanggakan keluarga kita atau teman-teman kita sendiri.
Sorry..aku hanya menganggap engkau sebagai teman,tidak lebih…
With love,
Lilik


Surat cinta pertama itu kuterima pertama kali saat duduk di bangku SMP kelas 1. Sampai saat ini, di usiaku ke 25 tahun, aku belum juga menemukan pasangan sejati, yang mungkin mirip dengan dia. Sosok yang selama ini kuimpikan. Biarlah seperempat abad ini kujadikan kenangan tanpa pacaran. Sampai nanti ada cewek yang mungkin mirip dengan engkau, yang akan langsung kujadikan pasangan sampai akhir zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar