Rabu, 30 Maret 2011

Sarjana Mencari Cinta


Di..
Hari ini aku kena pemutusan hubungan kerja (PHK). Aku terbukti melakukan kesalahan yang mungkin sebenarnya bisa dimaafkan oleh pimpinan perusahaan.

Tapi sejak awal, aku sudah menandatangani kontrak kerja tiga bulan. Jika hasilnya memuaskan, maka kontrak kerja akan diperpanjang sesuai kesepakatan.

Pas sekali kesalahan yang ku buat terjadi mendekati masa akhir kontrak kerja. Malang tidak bisa ditolak, aku pun diberhentikan kerja berbarengan dengan kontrak yang sudah habis.

Jika aku boleh membela diri, sebenarnya pimpinan perusahaan sudah memaafkan kesalahan yang ku buat. Bahkan dalam penilaian seminggu sebelum kontrak berakhir, bos masih memberiku nilai di atas rata-rata. Tapi apa bisa di kata, nasi sudah menjadi bubur. Omongan bos sudah tidak bisa ditarik dan aku menjadi pengangguran sekarang.

Di..
Mencari kerja ternyata juga tidak gampang. Hampir selama sebulan ini aku bolak balik kirim lamaran kerja lagi, tapi hasilnya nihil. Tawaran dari teman pun sudah ku coba, tapi hasilnya pun sama.

Aku pikir dulu, selama memiliki ijazah Sarjana dari perguruan tinggi negeri akan gampang mencati kerja. Ternyata bayanganku salah, cari kerja itu susah susah gampang. Kebanyakan susahnya daripada gampangnya.

Di...
Apakah salah kalau aku terlalu memilih-milih pekerjaan? Bukankah kalau mencari pekerjaan harus disesuaikan dengan latar belakang pendidikannya ya? Misalnya kalau kita kuliah di Ekonomi Akuntansi, maka kita bekerja di bidang akuntan. Kalau kita belajar sastra, kita bisa bekerja di penerbitan, menjadi penerjemah, editor atau hal-hal yang berhubungan dengan bahasa. Tapi entahlah Di..sepertinya aku sudah putus asa mencari kerja.

Di...
Apakah benar kalau sistem pendidikan nasional hanya menyiapkan lulusan yang siap bekerja sebagai karyawan, dibandingkan seorang wirausaha?
Tapi kalau berdasarkan pengalaman yang ku alami, aku juga tidak kunjung mendapatkan kerja, apalagi menjadi wirausaha. Aneh..

Di...
Kemarin aku bertemu dengan Presiden Direktur Entrepreneur College Khoirussalim. Beliau sangat prihatin dengan kondisi sistem pendidikan nasional di tanah air. Bagaimana tidak Di..minat lulusan perguruan tinggi untuk menjadi wirausaha masih minim.

Dari catatannya, sekitar 89,3% dari lulusan Diploma 3 lebih memilih untuk menjadi karyawan. Makanya sekarang banyak berdiri lembaga pendidikan Diploma yang menjanjikan pasti kerja selepas kuliah. Bahkan sebelum lulus pun, sudah ditawari kerja. Entah kerjanya sebagai apa..


Tidak jauh dari angka itu, sekitar 83,1% dari lulusan Sarjana (S1) juga memikirkan hal yang sama, menjadi karyawan. Mirisnya, cuma 5% dari total mahasiswa lulusan seluruh perguruan tinggi di tanah air tahun lalu yang berminat menjadi pengusaha.

Dari data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2010 lalu mencatat jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,32 juta orang atau 7,14% dari 116,53 juta orang angkatan kerja. Jumlah itu menandakan jumlah penduduk yang cukup besar, terbatasnya peluang kesempatan kerja di sektor formal dan potensi sumber daya alam yang belum dapat dimanfaatkan optimal.

Tapi aku juga tidak tahu Di..jumlah pengangguran yang biasa dikutip dari Badan Pusat Statistik (BPS) itu apakah benar atau salah. Masalahnya, persepsi pengambilan contoh oleh pemerintah dengan versi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) berbeda, terutama standar upah minimum per hari yang diterima masyarakat.

Ah, itu mah tugas negara ya Di..
Alhamdulillah, aku masih bisa makan nasi Di..
Bayangkan di pnggir jalan masih ada saudara kita yang belum bisa makan nasi, atau ada juga yang terpaksa makan nasi basi yang dikeringkan (nasi aking) atau bahkan yang tidur bersama di kandang kambing.

Tapi aku juga bingung Di..aku sekarang harus bagaimana??kerja di-PHK. Lamaran kerja tak kunjung diterima. Kalaupun diterima, itupun berbeda jurusan dengan kuliah yang aku ambil.

Namun yang membuatku salut Di...keinginan menjadi wirausaha justru muncul dari lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Prosentasenya hampir mencapai 21% dari seluruh lulusan SMP di tanah air. Apalagi mereka adalah notabene yang tidak mampu untuk melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA). Ah..ngga tahu laahhh..tambah pusing.

Di..
Aku ingat sejak kecil, terutama pas di Taman Kanak-Kanak (TK) dulu, aku selalu diajari menyanyi. Misalnya,"Naik-naik ke puncak gunung. Tinggi-tinggi sekali. Kiri-kanan kulihat saja banyak pohon cemara..
Kamu masih ingat lagu itu Di??
Jujur aku bingung dengan lagu itu. Dari awal kita sudah diajak untuk semangat dan penuh motivasu untuk mencapai puncak. Tapi tiba-tiba kita seakan kehilangan konsentrasi. Setelah melewati jalan yang tajam dan mendaki, lalu bingung mau ke mana, kita mau ngapain dan terpaksa deh kita hanya bisa menoleh ke kanan dan ke kiri aja alias ngga maju-maju! Aneh ya??

Atau kamu masih ingat Di..dengan lagu," Naik kereta api..Tut..Tut..Tut..siapa hendak turut. Ke Bandung Surabaya. Bolehlah naik dengan percuma. Ayo kawanku lekas naik. Keretaku tak berhenti lama."

Sekilas memang tidak ada masalah dengan lagu itu ya Di..
Tapi ternyata kita sudah diajari sejak kecil dengan sikap tangan di bawah alias gratis melulu. Pantesan Perusahaan Jawatan Kereta Api rugi terus karena penumpangnya tidak pernah bayar.

Sudahlah Di..
Aku pasrah aja.
Untuk mempertahankan hidup, aku harus rela banting stir. Mau kotor-kotor dan tidak terlalu pilih-pilih pekerjaan. Ada pepatah yang bilang, kalau mau jadi wirausaha, harus berani "kotor-kotor" dulu. Alias mau bekerja keras, pantang menyerah dan tekun.

Aku kemarin juga baru saja ketemu dengan Mantan Menteri BUMN Sofyan Djalil yang menjelaskan jumlah wirausaha di Indonesia kalah jauh dengan negara di kawasan Asia seperti Korea, Jepang atau bahkan hanya dengan Filipina.

Di Korea rasio pengusaha dibanding populasi penduduk sudah mencapai 1:20. Di Jepang sudah mencapai 1:23. Filipina sudah 1:63. Sementara Indonesia masih 1:83.

Di...
Sebenarnya, Tuhan sudah memberikan kita sebuah otak yang supercanggih dibandingkan seluruh komputer yang ada di dunia. Masalahnya, kita tidak tahu di mana tombol ENTER-nya untuk segera mulai menjadi wirausaha. Yang ada, cuma tombol ENTAR-ENTAR..

Di...
Hidup itu ada di antara "B" dan "D". Yaitu "Birth" dan "Death". Di antara "B" dan "D" ada "C".
"C" di sini berarti "Choice". Jadi Hidup adalah sebuah Pilihan. Pilihan untuk menjadi pekerja atau wirausaha.
Jika tidak siap menjadi LEADER, maka kita harus siap menjadi FOLLOWER.


Di...
Aku sudah siap dengan apa yang terjadi di depan. Meski belum menampakkan hasil, aku mantabkan langkahku berwirausaha kecil-kecilan. Toh, kalau aku gagal, setidaknya aku jatuhnya ke depan alias sudah setahap menjadi wirausaha, bukan menjadi pekerja.


Di...
Aku mantabkan langkahku menjadi wirausaha agar segera dapat menjemput bidadari impianku yang sudah disiapkan oleh Tuhan di sana. Di mana??? entah..aku sampai sekarang juga masih mencarinya...^_*

Tidak ada komentar: