Januari ini menjadi
nasib sial bagiku. Apa pasal?? selama lima hari aku harus menginap di
rumah sakit (opname) karena terserang nyamuk Aedes Aegepty. Tahu kan?? yap, nyamuk demam berdarah.
Peristiwa itu menjadi sejarah bagiku karena baru pertama kali opname. Sebenarnya saat cek awal cuma gejala typus. Tapi, kata dokter klinik itu, kalau panasnya tidak turun mohon segera cek up ke rumah sakit.
Ternyata benar, panasnya tidak turun walau aku masih kuat untuk berjalan. Panas hanya terjadi waktu malam terutama mulai dari jam 12 malam hingga pagi. Itu membuatku tidak bisa tidur.
Sebenarnya gejala awalnya adalah pusing dan demam (istilah jawa-nya meriang). Aku hampir tiap hari minum Tolak Angin, berharap masuk anginnya (pikirku) segera hengkang. Ternyata salah, penyakit yang kusangka masuk angin itu malah merembet ke yang lain, yaitu pusing, mual, demam, capek-capek hingga muntah. Alhasil, temanku (Lili, yang duduk bersebelahan dengan meja kerjaku) memaksaku untuk periksa. Jangan-jangan penyakit akut...
Itu terjadi menjelang deadline gadget (tgl 6 Januari) jam 3 sore. Aku udah sempoyongan. Lily memaksaku untuk ke klinik dekat kantor. Dokter memvonis typus karena kecapekan. Maklum aja menjelang akhir tahun, liputan menyerang tanpa ampun. Bahkan sehari sampe empat liputan dan tidak ada yg membantu. Alhasil, habis liputan aku langsung pulang. Ngetik kapan aja deh, kalo senggang..
Begitulah ritme kuli tinta. Ditambah lagi jadwal makan yang ga tetap. Tergantung undangan...(he..he..). Itu baru makan agak bergizi..maklum makannya kan minimal di cafe atau hotel berbintang, minimal bintang empat...(harus banyak bersyukur deh)..
Selepas ngetik gadget, ku abaikan telefon dari redaktur. Entah kekurangan tulisan atau apa, terserah. I dont care..Serasa kepalaku malah kayak ditusuk pedang. Silih berganti...
"Mas, Didik lagi di klinik. Pingsan. Nih aku yang nganter ke klinik sebelah," kata Lili menjawab pertanyaan dari hape Fren-ku. Sontak redakturku diam saja.
Selepas periksa, aku langsung diantar pake mobil kantor untuk pulang ke kos di daerah Salemba. Dua hari berikutnya, aku tidak masuk. Hingga tgl 9, teman-teman Lifestyle (kebetulan desk-ku Lifestyle) datang ke kos untuk menjemputku dan mengantarku ke rumah sakit.
Semua urusan sudah diurus. Termasuk asuransi. Maklum bagi wartawan, minimal harus satu tahun bekerja baru dapat asuransi jiwa. Di kantor menganut Asuransi Sinar Mas. Cuma karena aku baru saja beberapa hari melewati masa satu tahun, asuransinya belum turun. Kantor akan membantu membayar semua biaya opname.
Alhasil, dengan ogah-ogahan ku masuk mobil kantor diiringi teman-teman. Ada Yohana, Inda, Novi, Ita, Sari, Mamak sampe Kelmi dengan sopir Pak Agus. Mereka merujukku ke RSCM, dekat kos. Itu merupakan RS pilihan kantor. G tahu kenapa harus di situ. Padahal, Bu Kos sudah memperingatkan jangan dibawa ke situ. Tapi mo gimana lagi, tanggungan cuma berlaku di RSCM...
Tidak sampe 10 menit, kita nyampe melewati kamar mayat yang membelah gang sempit dari kosku menuju RSCM. Kuterangkan di sinilah awal cerita Suster Ngesot..Semua pada nengok, jembatan yang menghubungkan antara RS dengan kamar mayat itu. Sereeemmmm..
Sesampai di RS, kita langsung masuk dan diperiksa oleh suster. Lantas disuruh berbaring di tempat tidur dorong dan dibawa ke sebuah ruangan. Namun apesnya semua ruangan penuh. Alhasil, aku ditaruh di lorong-lorong kamar yang sudah penuh dengan pasien. Macem-macemlah.
Ternyata sampe se-jam, aku juga belum diapa-apakan oleh dokter, apalagi suster. Cuma ada gelang berisi nama pertanda aku sebagai pasien RS tersebut. Teman yang lain masih mengurus pendaftaran hingga segala macamnya..
Selama sejam itu pula, aku harus terima terbaring di situ. Menyaksikan orang mengerang, menangis hingga menjerit histeris. Ternyata ada orang tua yang meninggal dan anaknya histeris hingga satu lorong kedengaran semua dan menuju kamar orang itu. Tidak jelas mereka sakit apa. I dont care, pikirku bagaimana aku harus ditangani segera.
Ternyata teman-teman punya inisitif untuk keluar dari RSCM. Bagaimana tidak, selama sejam, aku tidak diapa-apakan. Apalagi jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Kan tidak mungkin membiarkan teman-teman menjadi kelelawar malam walau kerja biasanya selalu ngalong. Kan mereka butuh istirahat juga...
Aku langsung loncat dari tempat tidur itu. Untung aku masih kuat berjalan. Panas belum menjalar di seluruh tubuh. Tiba-tiba administrasi RSCM berteriak,"Mas, ga bisa keluar begitu saja,"teriak admin itu.
Kelmi yang mengurus administrasiku tak kalah lantang berteriak,"Enak saja, temanku sudah satu jam tidak diapa-apakan. Nanti kalau ada apa-apa, siapa yang tanggung????" jawab Kelmi (Helmi Firdaus) ketus.
"Pokoknya g bisa Mas. Harus tanda tangan surat pernyataan keluar dulu," terang petugas itu masih dengan sungutnya..
"Ga perlu...ayo cabut,"Kelmi menunjukkan kartu pers sembari mengajak teman-teman keluar RSCM. Petugas itu terdiam.
Kita menyewa taksi dan segera meluncur ke RS. Thamrin Internasional. Tidak jauh pula dari kosku. Bahkan lebih dekat lagi. Maklum saja, di sekitar Kampus UI Salemba berhamburan RS mulai dari pemerintah hingga swasta. Ada RSCM, Thamrin, Santa Carolus dan lain-lain.
Tiba pukul 23.30, petugas RS Thamrin langsung cekatan. Maklum aku langsung dimasukkan ke UGD. Cuma ada satu pasien di situ dan tidak sakit serius. Setelah diperiksa sejenak, aku disuruh Rontgen. Aku disuruh buka baju dan disuruh menatap sebuah alat. Tak lama kemudian diagnosa petugas dikeluarkan dan mengatakan,"Mas, ini bukan typus. Mas kena demam berdarah. Sehingga Mas harus opname di sini," tegas petugas itu. Aku pun hanya lemas.
Aku dibawa dengan kursi roda menuju lantai lima. Sepanjang perjalanan menuju lantai lima melalui lift, teman-teman berfoto ria. Aku pun tak kalah action. Petugasnyapun hanya geleng-geleng dan tersenyum. Mungkin dalam hati hanya berujar," Ini sakit kok malah foto-fotoan kayak orang kawinan. Rame banget dan sempat membikin gaduh suasana RS."
Aku menempati kamar 517 dan aku pilih tempat tidur nomor 1. Paling pojok. Di situ ada 6 bed tapi cuma terisi satu pasien. Ternyata dia DB juga. Tapi sudah 6 hari di situ. Mungkin besok dia sudah bisa pulang.
Akhirnya aku harus opname...selama 5 hari..Di situ aku harus tersiksa kena infus & sudah berganti berapa botol. Mungkin lebih dari 15 botol dalam 5 hari itu. Apalagi karena bengkak, tempat selang infus itu harus berganti tempat tiga kali di tangan kanan-kiriku...Waduuuhhh..sakit sih ga, tapi tersiksa. Apalagi kalo harus ke kamar mandi..
Tersiksanya lagi, aku pernah BAB tanpa sengaja di bed. Ceritanya aku ingin kentut, tahunya yang keluar malah BAB cair. Wiiiiihhhhh...
Yang menderita lagi, tiap malam aku g bs tidur gara-gara panas tinggi. Aku baru bisa tidur selepas shubuh dan itu selepas disuntik dan minum obat ( g th namanya). Baru bangun jam 9 atau 10 pagi...
Uniknya, pelayanan mereka (RS Thamrin) seperti hotel berbintang. Minimal mulai dari petugas Office boy hingga cleaning service bahkan sampe pengantar makanan. Kalo kita butuh sesuatu, tinggal pencet tombol dekat bed.
Padahal, harga kamar di sini cuma Rp100ribu. Beda tipis ama RSCM yang Rp 94ribu. Di sini sudah termasuk makan 3 kali dan snack siang 1 kali. Yummy...kita pun bebas memilih makanan sesuai menu hari ini. Waaaahh, andaikan aku tidak sakit, pasti makanan itu sudah langsung masuk perut. Standar gizi lah. Tapi apa jadinya kalo sakit, makan setengah piring aja sudah untung. Mual melulu....
Apalagi aku sampe tiga bulan belum boleh makan asam dan pedas. Lambungku belum sehat (kena typus) kemarin. Jd hrs ekstra hati-hati terhadap makanan.
Tiap hari, teman-teman kantor bergantian jaga aku. Terima kasih ya...Apalagi mereka sudah bawa oleh-oleh yang tentunya tidak bisa langsung termakan semua olehku. Mulai dari anak Internasional yaitu Muhammad Syarifuddin, Andika Hendra Mustaqim, (thanks udah nyuciin celanaku), Muhammad Ismail. Anak news yaitu Pasti Liberty Mapappa dan Maya Sofia. Anak Ekonomi, Meutia Rahmi. Serta anak olahraga (Esa, thanks sprei Juventusnya), meski aku g suka sepak bola, tapi lumayan buat ganti spreiku yg mau ku laundry. Capek buat cuci sendiri, 2 tanganku msh gemetar...karena infus..
Lalu buat temenku di Okezone spt Devy Lubis, Dede Suryana & Muhammad Syaifullah serta wartawan Republika Indah Wulandari
sudah bersedia datang. Thanks atas semua. Termasuk yang sudah kirim
sms, thanks semuanya. Tidak dapat ku sebutkan nama kalian di sini satu
per satu.
Alhasil, dengan segala upaya dan sholat tahajud..aku berhasil keluar dari sarang nyamuk (eh, salah. sarang pasien) pada tgl 14 Januari. Habis itu rehat ampe 20 Januari dan baru masuk kantor 21 Januari dengan masih sempoyongan (seperti kurang darah gitu). So, aku menghindari pulang malam lebih dari jam 9 malam.
Beruntung selama opname dan rehat itu, aku bisa merasakan istirahat sesungguhnya. Walau setiap waktu orang iklan atau klien yang mengundang acara selalu menelfonku. Disyukuri aja, karena setiap penyakit, pasti ada berkahnya.
Thanks juga buat Agrakom PR, yang udah kasih parcel berisi buah ke kos. Aku sampe kaget, kiriman dari siapa?? perasaan ga pernah aneh-aneh deh..
Semoga aku tak kan pernah opname lagi...