Ketika cinta datang, tak ada yang dapat menolaknya. Apalagi cinta yang datang tidak hanya satu, tapi dua. So, itulah cinta segitiga yang mau tak mau harus dipilih salah satu agar tidak menyakiti lainnya.
Itulah pesan sekilas dari kisah novel "Eclipse" dari Trilogi Twillight. Dalam film ketiga hasil karangan Stephanie Meyer ini tampaknya ingin mengulangi kesuksesan dua film sebelumnya yaitu Twillight dan New Moon.
Saking penasarannya, gw selalu menyempatkan nonton film ini tanpa menyentuh satu bukunya sekalipun. Jadi, gw ingin bebas melihat penafsiran dari sang sutradara dalam alih dunia tulisan ke dunia gambar.
Alhasil, dalam penilaian sementara setelah menonton film tersebut, gw merasa kecewa. Memang, film ketiga ini berbeda sutradara dibandingkan film pendahulunya.
Ialah David Slave (yang telah menyutradarai 30 Days of Night) yang berusaha memvisualkan drama cinta segitiga antara Kristen Steward, Robert Pattinson dan Taylor Lautner. Kisah cinta segitiga inilah yang berusaha mengaduk emosi para penonton.
Sayangnya, gw merasa "ilfill" saat harus menyaksikan adegan "cipokan" berulang-ulang. Bukannya gw ga suka adegan itu, tapi karena terlalu sering, justru filmnya terasa hambar. Gw ke bioskop bukan cari adegan ciuman mulu coyyy..
Gw di sini mungkin tidak akan memberikan sinopsis seluruhnya, karena gw yakin kalian sudah tahu terhadap cerita novel itu. Beberapa yang gw catat dari film ini adalah gw salut ama pesan dari Robert Pattinson yang ogah memerawani (halah, bahasanya kok ribet amat yak) Kristen Steward alias Bella.
Si Vampire ganteng ini bakal hanya menyetubuhi (vulgar banget ya) si Bella setelah menikah. Hmmmm..ternyata Vampire ini masih punya hati nurani. Di tengah pemberitaan yang lagi seru, soal kasus video hot Ariel Peterporn dan Luna Maya sekaligus Cut Tari yang menyebabkan kasus ini banyak ditiru oleh anak sekolahan, ternyata film ini menyiratkan hal penting.
Ah, semoga yang menonton film itu mau mengambil hikmah yang ini, bukan adegan cipokan yang sering banget itu. Maklum, tadi pas nonton di bioskop rata-rata ditonton bersama pasangannya.Naasnya, pasangan ini selalu bergelayut mesra saat menonton. Apalagi saat adegan Bella dipeluk ama Jacob yang bertelanjang dana, wowwwww...."kenapa kamu tidak melepaskan bajumu biar hangat sekalian," ajak Jacob.
Waduuuhh..nih anak bandel banget ya..orang lagi kedinginan malah nekat mau ******* (sensor). Padahal, di situ juga ada Edward yang notabene adalah pacar si Bella. Tentu aja, membuat Vampire ini berang. Tapi karena Edward orangnya cool and charming, maka dia mengatasi dan menenangkan suasananya.
Sayang, adegan perang antara Vampire melawan serigala atau vampire jadi-jadian itu tidak seseru di film yang pertama. Memang ada sih sekilas adegan yang memperlihatkan pertarungan itu. Namun tidak banyak. Film sepanjang hampir dua jam ini terlalu dipenuhi oleh dialog percintaan antara Edward, Jacob dan Bella. Atau menceritakan sejarah saudara-saudara Edward yang dahulu sebelum menjadi vampire, atau sejarah keluarga serigala versi ayah Jacob.
Alurnya pun dibuat naik turun. Kisah puncak hanyalah kematian Victoria yang akan balas dendam terhadap kematian pacarnya dulu (di film New Moon dan Twilight). Itupun juga dikalahkan dengan mudah oleh Edward. Yaaahhh..mungkin ini soal pertarungan antargender kali ya..so, cewek harus kalah.
Nah, ending story ini pun sudah bisa ditebak karena sejak awal Bella sudah meyakinkan kepada Edward untuk mau menjadi pasangan hidupnya kelak, meski berbeda dunia (antara vampire dan manusia). Dan senangnya, kelompok serigala dan vampire dalam film ini bisa bersatu dan hidup damai karena muncul tokoh antagonis lain yang akan menyerang dua kubu ini.
Selebihnya, Anda boleh jejeritan melihat bodi Jacob yang super seksi (always bertelanjang dada dengan sixpack pada otot perutnya) atau si vampire ganteng yang makin cute dan super charming. Tapi, gw juga agak ilfill terhadap Bella yang kelihatannya nafsu banget ama Edward untuk mengajak ML. Fiuuuhhhh..kenapa film ini berbau ranjang semua sih???? jadi muak..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar